Senin, 05 Januari 2015

Kebathilan Yahudi Menghancurkan Masadepan Surga di Akhirat



QS. 2/Al-Baqarah : 111-112

Masadepan surga Allah di akhirat dijanjikan bagi orang yang mentaati ayat-ayat Allah di atas jejak kenabian. Orang-orang Yahudi berkepentingan untuk menghancurkan kebergantungan cita-cita masuk surga Allah di akhirat. Demikian pula sekaligus untuk melecehkan non-Yahudi. Non-Yahudi disombongi dengan keunggulan kebangsaan Yahudi seolah non-Yahudi bukan kelas makhluk surga Allah di akhirat.

Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: “Sekali-kali tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang beragama) Yahudi dan Nasrani”. Demikian itu (hanya) angan-angan mereka yang kosong belaka. Katakanlah: “Tunjuk-kan kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar”. (QS. 2/Al-Baqarah : 111)

 (Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Rabb-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 2/Al-Baqarah : 112)

Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa menjelaskan ketertipuan orang-orang Yahudi dan Nasrani oleh apa yang ada pada diri mereka, dimana setiap kelompok dari keduanya (Yahudi dan Nasrani) mengaku bahwasanya tidak akan ada yang masuk surga kecuali mereka yang memeluk agama kelompok tersebut, sebagaimana yang diberitahukan Allah Tabaraka wa Subhaanahu wa Ta’aalaa melalui firman-Nya dalam surat al-Maidah berikut ini, mereka menyatakan,

 “Kami anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya.” (QS. 5/Al-Maidah : 18)

Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa mendustakan pengakuan mereka itu melalui pemberitahuan yang disampaikan dalam firman-Nya bahwa Dia akan mengadzab mereka akibat dosa yang mereka perbuat. Seandainya mereka adalah se-perti apa yang mereka aku, niscaya keadaannya tidak demikian. Sebagaimana pengakuan mereka sebelumnya yang menyatakan bahwa mereka tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali beberapa hari saja. Kemudian mereka masuk ke surga. Tetapi pengakuan mereka yang ini pun mendapat bantahan dari Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa. Berikut ini adalah bantahan Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berkenaan dengan pengakuan mereka yang tidak berdasarkan dalil, hujjah, dan keterangan yang jelas, di mana Dia berfirman,


“Itulah angan-angan mereka.” 

Abul ‘Aliyah mengata-kan: “Artinya, yaitu angan-angan yang mereka dambakan dari Allah tanpa alasan yang benar.” Hal senada juga dikemukakan oleh Qatadah dan ar-Rabi’ bin Anas.

Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman,


Katakan, hai Muhammad, Kemukakanlah penjelasan kalian.”

Abul ‘Aliyah, Mujahid, as-Suddi, dan ar-Rab’i bin Anas mengatakan, “(Artinya) kemukakanlah hujjah (dalil, argumentasi, alasan) kalian.”
Sedangkan Qatadah mengatakan, “Berikanlah keterangan kalian mengenai pengakuan kalian itu,

“Jika kalian orang-orang yang benar, dalam pengakuan kalian itu.”

Setelah itu Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman,


“Bahkan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang ia berbuat baik.”

Maksudnya, barangsiapa yang mengikhlaskan amalnya hanya untuk Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya.

Berkaitan dengan firman-Nya,

“Bahkan barang-siapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah,”
 
Abu al-Aliyah dan ar-Rabi’ bin Anas mengatakan,

“(Yaitu), barangsiapa yang benar-benar tulus karena Allah.”

