Selasa, 27 Januari 2015

Keangkuhan Logika Akal Terhadap Kenabian



QS. 2/Al-Baqarah : 118 to 119

Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: “Mengapa Allah tidak (lang-sung) berbicara dengan kami atau datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami”. Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah men-jelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin. (QS. 2/Al-Baqarah : 118)

Al-Qurthubi mengemukakan,
 
 “Mengapa Allah tidak langsung berbicara dengan kami,” 
maksudnya, berbicara kepada kami mengenai kenabianmu, hai Muhammad.
Abu ‘Aliyah dan ar-Rabi’ bin Anas, Qatadah, dan as-Suddi mengemukakan, “Hal itu merupakan ucapan kaum kafir Arab.”

“Demikianlah pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu,”
Menurut para ahli itu, mereka itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani.
Demikian juga bahwa orang-orang yang mengatakan hal tersebut adalah kaum Musyrikin Arab yaitu, firman Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa:

“Apabila datang suatu ayat kepada mereka, mereka berkata: ‘Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang serupa dengan apa yang telah diberikan rasul-rasul Allah.’ (QS. 6/Al-An’am: 124)

Juga firman-Nya:

“Dan mereka berkata: ‘Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami.

atau kamu mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang deras alirannya.

Atau kamu jatuhkan langit berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami.
  
Atau kamu mempunyai sebuah rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang kami baca.’ Katakanlah: ‘Mahasuci Rabb-ku, bukankah aku ini hanya seorang manusia yang menjadi rasul.’(QS. 17/Al-Israa’: 90-93)

Dan ayat-ayat lain yang menunjukkan kekufuran orang-orang musyrik Arab.

Dan permintaan mereka akan berbagai hal itu hanyalah merupakan kekufuran dan keingkaran semata. Sebagaimana yang dikemukakan oleh umat-umat terdahulu sebelum mereka dari kalangan Ahlul Kitab dan juga yang lainnya. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa :

“Ahlul Kitab meminta kepadamu agar engkau menurunkan kepada mereka sebuah kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata: ‘Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata.’ (QS. 4/An-Nisaa’: 153)

 Dan firman Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa,
“Hati mereka mirip.
Maksudnya, hati orang-orang musyrik Arab itu adalah serupa dengan hati orang-orang sebelum mereka dalam kekufuran dan keingkaran serta kesombongan mereka. Sebagaimana firman-Nya berikut ini:

“Demikianlah tidak seorang pun rasul yang datang kepada orang-orang sebelum mereka melainkan mereka mengatakan: ‘Ini adalah seorang tukang sihir atau orang gila.’
Apakah mereka saling berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. 51/Adz-Dzariyah: 52-53)

Ayat-ayat Allah Tak Membutuhkan Pertanyaan dan Penjelasan Tambahan

Dan firman-Nya,


“Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat itu kepada kaum yang meyakini.”

Artinya, Kami (Allah) telah menerangkan ayat-ayat Allah (bukti-bukti) yang menunjukkan kebenaran para rasul yang dengannya sudah tidak lagi diperlukan pertanyaan dan tambahan lain lagi bagi orang-orang yang meyakini, membenarkan, dan mengikuti para rasul, serta memahami bahwa apa yang dibawa mereka itu adalah dari  Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa. Sedangkan orang yang telah dikunci mati hati dan pendengarannya dan diberikan penutup pada pandangannya oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa, maka mereka inilah yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:

 “Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti terhadap mereka kalimat Rabb-mu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan adzab yang pedih.” (QS. 11/Yunus: 96-97).

Firman Allah :
Sesungguhnya Kami telah mengutus (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan kamu tidak akan di-minta (pertanggungjawaban) tentang penghuni-penghuni neraka. (QS. 2/Al-Baqarah : 119)

Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
 

Bapakku menceritakan kepada kami dari Abdurrahman bin Shalih dari Abdurrahman bin Muhammad bin Ubaidillah Al-Fazary dari Syaiban An-Nahwy, Qatadah mengkhabarkan kepadaku dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Telah diturunkan kepadaku ayat : ‘Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad) dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.’ Beliau Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Yaitu) berita gembira berupa surga dan peringatan dari api neraka.” (HR. Ibnu Abi Hatim, Tafsir Ibnu Abi Hatim, Juz I, Bab I, hal. 316)

Dan firman-Nya,
“Dan engkau tidak akan dimintai (pertanggungjawaban) tentang penghuni neraka.” 
Dibaca oleh mayoritas ulama dengan وَلاَتُسْئَلُ dengan mendhomahkan huruf ta ( تُ ) yang berkedudukan sebagai khabar (predikat), yang berarti, “Kami tidak akan bertanya kepadamu mengenai kekufuran orang-orang yang kafir kepadamu.” Hal ini sama seperti firman-Nya: .

Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (hal itu tidak penting bagimu) karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka. (QS. 13/Ar-Ra’d: 40)

Dan beberapa ayat yang serupa dengan itu.
Sedangkan ulama lainnya membaca dengan
dengan memfathahkan huruf ta, yang berkedudukan sebagai nahyu (larangan) dengan arti, “Janganlah engkau menanyakan keadaan mereka.”

Imam Ahmad meriwayatkan dari Musa bin Dawud dari Falih bin SUlaiman dari Hilal bin Ali dari Atha’ bin Yasar, ia menceritakan, “Aku pernah bertemu dengan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, lalu kukatakan: ‘Beritahukan kepadaku mengenai sifat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam yang terdapat di dalam kitab Taurat.’ Maka ia pun menjawab: ‘Baik, demi Allah, sesungguhnya beliau itu disifati di dalam Taurat seperti sifatnya di dalam al-Qur’an: ‘Wahai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan, serta melindungi orang-orang yang ummi.’ Engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku, Aku menamaimu Mutawakkil. Tidak kasar dalam berbicara, tidak keras hati, tidak berteriak-teriak di pasar, tidak membalas suatu kejahatan dengan kejahatan, tetapi beliau adalah senantiasa memaafkan dan memberikan ampunan. Beliau tidak akan dicabut nyawanya sehingga beliau meluruskan millah (ajaran hidup) yang telah menyimpang dengan mengajak agar manusia mennyatakan, Laa ilaaha illa Allah. Maka dengan hal itu akan terbuka semua mata yang buta dan telinga-telinga yang tuli serta hati-hati yang telah tertutup.” (Hadits di atas hanya diriwayatkan oleh Bukhari).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar