Minggu, 21 November 2010

Hukum Sekuler dan Hukum Ibadah

Kaidah Hukum Sekuler

Bila lapar dengan sendirinya membutuhkan makan tidak memerlukan perintah Allah, inilah kaidah hukum sosial dan hukum ekonomi sekuler, tidak membutuhkan perintah Allah.

Kaidah hukum sosial dan hukum ekonomi sekuler ini akan menjadi jelas kepentingannya dengan melihat induk ideologinya yaitu ideologi penolakan terhadap kitab-kitab Allah dan ajaran kenabian pada para Rasul-Nya yang disebutkan Allah dalam Al-Qur'an.

وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوسَى مِنْ بَعْدِهِ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلاً جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ أَلَمْ يَرَوْا أَنَّهُ لاَ يُكَلِّمُهُمْ وَلاَ يَهْدِيهِمْ سَبِيلاً اتَّخَذُوهُ وَكَانُوا ظَالِمِينَ
Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zhalim. (QS. 7/Al-A'raaf : 148)
Al-'ijl yang disebutkan dalam firman Allah tersebut adalah patung anak sapi dari emas. Sifat patung emas itu adalah 1) duniawi, 2).simbol status sosial. 3) simbol status ekonomi yang dibanggakan 4) materialistik yang dijadikan standard nilai. 5) dasar kepercayaan yang diyakini dalam hati yang  penerapannya berwujud penolakan mentaati kitab Allah dan ajaran kenabian. 6) akibat pastinya adalah kemurkaan Allah 7) demikian pula keterpurukan dalam kehidupan dunia.

إِنَّ الَّذِينَ اتَّخَذُوا الْعِجْلَ سَيَنَالُهُمْ غَضَبٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَذِلَّةٌ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُفْتَرِينَ
Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu (sebagai sembahannya), kelak akan menimpa mereka kemurkaan dari Rabb mereka dan kehinaan dalam kehidupan di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang membuat-buat kebohongan. (QS. 7/Al-A'raaf : 152)

Ideologi penolakan terhadap kitab Allah itu dipilih karena : a) kesombongan diri tanpa alasan yang datangnya dari Allah, b) tahu jalan berpetunjuk tetapi tidak mau c) mendustakan ayat-ayat Allah,   d)  mendustakan alam akhirat
Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari bukti-bukti kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya.
Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mendustakan akan menemui akhirat, sia-sialah perbuatan mereka. Mereka tidak diberi balasan selain dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. 7/Al-A'raaf : 146-147)
Penolakan terhadap kitab-kitab Allah dan ajaran kenabian pada Rasul-Rasul-Nya itu  menjadi ideologi yang induknya ada pada orang-orang Yahudi sebagaimana tersebut dalam firman-firman Allah itu

Kaidah Hukum Ibadah kepada Allah

Shiyam di bulan Ramadhan mentaati perintah Allah, nilainya adalah pembenaran hamba Allah pada kehendak Khaliq. Butuhnya si hamba akan perintah Khaliq-nya utntuk dita'ati lebih mendesak dikedepankan dari pada butuhnya si lapar akan makan. Inilah keadilan hukum ibadah di bulan Ramadhan.
Shiyamnya hamba Allah yang berhukum ibadah ini adalah dipenuhinya kebutuhan penghambaan dirinya akan perintah Khaliqnya untuk ditaati dengan tidak menunda ataupun menghutangnya. Alangkah indah akhlak hamba Allah itu, ia menegakkan keadilan berhukum ibadah di hadapan yang Mahaluas rahmat-Nya, pada saat umumnya banyak manusia atas nama legalitas hukum sosial dan hukum ekonomi sekuler berlaku serakah dengan melanggar keadilan hukum ibadah kepada Dzat yang menciptakan dirinya lengkap dengan perut yang ada lapar dan kenyangnya dan ada pula hawa nafsunya.
Demikian pula bila ia makan, ia menegakkan hukum ibadah memenuhi kebutuhan penghambaan dirinya akan perintah Rabb-nya untuk ditaati.


Itulah artinya, sejak dari petani, peternak, nelayan, pekerja penyedia bahan bakar, pembuatan perlengkapan masak hingga menjadi nasi, masakan sayur, ikan, daging, minuman menjadi hidangan makan di hadapannya, adalah wujud berjalannya hukum sosial dan hukum ekonomi. Bagi hamba Allah, itu tidak cukup memenuhi kebutuhan dasar penghambaan dirinya akan perintah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang untuk ditaati, melainkan berjalannya hukum sosial dan hukum ekonomi itu sebagaimana semertinya dimakmumkan mengikuti di belakang hukum ibadah menegakkan keadilan pada Rabb semesta alam.
Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa Maha Mengetahui kebutuhan dasar manusia akan perintah itu untuk ditaati, berfirman :  

يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي اْلأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا وَلاَ تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. 2/Al-Baqarah : 168)

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: تُلِيَتْ هَذِهِ اْلآيَةُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  "يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي اْلأَرْضِ حَلاَلاً طَيِّبًا" فَقَامَ سَعْدُ بْنُ أَبِي وَقَاصٍ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ اللهِ اُدْعُ اللهَ أَنْ يَجْعَلَنِي مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ فَقَالَ "يَا سَعْدُ أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا وَأَيـُّمَا عَبْدٌ نَبَتَ لَحْمُهُ مِنَ السُّحْتِ وَالرِّبَا فَالنَّارُ أَوْلَى بِهِ"
Dari Ibnu 'Abbas, ia berkata : Dibacakan ayat 168, surat 2/Al-Baqarah : "Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi"  itu pada Nabi   shallallahu 'alaihi wa sallam, Kemudian Sa'ad bin Abi Waqash berdiri dan berkata : "Ya Rasulallah, berdo'alah kepada Allah agar Allah menjadikan aku orang yang mustajabah do'anya!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab : "Wahai Sa'ad, baikkanlah makananmu niscaya engkau orang yang mustajabah do'anya. Demi Dzat yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, sesungguhnya seorang laki-laki memasukkan sesuap makanan haram kedalam lambungnya, tidaklah diterima ibadah dari padanya itu empat puluh hari. Dan mana saja seorang hamba yang dagingnya tumbuh dari makanan haram dan riba, maka nerakalah yang layak baginya" (HR. Ibnu Katsir)

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَاشْكُرُوا ِللهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kalian beribadah. (QS. 2/Al-Baqarah : 172)

كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَلاَ تَطْغَوْا فِيهِ فَيَحِلَّ عَلَيْكُمْ غَضَبِي وَمَنْ يَحْلِلْ عَلَيْهِ غَضَبِي فَقَدْ هَوَى
Makanlah di antara rezki yang baik yang telah Kami berikan kepada kalian, dan janganlah melampaui batas padanya, yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpa kalian. Dan barangsiapa ditimpa oleh kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya binasalah ia. (QS. 20/Thaahaa : 81)


Kebutuhan Dasar pada Hukum Ibadah

Kebutuhan dasar hamba Allah akan perintah Allah untuk ditaati adalah kebutuhan dasar akan hukum ibadah, juga adalah kebutuhan dasar akan tegaknya keadilan dirinya kepada yang Mahakuasa.
Kebutuhan dasar inilah yang penegak shalat lima waktu setidaknya 17 kali sehari mengajukan permohonan kepada Rabbal-'izzati.

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ  صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ
Tunjukilah kami jalan yang lurus untuk istiqamah, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka.
Allahumma ya Allah, perjalankanlah kami di jalan untuk konsisten yang di jalan itu Habil dibunuh oleh Qabil karena Qabil dengki. Habil dibunuh oleh sesamanya dalam satu keluarga yang bapaknya, pemimpinnya, nabinya adalah sama yaitu Adam 'alaihis-salaam.
Allahumma ya Allah, perjalankanlah kami di jalan untuk teguh pendirian yang di jalan itu diantara Nabi-Nabi-Mu dibunuh oleh penerus penyembah tuhan yang disimbolkan dengan patung anak sapi dari emas. Nabi Zakaria dan Nabi Yahya dibunuh oleh sesamanya dalam satu ras dan kebangsaan Yahudi.
Allahumma ya Allah, perjalankanlah kami di jalan untuk kami tetap mentaati-Mu yang dijalan itu Nabi-Mu divonis hukuman salib untuk dibunuh oleh sesamanya dalam satu ras dan kebangsaan Yahudi.
Allahumma ya Allah, perjalankanlah kami di jalan untuk kami tetap mengakkah keadilan berhukum ibadah, berpenghambaan diri menyembah hanya pada-Mu yang di jalan itu Rasulullah bersama keluarganya terpaksa mengurung diri di lembah pemukiman, syi'ib Bani Hasyim. Rasulullah dan kaum muslimin pengikutnya, diikuti orang-orang bani 'Abdul Muththalib kecuali Abu Lahab, diboikot dengan tidak ada hubungan jual beli apapun, tidak ada hubungan perkawinan dan hubungan lain apapun dengan dunia luar sampai selama dua tahun. Kelaparan yang dideritanya tak menggeser kebutuhannya akan perintah Allah untuk ditaati.
 Allahumma ya Allah, perjalankanlah kami di jalan untuk kami tetap mengakkah keadilan berhukum ibadah, berpenghambaan diri menyembah hanya pada-Mu yang di jalan itu Hamzah bin Abdul Muththalib dibunuh dan dicincang oleh missi penolakan terhadap kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya, dan Engkaupun mengajarkan kesabaran :

وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ   وَاصْبِرْ وَمَا صَبْرُكَ إِلاَّ بِاللهِ وَلاَ تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَلاَ تَكُ فِي ضَيْقٍ مِمَّا يَمْكُرُونَ
Dan jika kalian memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadakalian. Akan tetapi jika kalian bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar.
Bersabarlah (hai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan. (QS. 16/An-Nahl : 27)

اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ  صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ  غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ
Allahumma ya Allah, perjalankanlah kami di jalan untuk istiqamah, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka, bukan jalan orang-orang menghukum Nabi Isa dengan hukuman salib untuk membunuhnya.

وَلاَ الضَّالِّينَ
Dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
Bukan jalannya orang-orang sesat tertipu penyaliban orang yang diserupakan Allah dengan Nabi Isa *) oleh orang-orang Yahudi, yang dipandangnya sebagai keagungan dan kemuliaan menanggung penderitaan untuk missi penebusan dosa. Kemudian dipuja-puja, dan bahkan Nabi Isapun dipertuhankan.
Bukan pula jalannya orang-orang sesat tertipu oleh angan-angan surga di dunia, kemudian surga dunia itu dipertuhankan pula. Bukan jalannya orang-orang yang pandangannya pada surga di akhirat tak kunjung sehat dari keburaman bahkan kebutaan. Kalaupun angan-angan surga dunia itu dipercaya dan dijadikan tempat bergantungnya segala cita-cita hidup dengan tata cara keagamaan maka jadilah agama ia materialisme.

*) : Al-Qur'an, Surat 4/An-Nisaa' 157:
وَقَوْلِهِمْ إِنَّا قَتَلْنَا الْمَسِيحَ عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ رَسُولَ اللهِ وَمَا قَتَلُوهُ وَمَا صَلَبُوهُ وَلَكِنْ شُبِّهَ لَهُمْ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِيهِ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مَا لَهُمْ بِهِ مِنْ عِلْمٍ إِلاَّ اتِّبَاعَ الظَّنِّ وَمَا قَتَلُوهُ يَقِينًا
dan karena ucapan mereka: "Sesungguhnya kami telah membunuh Al Masih, `Isa putra Maryam, Rasul Allah", padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan `Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) `Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah `Isa.

KEPEMIMPINAN DUNIA DIATAS JEJAK KENABIAN

Hawa Nafsu Yang Dipertuhankan Menjadi Oposan Allah :
Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi dipersaingkan pada Allah yang dipertuhankan.

Hawa nafsu dengan demikian telah dipuja dan disembah menjadi oposan Allah oleh pengikutnya yang setia. Tidakkah terlihat oleh pandangan manusia hawa nafsu yang diberi kekuasaan tertinggi seperti itu pada kehidupan yang sama sebenarnya hanya Allahlah yang hak untuk dipertuhankan tanpa sesuatu yang lain sedikitpun.

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ    هَــوَاهُ   أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS. 25/Al-Furqaan : 43)
وَلاَ تَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ  لاَ إِلَــهَ إِلاَّ هُوَ   كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. 28/Al-Qashash : 88)


Hawa Nafsu Oposan Wahyu :
Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi oposan yang menentang dan menjadikan hawa nafsu sebagai pesaing wahyu Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ    الْــهَوَى     إِنْ هُوَ إِلاَّ   وَحْيٌ يُـوحَى
Dan tiadalah ia berbicara (dengan Al Qur'an itu) menurut kemauan hawa nafsunya. Tiada lain ia hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), (QS. 53/An-Najm : 3-4)


Hawa Nafsu Oposan Syariah :
Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi oposan yang menentang dan menjadikan hawa nafsu sebagai pesaing syariah Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى    شَـرِيْـعَـةٍ   مِنَ اْلأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ   أَهْـوَاءَ   الَّذِينَ لاَ يَعْلَمونَ
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.(QS. 35/Al-Jaatsiyah : 18)


Hawa Nafsu, Oposan Hidayatullah :
Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi oposan yang menentang dan menjadikan hawa nafsu sebagai pesaing hidayah Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.

Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :

فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ   أَهْـوَاءَهُـمْ   وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ    هُـدًى مِنَ اللهِ    إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. (QS. 28/Al-Qashash : 50)


Kepemimpinan Hawa Nafsu, Oposan Kepemimpinan Khalifah Allah di Bumi :
Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi oposan yang menentang dan menjadikan hawa nafsu sebagai pesaing ideology kenabian yang diamanatkan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa agar manusia mengemban amanat kekhalifahan di bumi.
Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
يَادَاوُدُ إِنَّاجَعَلْنَاكَ    خَلِيـفَةً فِي اْلأََرْضِ   فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلاَ تَتَّبِعِ    الْهَـوَى    فَيُضلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. 38/Shaad: 26)

Ideologi Hawa Nafsu, Oposan Ideologi Kenabian/Diatas Manhaj Kenabian :


Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi oposan yang menentang dan menjadikan hawa nafsu sebagai pesaing ideology kenabian yang diamanatkan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa dan telah diperjuangkan Rasulullah Muhammad shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam dan diteruskan oleh keempat Khulafa-ur Raasyidiin.

عَنْ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda : “Adalah 1). nubuwah ini ada pada kalian apa yang Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa kehendaki terjadi. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa mengangkatkan manakala Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada 2). khilafah di atas manhaj nubuwah, maka terjadilah apa yang Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa kehendaki terjadi. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa mengangkatnya manakala Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada 3). (pemegang) kekuasaan dinastik yang berlaku aniaya dan zhalim pada rakyatnya, maka terjadilah apa yang Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa kehendaki terjadi. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa mengangkatnya manakala Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada 4). (pemegang) kekuasaan dictator yang sewenang-wenang, maka terjadilah apa yang Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa kehendaki terjadi. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa mengangkatnya manakala Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada 5). khilafah di atas manhaj nubuwah (HR. Ahmad, Musnad Al-Kuufiyyin, no. 17680)

Dalam hadits diatas kepemimpinan no. 1), 2) dan 5) adalah kepemimpinan ideology nubuwah (kenabian). Sedangkan no. 3) dan 4) adalah kepemimpinan ideology non kenabian.
Bagan Antara Kepemimpinan Ideologi Kenabian dan Non kenabian
Tampilnya Abu Bakr Ash-Shiddiq, 'Umar ibnul-Khaththab, 'Utsman bin 'Affan dan 'Ali bin Abi Thalib memimpin dunia Islam sebagai pemegang khilafah 'alaa minhaajin-nubuwwah / Khulafa-ur-Rasyidin al-Mahdiyyin menandai berakhirnya kepemimpinan kenabian langsung di tangan Rasulullah.
Kemudian wafatnya 'Ali bin Abi Thalib melatarbelakangi tampilnya Mu'awiyah bin Abi Sufyan memegang kepemimpinan dunia diperkuat dengan munculnya faham-faham teologi.

Munculnya faham teologi, kemudian juga aliran shufy serta pada gilirannya berrkembang madzhab fiqh menandai berakhirnya kepemimpinan dunia yang disebut Rasulullah khilafah 'alaa minhaajin-nubuwwah / Khulafa-ur-Rasyidin al-Mahdiyyin.

Berikutnya, faham kebangsaan (nasionalisme) dihidupkan di Turki oleh sastrawan-sastrawan Yahudi Perancis dengan icon Kemal Attaturk, kemudian menular ke jazirah Arab dan juga ke bangsa-bangsa muslim diatas jejak peta kolonialisme menampilkan pemimpin-pemimpin bangsa negeri setempat. Tampilnya faham kebangsaan dengan pemimpin-pemimpin negeri setempat itu menandai berakhir dan lepasnya kepemimpinan dunia 1924 dari tangan kekhalifahan (kepemimpinan dunia di tangan orang muslim yang disebut oleh Rasulullah sebagai mulk 'aadhdhan (kerajaan yang menggigit / dinastik)
Kini di puncak kejayaan dictator otoriter global Yahudi (al-mulk al-jabriyah al-yahudiyah al-'aalamiyah) berjubah keagamaan dan bertoga akademik DEMOKRATIS ini yang akan menandai kehancurannya adalah makin kehilangannya relefansi faham teologi, aliran shufy, madzhab fiqh, teori sosiologi, ormas, orpol dan sebagainya pada peran pentingnya urusan kepemimpinan dunia.

Yang menjadi makin relevan adalah peringatan sbb :

Apakah kebijakan seperti Jerman yang lebih mendukung kebijakan pembangunan Afghanistan dimana Jerman mengajak masyarakat internasional untuk fokus menyelesaikan masalah ekonomi dan rekonstruksi Afghanistan. Ataukah kebijakan militer seperti yang tetap diagresikan AS tak akan memudharati hamba-hamba Allah yang menjawab permintaan Allah untuk berjihad membela diterapkan ajaran Islam dengan ketaatan yang jauh dari tergoda keasyikan puas-puasan perdebatan faham teologi, aliran shufy, madzhab fiqh, teori sosiologi, ormas, orpol.
Tetap waspadalah para mujahidin bila perjuangan Islam ini digadaikan untuk membela kebangsaan Afghanistan atau suku bangsanya maka akan mengkhianati perjuangan Rasulullah sebagaimana andaikan Quraisy membela kebangsaannya atas Khazraj dan Aus ataupun hatta Yahudi. Atau sebaliknya. Niscayalah Allah menarik dukungan bala tentaranya yang kalian tidak melihatnya.
Ingatlah dukungan bala tentara yang dikirimkan Allah ketika Mujahidin menanggalkan kebangsaannya mengikat diri dalam satu persaudaraan iman membela dienullah menghadapi tentara canggih missi kafirin Uni Sovyet. Tetapi setelah Sovyet keluar dari bumi Afghanistan, banyak yang mulai mengedepankan kebangsaan ataupun kesukuannya maka tampak jelas Allah menarik dukungan bala tentaranya. Karena dengan mengedepankan kebangsaan ataupun kesukuannya berarti walaupun tetap bertingkah laku harian sebagi muslim, tetaplah berarti mengkhianati disatukannya Quraisy, Khazraj, Aus dll. lebur dalam ikatan saling mempersaudari dalam iman yang ditraktatkan Rasulullah. Dengan pengkhianatan itu pastilah kekuatan golongan umat Islam dengan segala identitas, atribut dan formalitas Islaminya termakan kekuatan dictator global dengan deklarasi universalnya bangsa-bangsa yang lebih merupakan implementasi protocol Yahudi yang perjanjiannya dibayar dengan bai’at yang diantaranya terjadi pada tahun 1717. Dengan demikian syahadatain umat Islam dirusak dan dibatalkan oleh pemimpin-pemimpinnya berlepas diri dari perjuangan Rasulullah mengikat orang-orang beriman pengikutnya dalam perjanjian saling mempersaudarai yang merupakan induk sunnah beliau berideology kenabian. Dengan demikian umat yang beridentitas, beratribut dan berformalitas muslim dibawa oleh pemimpinnya untuk membiarkan Rasulullah menanggung sendiri risiko perjuangannya membela misi kenabian walaupun dengan nyanyian, syair dan berbagai kesenian menyanjung beliau dan mendendangkan vocal-vocal shalawat.

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لاَ تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى أَمْرِ اللهِ قَاهِرِينَ لِعَدُوِّهِمْ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
Dari 'Uqbah bin Amir berkata : Aku mendengar Rasulullah bersabda : "Akan senantiasa ada 'ishaabah (jama'ah) dari umatku yang berperang memperjuangkan urusan (ajaran) Allah. Mereka mengalahkan musuh-musuh mereka.
Orang-orang yang menyelisihi (missi) mereka tidak akan memudharati mereka sampai datang kiamat, sedang keadaan mereka tetap (konsisten) seperti itu"(HR. Muslim).

Ali bin Abi Thalib : Demi Allah, sungguh jika Rasulullah wafat atau terbunuh, aku akan berperang di jalan apa yang beliau berperang sehingga aku mati.


Allah menarik dukungan bala tentara dan pertolongan-Nya dari orang-orang yang tidak konsisten pada Brigade Al-Quds, Hamas dan barisan manapun juga.

Khilafah 'alaa minhajin-nubuwah I telah terbukti setelah kepemimpinan kenabian beliau berada pada empat khalifah yang beliau menyebutnya sebagai Khulafa-ur-Rasyidin al-Mahdiyyiin.

عَنْ عِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَجْرَ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ لَهَا اْلأَعْيُنُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ قُلْنَا أَوْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى بَعْدِي اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ (رواه  أحمد)
Al-Irbath bin Sariah, berkata : Pada suatu hari kami shalat bersama Rasulullah, kemudian beliau berdiri menghadap kami (selesai shalat shubuh) kemudian beliau meberikan pengajaran kepada kami suatu pesan ajaran perpisahan yang airmata berlinang, hati tersentuh jadi bergetar. Kemudian dikatakan pada beliau : Wahai Rasulullah, rasanya engkau meberikan pengajaran kepada kami pesan ajaran perpisahan, maka wasiatkanlah pesan pengajaran kepada kami!. Kemudian beliau bersabda : 'Kalian wajib bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada Allah, Rasul-Nya dan pemimpin orang-orang mukmin dari kalian*)) walaupun pemimpin itu seorang budak dari suku bangsa Habsyi. Dan sesudahku kelak kalian akan mendapati perselisihan yang banyak maka kalian wajib (berpegang teguh pada Al-Qur'an dan) memegangi sunnahku dan sunnah Khulafa-ur-Rasyidin al-Mahdiyin, dan pegang teguhlah sunnah itu dan gigitlah dengan gigi geraham, dan jagalah dirimu dari perkara yang diada-adakan karena sesungguhnya setiap yang diada-adakan adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat (HR. Imam Ahmad)
*) Taat kepada Allah, Rasul-Nya dan ulil amri minal-mukminin (pemimpin-pemimpin dari kalangan orang-orang beriman) :
Khilafah 'alaa minhajin-nubuwah II yang dinubuwatkan Rasulullah akan tampil kelak memimpin dunia, beliau menyebutkannya sebagai Khalifatullah Al-Mahdy.
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْتَتِلُ عِنْدَ كَنْزِكُمْ ثَلاَثَةٌ كُلُّهُمُ ابْنُ خَلِيفَةٍ ثُمَّ لاَ يَصِيرُ إِلَى وَاحِدٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَطْلُعُ الرَّايَاتُ السُّودُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ فَيَقْتُلُونَكُمْ قَتْلاً لَمْ يُقْتَلْهُ قَوْمٌ ثُمَّ ذَكَرَ شَيْئًا لاَ أَحْفَظُهُ فَقَالَ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللهِ الْمَهْدِيُّ
Dari Tsauban radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah bersabda : Akan berperang tiga kekuatan di sisi perbendaharaan kalian. Mereka semua adalah kekuatan tiga putra khalifah. Tetapi tak satupun dari tiga kekuatan itu yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah (kekuatan dengan) bendera-bendera hitam dari arah timur. Kemudian mereka membunuh kalian dengan pembunuhan yang belum pernah dialami oleh kaum manapun sebelum kalian.

Kamudian, kata Tsauban, Rasulullah menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu beliau bersabda : "Maka jika kalian mendapatinya, berbai'atlah kalian padanya walaupun dengan merangkak diatas salju. Karena sesungguhnya ia adalah Khalifatullah al-Mahdy" (HR. Ibnu Maajah)

Wahai hamba-hamba Allah yang bertaqwa.
Alangkah indahnya ketaqwaan ini. Permintaan Rabbi al-‘aalamiin di masjid-masjid, di tempat kerja, sama halnya dengan yang di medan perang jihad di jalan Allah tak dijawab lain kecuali dengan ketaatan.
Ketaatan menjawab permintaan Allah itu adalah jalan sekaligus tujuan mencintai Allah dan dicintai, jauh dari terbawa penasaran bersuluk-suluk mencari-cari cinta di jalanan sufi.

Pada ketaatan menjawab permintaan Allah inilah dari petak sujud disini ke seluruh medan sejarah, dari menit-menit saat ini ke skala waktu jam saat ini kemudian ke hari hingga ke seluruh kurun sejarahnya adalah jalan sekaligus tujuan dirahmati dan diridhai dengan kebesertaan Allah. Tidak ada buang-buang waktu hanyut terbawa arus kegemaran dalam perdebatan teologi mencari tuhan dan rahmat seharga kasih gerejani.

Alangkah indahnya ketaqwaan hamba-hamba Allah ini menjawab larangan Allah dengan ketaatan menjauhi yang dilarang itu, jauh dari tergoda keasyikan gemar menang-menangan perdebatan madzhab haram dan madzhab makruhnya rokok .
Karena indahnya surga di alam akhirat yang dijanjikan Allah sangat didepan mata hamba Allah sehingga senjata yang bisa melukai dan membunuh dirinya tak membuatnya buram (apalagi buta tersumbat) menatap surga itu. Sedangkan penggila dunia tatapannya terhadap surga di alam akhirat tersumbat (klilipen) harta dan tahta duniawi.

Gharqadian, Peran Menyembunyikan Yahudi

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ   تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Rabbinya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (QS. 14/Ibrahim : 26)
وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ اْلأَرْضِ مَا لَهَا مِنْ قَرَارٍ
Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang tercabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun. (QS. 14/Ibrahim : 26)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمُ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوِ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلاَّ الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ   
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Hari Kiamat tidak akan terjadi sehingga orang-orang muslimin memerangi orang Yahudi. Orang-orang muslimin memerangi mereka menyebabkan orang Yahudi bersembunyi di belakang batu dan pohon. Maka batu atau pohonpun berkata: Wahai orang muslim! Wahai hamba Allah! Ada Yahudi di belakangku. Datanglah ke sini dan bunuhlah dia. Kecuali gharqad (pohon yang berduri), karena sesungguhnya pohon itu termasuk pohon Yahudi (HR. Bukhari dan Muslim)

Pada hadits tersebut terdapat peran menyembunyikan kerahasiaan Yahudi. Yang dimaksud dengan kerahasiaan Yahudi adalah rencana dan operasi kejahatan Yahudi terhadap ajaran Allah dan orang-orang yang beriman.
Tidak salah menggali pengetahuan tentang pohon itu sendiri. Tetapi tentulah pokok masalah yang dimaksud Rasulullah adalah kejahatan Yahudi di balik diplomasi, issue perdamaian, kerjasama ekonomi, bantuan keuangan maupun silat lidah politik demokratis yang ditampakkan di seantero muka bumi. Demikian pula Rasulullah tidak menyatakan sabdanya itu tanpa tujuan peringatan akan adanya fungsi penyembunyian rencana dan operasi jahat terhadap ajaran Allah dan orang-orang beriman.
Orang-orang Yahudi diperangi karena dengan missi jahatnya terhadap ajaran Allah dan orang-orang beriman, mereka dilaknat.
Apa yang dimaksud Rasulullah dengan sabdanya itu tidak lepas dari dua perkara :

Pertama : Missi kejahatan Yahudi yang dirahasiakan di balik apa yang dikemukakan di permukaan
Kedua : Fungsi menyembunyikan missi jahat Yahudi yang bila nama subyeknya adalah pohon gharqad itu, maka fungsi ini adalah fungsi gharqadian

Di masa supremasi missi jahat terhadap ajaran Allah dan orang-orang beriman beserta penyembunyian missi rahasianya itu disebut zaman fitnah. Di zaman fitnah itu Rasulullah menyatakan sabdanya bahwa permukaan bumi dikuasai oleh kekuatan yang tidak mengenal yang ma'ruf dan tidak menolak kemunkaran. Orang yang mau mengenal yang ma'ruf dan hemdak menolak kemunkaran, lisannya dibungkam, pandangannya dibutakan dan pendengarannya kepada kebenaran ajaran Allah dan Rasul-Nya disumbat oleh rencana rahasia Yahudi dan operasi jahatnya dalam kemasan yang simpatik.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَأْخُذَ اللهُ شَرِيطَتَهُ مِنْ أَهْلِ اْلأَرْضِ فَيَبْقَى فِيهَا عَجَاجَةٌ لاَ يَعْرِفُونَ مَعْرُوفًا وَلاَ يُنْكِرُونَ مُنْكَرًا
Dari Abdullah bin 'Amr, ia berkata : Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : Kiamat tidak akan terjadi, sehingga Allah mengambil syarithah-Nya (orang-orang baik dan memegangi ajaran-Nya) dari penduduk bumi, sehingga yang tinggal hanyalah 'ajaajah yang tidak mengenal hal yang ma'ruf dan tidak menolak kemunkaran  (HR. Ahmad)

Fungsi menyembunyikan missi jahat Yahudi itu ada yang dijalankan dengan :
a). menyembunyikan kebenaran ajaran Allah dan ideology kepemimpinan ( di atas jejak ) kenabian di muka bumi
الَّذِينَ ءَاتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يَعْرِفُونَهُ كَمَا يَعْرِفُونَ أَبْنَاءَهُمْ وَإِنَّ فَرِيقًا مِنْهُمْ لَيَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah Kami beri Al-Kitab (Taurat dan Injil) mengenal Muhammad seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Dan sesungguhnya sebahagian di antara mereka menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. (QS. 2/Al-Baqarah : 146)

b). melanggar janji
c). merubah kalam Allah dari apa yang sebenarnya diwahyukan
فَبِمَا نَقْضِهِمْ مِيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ وَلاَ تَزَالُ تَطَّلِعُ عَلَى خَائِنَةٍ مِنْهُمْ إِلاَّ قَلِيلاً مِنْهُمْ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاصْفَحْ إِنَّ اللهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
 (Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merobah kalam (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya, dan engkau (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka kecuali sedikit di antara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah mereka dan biarkanlah mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik. (QS. 5/Al-Maa-idah : 13)

d). mengalihkan pegangan pada kitabullah kepada apa yang ditulis okeh tanganya sendiri.
فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلاً فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ
Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya: "Ini dari Allah", (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka, akibat dari apa yang mereka usahakan. (QS. 2/Al-Baqarah : 79)

Di zaman fitnah, missi Yahudi terla'nat disembunyikan oleh fungsi gharqadian dalam kemasan alasan perdamaian, dipanjang-panjangkannya dialog yang tak berpangkal dan tak berujung, dan dalam kemasan alasan kemanusiaan menjadikan mulut lincah bersilat lidah bertajam lisan, pendengarannya menjadi dibuka lebar-lebar dan pada pandangannya dikenakan slogan buka mata untuk kemajuan dunia dalam arti tak ada hubungan dengan alam baka, yang tidak ada urusannya dengan kitab-kitab Allah dan dalam arti membathilkan ideology kepemimpinan (dia atas jejak) kenabian di muka bumi.
Sedangkan untuk alasan-alasan yang diwahyukan Allah dalam Al-Qur'an dan yang diajarkan dalam sunnah Rasulullah, tiba-tiba lisan menjadi bisu, pendengaran menjadi tuli dan penglihatan menjadi buta
صُمٌّ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لاَ يَرْجِعُونَ
Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar). (QS. 2/Al-Baqarah : 18)

إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللاَّعِنُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dila`nati Allah dan dila`nati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela`nati, (QS. 2/Al-Baqarah : 159)

Bau mulut orang yang bershiyam menjadi bukti pembenaran terhadap alasan-alasan yang diwahyukan Allah dalam Al-Qur'an dan yang diajarkan dalam sunnah Rasulullah, di fihak Allah lebih harum daripada aroma misk.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُعْطِيَتْ أُمَّتِي خَمْسَ خِصَالٍ فِي رَمَضَانَ لَمْ تُعْطَهَا أُمَّةٌ قَبْلَهُمْ خُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ وَتَسْتَغْفِرُ لَهُمُ الْمَلاَئِكَةُ حَتَّى يُفْطِرُوا وَيُزَيِّنُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ كُلَّ يَوْمٍ جَنَّتَهُ ثُمَّ يَقُولُ يُوشِكُ عِبَادِي الصَّالِحُونَ أَنْ يُلْقُوا عَنْهُمُ الْمَئُونَةَ وَاْلأَذَى وَيَصِيرُوا إِلَيْكِ وَيُصَفَّدُ فِيهِ مَرَدَةُ الشَّيَاطِينِ فَلاَ يَخْلُصُوا إِلَى مَا كَانُوا يَخْلُصُونَ إِلَيْهِ فِي غَيْرِهِ وَيُغْفَرُ لَهُمْ فِي آخِرِ لَيْلَةٍ قِيلَ يَا رَسُولَ اللهِ أَهِيَ لَيْلَةُ الْقَدْرِ قَالَ لاَ وَلَكِنَّ الْعَامِلَ إِنَّمَا يُوَفَّى أَجْرَهُ إِذَا قَضَى عَمَلَهُ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
 “Umatku pada bulan Ramadhan diberi lima keutamaan yang tidak diberikan kepada umat sebelumnya, yaitu: bau mulut orang yang bershiyam lebih harum di sisi Allah daripada aroma kesturi, para malaikat memohonkan ampunan bagi mereka sampai mereka berbuka, Allah Azza Wa Jalla setiap hari menghiasi Surga-Nya lalu berfirman (kepada Surga),’Hampir tiba saatnya para hamba-Ku yang shalih dibebaskan dari beban dan derita serta mereka menuju kepadamu, ‘pada bulan ini para jin yang jahat diikat sehingga mereka tidak bebas bergerak seperti pada bulan lainnya, dan diberikan kepada ummatku ampunan pada akhir malam. “Beliau ditanya, ‘Wahai Rasulullah apakah malam itu Lailatul Qadar’ Jawab beliau, ‘Tidak. Namun orang yang beramal tentu diberi balasannya jika menyelesaikan amalnya.’ ” (HR. Ahmad)

قَدْ جَاءَكُمْ بَصَائِرُ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ أَبْصَرَ فَلِنَفْسِهِ وَمَنْ عَمِيَ فَعَلَيْهَا وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِحَفِيظٍ
Sesungguhnya telah datang dari Rabb kalian bukti-bukti bagi daya pandang yang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu), maka (manfa`atnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannya kembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara kalian. (QS. 6/Al-An'aam : 104)

Kemenangan Tauhid Atas Egosentrisme Kemanusiaan

Pengertian tauhid difirmankan Allah :
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
Dan ibadatilah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
Dan firman Allah :
وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS. 98/Al-Bayyinah : 5).

Adapaun pengertian egosentrisme lebih nyata diwakili oleh pernyataan Para sesepuh kaum Zionist Yahudi dalam dokumen rapat rahasia para pelopor gerakan zionisme The Protocols of the Learned Elders of Zion yang pernah tercuri terpublikasikan  koran MOSKOWSKIJA WIEDOMOSTI 1902 dan 1903 sbb:
Kebenaran kita terletak pada kekuatan. Kata 'kebenaran' adalah pemikiran abstrak dan tak ada apapun yang ia dapat dibuktikan. Yang berarti tidak lebih dari : Berikan kepadaku apa yang aku ingin agar dengan demikian aku punya bukti bahwa aku lebih kuat dari pada anda.

Kemenangan tauhid pada kurun kenabian Rasulullah dimulai dengan ditegakkannya kepemimpinan kenabian beliau yang kemudian eksis dan efektif di Madinah. Kemenangan tauhid ini menandai tidak berfungsinya lagi kepemimpinan egosentrisme kebangsaan Quraisy di Makkah dan egosentrisme kesukuan di Madinah yang semula dibawah kendali egosentrisme ras Yahudi.
عَنْ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
Dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Adalah nubuwah (kenabian) ini ada pada kalian apa yang Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa kehendaki terjadi. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa mengangkatkan manakala Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada  khilafah 'alaa manhaj nubuwah (kepemimpinan di atas jejak kenabian) (HR. Ahmad, Musnad Al-Kuufiyyin, no. 17680)
Tampilnya Abu Bakr Ash-Shiddiq, 'Umar ibnul-Khaththab, 'Utsman bin 'Affan dan 'Ali bin Abi Thalib memimpin dunia Islam sebagai pemegang khilafah 'alaa minhaajin-nubuwwah / Khulafa-ur-Rasyidin al-Mahdiyyin menandai berakhirnya kepemimpinan kenabian langsung di tangan Rasulullah.

Kemudian wafatnya 'Ali bin Abi Thalib melatarbelakangi tampilnya Mu'awiyah bin Abi Sufyan memegang kepemimpinan dunia diperkuat dengan munculnya pecahan-pecahan dari kesatuan umat Islam disertai faham-faham teologinya seperti Khawarij, syi'ah dan sebagainya.
Faham teologi saling kuat menguatkan dengan kelompok social dan pemimpin politiknya menjadi egosentrisme faham yang bersangkutan sebagai suatu pecahan umat Islam yang berbeda dengan pecahan umat Islam lainnya.
Munculnya faham teologi, kemudian juga aliran shufy serta pada gilirannya berrkembang madzhab fiqh menandai berakhirnya kepemimpinan dunia yang disebut Rasulullah khilafah 'alaa minhaajin-nubuwwah / Khulafa-ur-Rasyidin al-Mahdiyyin.
Ini juga berarti menandai tercabiknya ikatan saling mempersaudari dalam iman yang ditraktatkan Rasulullah dalam perjanjian tertulis dalam shahifah kenabian beliau yang diantara pasal-pasalnya menyebutkan sebagai berikut :
وَأَنَّ الْمُؤْمِنِيْنَ الْمُتَّقِيْنَ عَلَى مَنْ بَغَى مِنْهُمْ أَوِ ابْتَغَى دَسِيْسَةَ ظُلْمٍ أَوْ إِثْمٍ أَوْ عُدْوَانٍ أَوْ فَسَادٍ بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَأَنَّ أَيْدِيْهِمْ عَلَيْهِ جَمِيْعَهُمْ وَلَوْ كَانَ وَلَدَ أحَدِهِمْ
Bahwasanya orang-orang mukminin yang muttaqin bertanggung jawab menghadapi orang yang membangkang dari kalangan mereka atau berencana tipu muslihat pemerdayaan jahat atau dosa atau permusuhan atau kerusakan di antara kalangan orang-orang mukminin. Dan bahwasanya tangan-tangan orang-orang mukmin menghadapi pelaku makar itu adalah satu kesatuan secara keseluruhan walaupun pelaku makar itu adalah anak dari salah seorang diantara mereka.

وَإِنَّ الْمُؤْمِنِيْنَ بَعْضُهُمْ مَوَالِي بَعْضٍ دُوْنَ النَّاسِ
Bahwasanya orang-orang mukminin, sebagian mereka pelindung, penolong, pemimpin dan pembela sebagian yang lain sebagai suatu kesatuan tersendiri dari manusia lainnya.

وَإِنَّهُ لاَ يَحِلُّ لِمُؤْمِنٍ أَقَرَّ بِمَا فِي هَذِهِ الصَّحِيْفَةِ وَآمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ أَنْ يَنْصُرَ مُحْدِثَنَا وَلاَ يْؤْوِيْهِ وَإِنَّهُ مَنْ نَصَرَهْ أَوْ آوَاهُ فَإِنَّ عَلَيْهِ لَعْنَةَ اللهِ وَغَضْبَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ
Bahwasanya tidak halal bagi seorang mukmin yang terikat ikrar dengan apa yang ada dalam shahifah ini dan beriman kepada Allah dan Hari Akhir menolong orang yang mengada-ada terhadap kami dan tak ada yang melindungi orang itu. Dan barangsiapa menolong dan/atau melindunginya maka sesungguhnya baginyalah la'nat Allah dan juga kemurkaan-Nya pada Hari Kiamat dan tak ada baginya yang memalingkan dan yang menjadi tebusan pengganti dari pada la'nat

Pada gilirannya tercabiknya ikatan saling mempersaudari dalam iman yang ditraktatkan Rasulullah yang ditandai adanya pecahan-pecahan faham teologi, aliran shufi dan madzhab fiqh dengan egosentrismenya masing-masing kemudian disempurnakan dengan egosentrisme kebangsaan seperti egosentrisme kesukuan di Makkah dan Madinah sebelum kepemimpinan kenabian Rasulullah.
Egosentrisme kebangsaan yang mula pertama di dunia Islam dihidupkan di Turki oleh sastrawan-sastrawan Yahudi Perancis dengan icon Kemal Attaturk, kemudian menular ke jazirah Arab dan juga ke bangsa-bangsa muslim diatas jejak peta kolonialisme menampilkan pemimpin-pemimpin bangsa negeri setempat. Tampilnya faham kebangsaan dengan pemimpin-pemimpin negeri setempat itu menandai berakhir dan lepasnya kepemimpinan dunia 1924 dari tangan kekhalifahan (kepemimpinan dunia di tangan orang muslim yang disebut oleh Rasulullah sebagai mulk 'aadhdhan (kerajaan yang menggigit / dinastik)

Kini di puncak kejayaan diktator otoriter global Yahudi (al-mulk al-jabriyah al-yahudiyah al-'aalamiyah) berjubah keagamaan dan bertoga akademik demokratis dengan egosentrisme kemanusiaan menandai makin hilangnya relevansi egosentrisme faham teologi, aliran shufy, madzhab fiqh, teori sosiologi, ormas, orpol dan sebagainya pada peran pentingnya menghadapi kesewenang-wenangan Yahudi atas situs non Yahudi di Gaza.
Diatas kapal Mavi Marmara yang mengusung missi egosentrisme kemanusiaan atas tauhid egosentrisme faham teologi, aliran shufy, madzhab fiqh, teori sosiologi, ormas, orpol dan sebagainya itu sama sekali tidak ada relevansinya.

Yang mesti disadari oleh orang-orang beriman kini adalah bahwa kemenangan egosentrisme kemanusiaan seperti yang disimbolkan di atas kapal Mavi Marmara menuju Gaza yang diserang tentara Zionis Yahudi 30 Mei 2010 itu bukanlah kemenangan yang dijanjikan Rasulullah penyampai janji Allah Rabb semesta alam.
عَنْ ذِي مِخْبَرٍ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ سَتُصَالِحُونَ الرُّومَ صُلْحًا آمِنًا فَتَغْزُونَ أَنْتُمْ وَهُمْ عَدُوًّا مِنْ وَرَائِكُمْ فَتُنْصَرُونَ وَتَغْنَمُونَ وَتَسْلَمُونَ ثُمَّ تَرْجِعُونَ حَتَّى تَنْزِلُوا بِمَرْجٍ ذِي تُلُولٍ فَيَرْفَعُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ النَّصْرَانِيَّةِ الصَّلِيبَ فَيَقُولُ غَلَبَ الصَّلِيبُ فَيَغْضَبُ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ فَيَدُقُّهُ فَعِنْدَ ذَلِكَ تَغْدِرُ الرُّومُ وَتَجْمَعُ لِلْمَلْحَمَةِ
عَنْ حَسَّانَ بْنِ عَطِيَّةَ بِإِسْنَادِهِ نَحْوَهُ وَزَادَ فِيهِ فَيَجْتَمِعُونَ لِلْمَلْحَمَةِ فَيَأْتُونَ حِينَئِذٍ تَحْتَ ثَمَانِينَ غَايَةٍ تَحْتَ كُلِّ غَايَةٍ اثْنَا عَشَرَ أَلْفًا
Dari Dzi Mikhbar, seseorang dari kalangan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam  berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : kalian akan mengadakan perjanjian damai dengan Romawi. Selama masa perjanjian damai tersebut, kalian dan Romawi akan memerangi musuh bersama. Kalian akan meraih kemenangan, mendapatkan harta rampasan perang yang cukup banyak dan kembali dengan selamat. Ketika kalian pulang dan sampai di padang sabana yang berbukit-bukit, seorang prajurit Romawi mengangkat salib dan berteriak dengan lantang 'Jayalah salib !'. Mendengar itu, seorang laki-laki dari barisan muslimin bangkit dan mematahkan kayu salib. Ketika itulah Romawi membatalkan perjanjian damai dan mempersiapkan kekuatan untuk memerangi kalian.
Dari Hassan bin 'Athiyah diriwayatkan hadits seperti itu, kemudian ia menambahkan : Maka Romawi memperpsiapkan kekuatan untuk memerangi kalian, saat itu mereka datang dibawah 80 bendera, di bawah setiap bendera ada 12.000 prajurit (HR. Abu Dawud)

Demikian pula, ingatlah wahai hamba-hamba Allah, dukungan bala tentara yang dikirimkan Allah ketika Mujahidin menanggalkan egosentrisme kebangsaannya untuk kemudian mengikat diri dalam satu persaudaraan iman membela dienullah menghadapi tentara canggih missi kafirin Uni Sovyet di Afghanistan. Tetapi setelah Sovyet keluar dari bumi Afghanistan, banyak yang mulai mengedepankan kebangsaan ataupun kesukuannya maka tampak jelas Allah menarik dukungan bala tentaranya. Karena dengan mengedepankan kebangsaan ataupun kesukuannya berarti walaupun tetap bertingkah laku harian sebagi muslim, tetaplah berarti mengkhianati disatukannya Quraisy, Khazraj, Aus dll. lebur dalam ikatan saling mempersaudari dalam iman yang ditraktatkan Rasulullah. Dengan pengkhianatan itu pastilah kekuatan golongan umat Islam dengan segala identitas, atribut dan formalitas Islaminya termakan kekuatan dictator global dengan deklarasi universalnya bangsa-bangsa yang lebih merupakan implementasi protocol Yahudi yang perjanjiannya dibayar dengan bai’at yang diantaranya terjadi pada tahun 1717. Dengan demikian syahadatain umat Islam dirusak dan dibatalkan oleh pemimpin-pemimpinnya berlepas diri dari perjuangan Rasulullah mengikat orang-orang beriman pengikutnya dalam perjanjian saling mempersaudarai yang merupakan induk sunnah beliau berideology kenabian. Dengan demikian umat yang beridentitas, beratribut dan berformalitas muslim dibawa oleh pemimpinnya untuk membiarkan Rasulullah menanggung sendiri risiko perjuangannya membela misi kenabian walaupun dengan nyanyian, syair dan berbagai kesenian menyanjung beliau dan mendendangkan vocal-vocal bersuluk-suluk pujian.
Lebih jelasnya lagi, kemenangan yang dijanjikan Rasulullah adalah kemenangan yang diperjuangkan oleh kekuatan kaum mukminin membela tauhid yang disebutkan dalam hadits Rasulullah.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لاَ تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى أَمْرِ اللهِ قَاهِرِينَ لِعَدُوِّهِمْ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
Dari 'Uqbah bin Amir berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Akan senantiasa ada 'ishaabah (jama'ah) dari umatku yang berperang memperjuangkan urusan (ajaran) Allah. Mereka mengalahkan musuh-musuh mereka.
Orang-orang yang menyelisihi (missi) mereka tidak akan memudharati mereka sampai datang kiamat, sedang keadaan mereka tetap (konsisten) seperti itu"(HR. Muslim).

Pesan inti fakta-fakta sejarah ini adalah bahwa masing-masing diri hamba Allah ini merupakan pribadi pemenang menjadi bagian kemenangan tauhid atas segala kekuatan egosentrisme di seluruh muka bumi bila segala egosentrisme pada diri pribadi sendiri disilamkan yaitu ditundukkan sepenuhnya taat pada ketentuan Allah Rab semesta alam, sebagaimana Ibrahim menjawab perintah Allah dengan sepenuh kepatuhan :
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Ketika Rabb-nya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam".(QS. 2/Al-Baqarah : 131)
Penyerahan segala egosentrisme diri kepada Rabb semesta alam inilah Islam. Dan Islam ini tak dapat digantikan dengan teosentrisme.