Sa’id bin Jubair mengatakan,

“sedangkan ia berbuat baik,” 

artinya, mengikuti Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam. Karena amal perbuatan yang diterima itu harus memenuhi dua syarat, (1) harus didasarkan pada ketulusan karena Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa semata, dan syarat (2) harus benar dan sejalan dengan syari’at Allah. Jika suatu amalan itu sudah didasarkan pada keikhlasan hanya karena Allah, tetapi tidak benar dan tidak sesuai dengan syariat, maka amalan tersebut tidak diterima. Oleh karena itu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

Abdurrahman meriwayatkan kepada kami dari Abdullah bin Ja'far dari Sa'd bin Ibrahim, ia mendengar Al-Qasim berkata : Aku mendengar 'Aisyah  berkata : Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa mengerjakan suatu amal yang tidak sejalan dengan perintah kami, maka amal itu tertolak.” (HR. Ahmad )

Dengan demikian, perbuatan para pendeta ahli ibadah dan yang semisalnya, meskipun mereka itu sangat tulus ikhlas dalam mengerjakannya karena Allah, namun perbuatan mereka itu tidak diterima sehinga mereka mengikuti ajaran Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang diutus kepada mereka dan kepada seluruh umat manusia. Mengenai mereka dan orang yang semisalnya, Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman:

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu bagaikan debu yang berterbangan.” (QS. 25/Al-Furqan: 23)

Sedangkan amal yang secara lahiriyah sejalan dengan syariat tetapi pelakunya tidak mendasarinya dengan tulus ikhlas karena Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa, maka amal perbuatan seperti itu ditolak. Demikian itulah keadaan orang-orang yang riya dan orang-orang munafik, sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa:

“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, yaitu orang-orang yang lalai dari shalat-nya, orang-orang yang berbuat riya’ dan enggan menolong dengan barang berguna.” (QS. 107/Al-Maa’uun: 4-7)


Oleh karena itu, Dia berfirman:

 Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kalian, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya ilah (yang diibadati) kalian itu adalah ilah (yang diibadati) yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-nya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Rabb-nya".
 (QS. 18/Al-Kahfi: 110)

Dalam surat al-Baqarah ini, Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman:

“(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan.”

Dan firman-Nya:

“Maka baginya pahala pada sisi Rabb-nya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” 

Dengan amal perbuatan mentaati Allah itu, Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa menjamin sampainya balasan nilai amal kepada mereka serta memberikan rasa aman dari hal-hal yang mereka khawatirkan.
 
“Dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka,” dari apa yang akan mereka hadapi,
 

“Dan tidak pula mereka bersedih hati,” atas apa yang telah ditinggalkan di masa yang lalu.

Sebagaimana yang dikatakan Sa’id bin Jubair,

“Dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka,” yaitu di akhirat kelak,

“Dan tidak pula mereka bersedih hati,” atas datangnya kematian.


Kepentingan Yahudi Menghancurkan Masadepan Surga di Akhirat

Pertama : Penghancuran terhadap keimanan dan keterikatan cita-cita yang dijanjikan Allah pada surga-Nya di akhirat agar manusia tidak berpegang pada ayat-ayat Allah yang membawa berita yang benar tentang yang dijanjikan itu. Dengan demikian manusia menjadi mesti mempercayai apa yang dituliskan, dikarang oleh Yahudi.

Hari Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan) kekafirannya, yaitu diantara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merubah kalam-kalam (Allah) dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah di rubah-rubah oleh mereka) kepada kalian, maka terimalah, dan jika kalian diberi yang bukan ini maka hati-hatilah". Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar. (QS. 5/Al-Maa-idah : 41)

Kedua : Ketaatan pada ayat-ayat Allah merupakan pembuktian akan kebenarannya, yaitu menjadi jelas kebenaran ajaran yang dibawa para rasul Allah ini. Ini memuncakkan kebencian orang-orang yang tidak beriman. Maka Yahudi berkepentingan untuk mengobarkan kebencian oprang-orang yang tidak beriman di seluruh dunia.


Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (yaitu) kaum Nuh, 'Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah. Telah datang rasul-rasul kepada mereka (membawa) bukti-bukti yang nyata lalu mereka menutupkan tangannya ke mulutnya (karena kebencian), dan berkata: "Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu disuruh menyampaikannya (kepada kami), dan sesungguhnya kami benar-benar dalam keragu-raguan yang menggelisahkan terhadap apa yang kamu ajak kami kepadanya". (QS. 14/Ibraahiim : 9)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar