Sabtu, 21 Mei 2011

Ajaran Hasil Curian Melawan Sistematika Wahyu


Sistematika wahyu dimaksudkan bahwa hukum-hukum Allah tentang kehidupan manusia  telah tertulis dan berlangsung sejak di alam al-mala-i al-a'laa yang dijaga kemudian dibawakan oleh Allah kepada malaikat Jibril diwahyukan kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam di alam kehidupan dunia untuk dilangsungkan oleh Rasulullah sebagai missi kerasulan beliau untuk : 1) Tilaawah Aayaatillah yaitu ditilawahkannya ayat-ayat Allah pada sekalian manusia, 2) Tazkiyah yaitu mensucikan manusia dari syirik menyekutukan Allah  dan dari setiap dosa serta 3) Ta'limah al-Kitab dan as-Sunnah yaitu mengajarkan Al-Qur'an dan sunnah kenabian.

Sistematika wahyu itu, Maha Menaqdirkan-Nya Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa dibenarkan dengan iman, kehadiran para malaikat Allah dibenarkan dengan iman, diturunkannya kitab-kitab Allah dibenarkan dengan iman, diberikannya kenabian kepada para rasul Allah dibenarkan dengan iman dan alam akhirat yang surganya dicita-citakan seraya nerakanya untuk diajuhi dibenarkan kepastiannya dengan iman. Pembenaran-pembenaran dengan iman itu dibuktikan dengan sepenuhnya bertanggung jawab atas tetap berlangsungnya missi tilawah, tazkiyah dan ta'limah al-kitab dan sunnah kenabian Rasulullah apapun yang terjadi di medan malang melintangnya kehidupan di dunia.

Terjaga di Lauh Mahfuzh
بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي تَكْذِيبٍ وَاللهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مُحِيطٌ بَلْ هُوَ قُرْءَانٌ مَجِيدٌ  فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ
Sesungguhnya orang-orang kafir senantiasa mendustakan, padahal di belakang mereka Allah (kepungan-Nya) meliputi mereka. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia, yang (terjaga) dalam Lauh Mahfuzh. (QS. 85/Al-Buruuj : 19-22)

Dibawa Turun Malaikat Jibril
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Katakanlah: Barangsiapa yang adalah musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada kalbumu dengan izin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (QS. 2/Al-Baqarah : 97)

Missi Tilawah, Tazkiyah dan Ta'limah
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي اْلأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلاَلٍ مُبِينٍ وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummy  seorang Rasul di antara mereka, yang mentilawahkan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. 62/Al-Jumu'ah : 2-3)


Pencurian Ajaran Setara Pembohongan

'Aisyah radhiyallaahu 'anhaa mengatakan : Ada tiga perkara, barangsiapa yang membicarakan salah satu daripadanya berarrti dia telah melakukan pembohongan yang amat besar terhadap Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.

Pertama:
مَنْ زَعَمَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ
Barangsiapa yang beranggapan bahwa Muhammad shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam melihat Tuhannya berarti besarlah pembohongannya terhadap Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman  :
لاَ تُدْرِكُهُ اْلأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ اْلأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
Yang artinya: Dia tidak dapat dilihat oleh penglihatan, sedangkan Dia melihat dan mengetahui hakikat segala penglihatan dan Dialah Yang Mahalembut lagi Maha Mendalam pengetahuanNya. (QS. 6/Al-An'aam : 103)

Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa juga berfirman :
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلاَّ وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
Yang artinya: Dan tidaklah layak bagi seseorang manusia bahwa Allah berkata-kata dengannya kecuali dengan jalan wahyu dengan diberi ilham atau mimpi atau dari balik dinding dengan mendengar suara saja atau dengan mengutus utusan yaitu Malaikat lalu utusan itu menyampaikan wahyu kepadanya dengan izin Allah akan apa yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabijaksana (QS.  42/Asy-Syuuraa : 51).

Kedua :
وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَمَ شَيْئًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ
Barangsiapa yang beranggapan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam telah menyembunyikan sesuatu dari kitab Allah, maka ketahuilah sesungguhnya dia adalah pendustaan yang paling besar terhadap Allah, sebagaimana firman Allah
 
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ
Yang artinya: Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabb-mu dan jika engkau tidak melakukannya dengan menyampaikan semuanya, maka berarti engkau tidak menyampaikan missi ajaran-Nya (QS. 5/Al-Maa-idah : 67).

Ketiga :
وَمَنْ زَعَمَ أَنَّهُ يُخْبِرُ بِمَا يَكُونُ فِي غَدٍ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ
Barangsiapa yang beranggapan bahwa baginda menceritakan perkara yang akan terjadi pada besok harinya, maka ketahuilah dia merupakan suatu pendustaan yang besar terhadap Allah, sebagaimana firmanNya :

قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ
Yang artinya: Katakanlah lagi, tiada siapapun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib melainkan Allah (QS. 27/An-Naml : 65) (HR. Bukhari dan Muslim)
وَلاَ أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللهِ وَلاَ أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلاَ أَقُولُ إِنِّي مَلَكٌ وَلاَ أَقُولُ لِلَّذِينَ تَزْدَرِي أَعْيُنُكُمْ لَنْ يُؤْتِيَهُمُ اللهُ خَيْرًا اللهُ أَعْلَمُ بِمَا فِي أَنْفُسِهِمْ إِنِّي إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ
Dan aku tidak mengatakan kepada kalian (bahwa): "Aku mempunyai perbendaharaan rezki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib, dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, bila demikian termasuk orang-orang yang zhalim. (QS. 19/Maryam : 31)


Arti Pembohongan Terhadap Allah

Anggapan Pertama : bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam melihat Allah sama halnya menganggap bahwa Allah bisa diidentifikasi, diklasifikasi dan diukur dengan kerangka pandang, kerangka fikir dan kerangka nalar (bahkan indra) manusia. Dengan manusia berkuasa untuk mendefinisikan Allah, kemudian memberikan sebutan, menggelarkan nama ataupun label sebagaimana orang Yahudi menyebut Allah itu faqir.
لَقَدْ سَمِعَ اللهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah itu faqir dan kami kaya". (QS.3/Aali 'Imraan : 181)

Dengan anggapan demikian, juga untuk menjadi hamba Allah bukan budak hawa nafsu binatang, manusia tidak membutuhkan sistematika wahyu, cukuplah dengan jalan sufi melihat Tuhan.

Anggapan kedua : bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah menyembunyikan sesuatu dari kitab Allah berartilah bahwa menentang  dan anti missi kerasulan. Sedangkan missi kerasulan yaitu missi tilawah ayat-ayat Allah, tazkiyah yang adalah pensucian manusia dan Ta'limah al-Kitab dan hikmah yang adalah pengajaran Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah, adalah missi mana dan mengapa seorang rasul Allah diutus Allah sebagai rasul. Pada anggapan yang kedua ini berarti pembohongan termasuk terbesar terhadap Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa menentang rukun iman pada kitab-kitab dan rukun iman pada rasul-rasul Allah.

Anggapan ketiga : bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menceritakan perkara yang akan terjadi pada besok harinya berartilah tidak membutuhkan iman pada rukun iman kelima yaitu beriman pada hari akhir dan tidak pula membutuhkan rukun iman yang keenam yaitu iman pada takdir Allah.

Ajaran hidup, apapun namanya ia disebut, apabila halnya adalah menentang, anti atau di luar pembenaran dengan iman terhadap sistematika wahyu sebagaiaman telah disebutkan, maka ia adalah ajaran hasil curian. Setara dengan ajaran hasil curian setan walaupun pada kenyataannya, setan tidak bakal mempu mencuri dengan ajaran dalam pembicaraan di alam al-mala-il a'laa.
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ  وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ  لاَ يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمََلإِ اْلأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ  دُحُورًا وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ  إِلاَّ مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ
 Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang sangat durhaka, syaitan-syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang. (QS. 37/Ash-Shaffaat : 6-10)

Bila Sistematika Wahyu yang dimaksudkan adalah bahwa hukum-hukum Allah tentang kehidupan manusia  telah tertulis dan berlangsung sejak di alam al-mala-i al-a'laa yang dijaga kemudian dibawakan oleh Allah kepada malaikat Jibril diwahyukan kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam di alam kehidupan dunia (QS. 2:97;  42:51) untuk dilangsungkan oleh Rasulullah sebagai missi kerasulan beliau untuk :               1) Tilaawah Aayaatillah yaitu ditilawahkannya ayat-ayat Allah pada sekalian manusia, 2) Tazkiyah yaitu mensucikan manusia dari syirik menyekutukan Allah  dan dari setiap dosa serta 3) Ta'limah al-Kitab dan as-Sunnah yaitu mengajarkan Al-Qur'an dan sunnah kenabian (QS. 62: 2) maka alangkah frontalnya perlawanan orang yang merasa cukup dengan ilmu aktor intelektualnya dan tidak merasa cukup dengan Al-Qur'an dan Sunnah kenabian Rasulullah. Al-Qur'an dan sunnah kenabian Rasulullah diperlakukan sebagai yang membutuhkan tambal sulam dari pendapat manusia. Sehingga pula jadilah ajaran yang dipeganginya  setara dengan ajaran hasil curian (QS.37 : 6-10) walau sebetapapun amal perbuatannya sama dan sebangun dengan sunnah Rasulullah.

Sehingga respon yang direaksikan muncul dalam tiga fenomena. Fenomena pertama : ada umat yang menghindar dari missi ditilawahkannya ayat-ayat Allah. Fenomena kedua : missi Rasul untuk mensucikan manusia dari syirik menyekutukan Allah  dan dari setiap dosa disikapi dengan buang muka. Dan fenomena ketiga ada umat yang melarikan diri dari dita'limahkannya pengajaran Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah.


Perlawanan Datang dari 'Ushbah/Insiders Yahudi Konspirator.

Dalam hal 'ushbah/insiders Yahudi konspirator menganggap dirinya tidak boleh diillegalkan ataupun diamoralkan bahwa fihaknya berhak untuk dengan segala keabsahan dan keberadabannya merebut kembali seluruh harta kekayaan di dunia, membunuh kaum non-Yahudi dan menghancurkan institusi ajaran hidup, maka doktrin berikut ini bukanlah semata-mata tertuju pada Raja Perancis ataupun umat Kristiani. Diarahkan pada non-'ushbah/insiders Yahudi konspirator seluruhnya.
Dan orang-orang muslim yang beriman adalah bahwa perlawanan datang dari 'ushbah/insiders Yahudi konspirator terhadap sistematika wahyu.

Pada tanggal 13 Jabuari 1489, Shamur seorang pendeta Yahudi di kota Orles menulis surat kepada masyarakat Yahudi Istanbul, minta pandangan berkenaan dengan situasi gawat yang dialami oleh masyarakat Yahudi di Perancis. Dijelaskan, orang-orang Perancis di kota Aix, Arles dan Marsailles mengancam keberadaan tempat-tempat ibadah (Synagogues). Shamur bertanya apa yang harus dilakukan. Surat itu dijawab : "Saudara-saudara, dengan rasa sedih pengaduan kalian kami pelajari. Derita nasib buruk yang kalian alami membuat kami ikut bersedih. Kalian mengadukan bahwa raja Perancis telah memaksa kalian memeluk agama Nasrani. Kalian sulit menentang perintah paksaan itu. Maka masuklah ke agama Nasrani . Tetapi harus diingat, bahwa ajaran Musa harus tetap kalian pegang erat-erat dalam hati sanubari. Umat Kristen memerintahkan supaya kalian menyerahkan harta benda kalian. Laksanakanlah. Selanjutnya didiklah putra-putri kalian menjadi pedagang dan pengusaha yang tangguh, agar pelan-pelan bisa merebut kembali harta benda itu dari tangan mereka. Kalian juga melaporkan, bahwa mereka mengancam keselamatan hidup kalian. Maka, binalah putra-putri kalian menjadi dokter, agar bisa membunuh orang-orang Kristen secara rahasia. Mereka menghancurkan tempat peribadatan kalian. Maka, didiklah putra-putri kalian untuk menjadi pendeta, agar bisa menghancurkan gereja mereka dari dalam. Mereka menindas dengan melanggar hak dan nilai kemanusiaan. Maka didiklah putra-putri kaliansebagai agen-agen propaganda dan penulis, agar bisa menelusup ke berbagai jajaran pemerintahan. Dengan demikian, kalian akan bisa menundukkan orang Kristen dengan cengkeraman kuku-kuku kekuasaan internasional yang kalian kendalikan dari balik layar. Ini berarrti pelampiasan dendam kesumat kalian terhadap mereka" 24 Juli 1489 tertanda : Pemimpin Tertinggi Yahudi Konstantinopel.( William G. Carr : Yahudi Menggenggam Dunia )

Menggunakan Tuhan Sebagai Semacam Dokter

Lynne Ali, tiga puluhan tahun, dari Dagenham di Essex, Inggris dengan terang-terangan mengakui dirinya menjadi 'tipikal remaja pesta kerasnya kulit putih'.
Gaya hidupnya adalah keluar rumah, mabuk dengan teman-teman dan bergaul bebas dengan laki-laki.
Ia mengatakan  bahwa ia bekerja paruh-waktu sebagai seorang DJ, sehingga ia benar-benar menjadi bagian dalamnya adegan klub.
Ia berkata : Aku digunakan untuk berdoa sejenak sebagai orang Kristen, tapi aku menggunakan Tuhan sebagai semacam dokter, untuk memperbaiki hal-hal yang ada dalam hidupku. Jika ada yang bertanya, aku mengatakan bahwa, pada umumnya, aku bahagia hidup di jalur cepat. "

Suatu saat ketika ia berusia 19 tahun, sesuatu yang dramatis terjadi yang ia katakan: "... dan itu seolah-olah segala sesuatu dalam hidupku sedang ditepatkan pada tempatnya. Aku berpikir, dengan itu semua, aku harus mencari sesuatu untuk yang aku merasa tidak terpenuhi oleh gaya hidup pesta minuman kerasku".
Kemudian apa yang ia cari, ia menemukannya dengan konversi masuk Islam.
Dengan menjalani hidup sebagai muslimah, ia mengatakan : "Aku bisa melihat kehidupanku sebelumnya dengan penglihatan dari sisi luar, dan aku tahu aku tidak akan kembali untuk itu".
"Aku sangat bersyukur aku menemukan jalan keluarku. Ini adalah nyata bagiku – Aku bahagia shalat lima kali sehari dan aku bergabung ke dalam jamaah hamba-hamba Allah di masjid. Aku tidak lagi menjadi budak masyarakat yang rusak dan aku tidak lagi menjadi budak harapannya yang rusak itu"  

Bersyukurnya ia, yang nyata baginya bahagia shalat lima waktu, bergabungnya ia ke dalam jamaah hamba-hamba Allah, keluarnya ia dari diperbudak oleh harapan kebanyakan orang yang rusak adalah jawaban dirinya membenarkan firman-firman Allah :
وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي اْلأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللهِ إِنْ يَتَّبِعُونَ إِلاَّ الظَّنَّ وَإِنْ هُمْ إِلاَّ يَخْرُصُونَ
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah) (QS. 6/Al-An'aam : 116)

Apa yang dijalani Lynne Ali menjadi Muslimah, ia bahagia dan bisa melihat tak berharganya dunia masa lalunya yang ia katakan : ‘For the first time, I could see my former life with an outsider’s eyes, and I knew I could never go back to that.

Dalam kebahagiaan dan kemuliaan yang tak terbatasi lagi bila masa lalu yang dilihatnya itu adalah kehidupan dunia ini seluruhnya sedangkan sisi dimana posisi dirinya yang melihat masa lalu di dunia itu adalah alam kemuliaan setelah meninggal dunia.

وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ   فَرِحِينَ بِمَا ءَاتَاهُمُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلاَّ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ  يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ
Janganlah engkau mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di fihak Rabb mereka dengan mendapat rezki,  mereka dalam keadaan gembira dengan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan ni`mat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan balasan nilai amal orang-orang yang beriman. (QS. 3/Aali 'Imraan : 169-171)

Bertaubat dari Menggunakan Tuhan sebagai Semacam Dokter

Bahwa apa yang diberikan testimonial itu, sebelum dan sesudahnya, untuk menghukuminya sepenuhnya kembali kepada Allah Subhaanahu Ta'aalaa di alam akhirat kelak, tetapi yang pasti itu adalah satu titik untuk melangkah menjalani pertaubatan. Yaitu pertaubatan dari berdo'a atau beribadat menggunakan Tuhan sebagai semacam dokter menuju beribadat untuk memenuhi undangan Allah yang difrimankan-Nya :
يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ   ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً   فَادْخُلِي فِي عِبَادِي  وَادْخُلِي جَنَّتِي
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabb-mu dalam keadaan meridhai lagi diridhai-Nya.  Maka masuklah (bergabung) ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. 89/Al-Fajr : 27-30)

Menyandangkan Gelar Tuhan pada Nabi
اللهُ نُورُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكَاةٍ فِيهَا مِصْبَاحٌ الْمِصْبَاحُ فِي زُجَاجَةٍ الزُّجَاجَةُ كَأَنَّهَا كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لاَ شَرْقِيَّةٍ وَلاَ غَرْبِيَّةٍ يَكَادُ زَيْتُهَا يُضِيءُ وَلَوْ لَمْ تَمْسَسْهُ نَارٌ نُورٌ عَلَى نُورٍ يَهْدِي اللهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَضْرِبُ اللهُ اْلأَمْثَالَ لِلنَّاسِ وَاللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
Allah adalah cahaya langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah ceruk yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, pohon zaitun yang tidak bersifat timur dan tidak pula bersifat barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah memberikan hidayah (petunjuk) kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS 24/An-Nuur : 35)

Pada firman Allah itu jelas bahwa Allah adalah cahaya langit dan bumi, cahaya di atas cahaya untuk menegaskan bahwa Allahlah yang berwenang memberikan hidayah (petunjuk) bukan Rasulullah.
وَإِنَّ اللهَ لَهَادِ الَّذِينَ ءَامَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Dan sesungguhnya Allah adalah Maha Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang diistiqamahi. (QS. 22/Al-Hajj : 54)

Tetapi manusia tetap saja memburu kesenangan dunia, dalam arti menjadikan dunia dan kesenangannya sebagai surga yang abadi, melanggar ketentuan dari Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa. Maka yang ditemukan adalah serba kegelapan. Dalam keadaan di dalam kegelapan karena tidak beribadah untuk memenuhi undangan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa, maka tetap dalam keadaan menggunakan kehendaknya sendiri tak mau tahu akan kehendak Allah akan segala ketentuan-ketentuan-Nya dalam Al-Qur'aan dan sunnah Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Ketika itulah ia kemudian beribadah untuk menggunakan Tuhan sebagai semacam penerang hati atau penghibur di kegelapan dunia. Merasa tak dapat mengundang Tuhan sebagai semacam penerang atau penghibur itu, ia beragama Islam mulai menobatkan Rasulullah sebagai cahaya di atas cahaya. Sebagaimana orang Nasrani menyatakan Nabi Isa sebagai cahaya di atas cahaya.
Kemudian juga menyandangkan asma Allah Al-Hadi (Yang Maha Memberi hidayah/petunjuk) pada Rasulullah.
أَنْتَ نُوْرٌ فَوْقَ نُوْرِ
اَنْتَ شَمْسٌ اَنْتَ بَدْرٌ      
Engkau cahaya diatas cahaya

Engkaulah matahari.
Engkaulah bulan purnama.

اَنْتَ مِصْبَاحُ الصُّدُورِ
اَنْتَ اِكْسِيْرٌ وَغَالِى
Engkaulah pelita di dada.


Engkau yang menjadikan hidup ini abadi dan segala yang berharga yang mena'jubkan.

عَدَ تَحْرِيْرِ السُّطُوْرِ
وَصلاَةُ اللهُ عَلَى اَحْمَدْ
.tak terlukis tulisan kata.

Dan shalawat keberkahan Allah kiranya atas Ahmad,

صَاحِبُ الْوَجْهِ الْمُنِيْرِ
اَحْمَدُ الْهَادِى مُحَمَّدْ      
Wahai Muhammad, sang wajah nan mencahayai.
Wahai Ahmad, sang pemberi hidayah,


Padahal Rasulullah bukanlah Al-Haadi (yang memberi petunjuk)
وَمَا أَنْتَ بِهَادِي الْعُمْيِ عَنْ ضَلاَلَتِهِمْ إِنْ تُسْمِعُ إِلاَّ مَنْ يُؤْمِنُ بِآيَاتِنَا فَهُمْ مُسْلِمُونَ
Dan engkau (wahai Muhammad) sekali-kali bukanlah yang dapat memberi petunjuk (hidayah untuk memalingkan) orang-orang buta dari kesesatan mereka. Engkau tidak pula dapat menjadikan (seorangpun) mendengar, melainkan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, lalu mereka berserah diri. (QS. 27 /An-Naml : 81)

Kreedo Nasrani diantaranya meyatakan :

Saya iman kepada satu Tuhan
Ayah yang maha Besar,
Pencipta langit dan bumi,
Dan segala sesuatu yang terlihat dan tak terlihat:

Dan kepada satu Tuhan Yesus Kristus,
Anak laki-laki Tuhan satu-satunya yang diperanakkan, Lahir dari Ayahnya
Sebelum alam seluruhnya,
Tuhannya Tuhan,
Cahayanya Cahaya,
Tuhan yang sebenarnya dari Tuhan yang sebenarnya,
Diperanakkan, tidak dibuat.

Bila Allah yang memperkenalkan diri-Nya kepada manusia Dialah Cahaya di atas cahaya (Nuurun 'alaa nuurin), yang berarti Dialah yang Maha Memebri petunjuk (Al-Haadi) maka penobatan Rasulullah maupun Nabi Isa sebagai cahaya diatas cahaya adalah penentangan terhadap  Nuurun 'alaa nuurin (Cahaya di atas cahaya), Dialah Allah, juga terhadap Al-Haadi (Yang Maha Pemberi hidayah), Dialah Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.

Penobatan Rasulullah sebagaimana dalam bacaan shalawat badr itu pada dasarnya bukanlah watak asli dari awalnya orang beragama Islam yang bershalawat badr.  Penobatan Yasus sebagaimana dalam bacaan kreedo Nasrani itu pada dasarnya bukanlah watak asli dari awalnya orang beragama Nasrani. Watak (karakteristik) menentang  firman Allah itu yang asli sejak awalnya adalah karakteristik Yahudi.

Pengorganisasian kekuatan umat manusia secara rahasia oleh 'ushbah/insiders konspirasi Yahudi menerapkan asas yang diantaranya adalah asas humanisme. Pada asas humanisme itu dinyatakan : "Kemanusiaan itu harus kita jadikan tujuan selain dari Allah. Jadikanlah kemanusiaan itu sebagai Tuhan untuk disembah. Bentuklah etika kemanusiaan sebagai pengganti etika agama. Tidaklah cukup bagi kita hanya mengalahkan mereka (pemeluk agama) beserta peribadatannya dengan humanisme sejati, melainkan dengan humanisme harus dapat memusnahkan mereka itu. (Notulen Kongres Freemasonry Begardo 1911 dalam Asrar Masuniah) (Jaringan Gelap Freemasonry, Sejarah dan Perkembangannya Hingga ke Indonesia, A.D. El Marzdedeq, Dim.Av, Syamil Cipta Media, Bandung  cet. Ke-3, 2007, hal. 29)

Disebutkan oleh J.D. Buck, dalam bukunya Mystic Masonry : Satu-satunya diri Tuhan yang diterima Freemasonry adalah kemanusiaan sempurna…. Karenanya kemanusiaan adalah satu-satunya tuhan. (J. D. Buck, Mystic Masonry, Kessinger Publishing Company, September 1990, hal. 216) ( Baca : Harun Yahya )