Minggu, 21 November 2010

KEPEMIMPINAN DUNIA DIATAS JEJAK KENABIAN

Hawa Nafsu Yang Dipertuhankan Menjadi Oposan Allah :
Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi dipersaingkan pada Allah yang dipertuhankan.

Hawa nafsu dengan demikian telah dipuja dan disembah menjadi oposan Allah oleh pengikutnya yang setia. Tidakkah terlihat oleh pandangan manusia hawa nafsu yang diberi kekuasaan tertinggi seperti itu pada kehidupan yang sama sebenarnya hanya Allahlah yang hak untuk dipertuhankan tanpa sesuatu yang lain sedikitpun.

أَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ    هَــوَاهُ   أَفَأَنْتَ تَكُونُ عَلَيْهِ وَكِيلاً
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS. 25/Al-Furqaan : 43)
وَلاَ تَدْعُ مَعَ اللهِ إِلَهًا ءَاخَرَ  لاَ إِلَــهَ إِلاَّ هُوَ   كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلاَّ وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ
Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. BagiNyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan. (QS. 28/Al-Qashash : 88)


Hawa Nafsu Oposan Wahyu :
Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi oposan yang menentang dan menjadikan hawa nafsu sebagai pesaing wahyu Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ    الْــهَوَى     إِنْ هُوَ إِلاَّ   وَحْيٌ يُـوحَى
Dan tiadalah ia berbicara (dengan Al Qur'an itu) menurut kemauan hawa nafsunya. Tiada lain ia hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya), (QS. 53/An-Najm : 3-4)


Hawa Nafsu Oposan Syariah :
Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi oposan yang menentang dan menjadikan hawa nafsu sebagai pesaing syariah Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى    شَـرِيْـعَـةٍ   مِنَ اْلأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلاَ تَتَّبِعْ   أَهْـوَاءَ   الَّذِينَ لاَ يَعْلَمونَ
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.(QS. 35/Al-Jaatsiyah : 18)


Hawa Nafsu, Oposan Hidayatullah :
Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi oposan yang menentang dan menjadikan hawa nafsu sebagai pesaing hidayah Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.

Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :

فَإِنْ لَمْ يَسْتَجِيبُوا لَكَ فَاعْلَمْ أَنَّمَا يَتَّبِعُونَ   أَهْـوَاءَهُـمْ   وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنَ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ    هُـدًى مِنَ اللهِ    إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zhalim. (QS. 28/Al-Qashash : 50)


Kepemimpinan Hawa Nafsu, Oposan Kepemimpinan Khalifah Allah di Bumi :
Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi oposan yang menentang dan menjadikan hawa nafsu sebagai pesaing ideology kenabian yang diamanatkan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa agar manusia mengemban amanat kekhalifahan di bumi.
Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
يَادَاوُدُ إِنَّاجَعَلْنَاكَ    خَلِيـفَةً فِي اْلأََرْضِ   فَاحْكُمْ بَيْنَ النَّاسِ بِالْحَقِّ وَلاَ تَتَّبِعِ    الْهَـوَى    فَيُضلَّكَ عَنْ سَبِيلِ اللهِ إِنَّ الَّذِينَ يَضِلُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللهِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ بِمَا نَسُوا يَوْمَ الْحِسَابِ
Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan. (QS. 38/Shaad: 26)

Ideologi Hawa Nafsu, Oposan Ideologi Kenabian/Diatas Manhaj Kenabian :


Ketika hawa nafsu menjadi penentu langkah dan kepuasannya menjadi dasar setiap sikap, keputusan dan tindakan maka ia telah menjadi oposan yang menentang dan menjadikan hawa nafsu sebagai pesaing ideology kenabian yang diamanatkan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa dan telah diperjuangkan Rasulullah Muhammad shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam dan diteruskan oleh keempat Khulafa-ur Raasyidiin.

عَنْ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda : “Adalah 1). nubuwah ini ada pada kalian apa yang Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa kehendaki terjadi. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa mengangkatkan manakala Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada 2). khilafah di atas manhaj nubuwah, maka terjadilah apa yang Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa kehendaki terjadi. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa mengangkatnya manakala Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada 3). (pemegang) kekuasaan dinastik yang berlaku aniaya dan zhalim pada rakyatnya, maka terjadilah apa yang Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa kehendaki terjadi. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa mengangkatnya manakala Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada 4). (pemegang) kekuasaan dictator yang sewenang-wenang, maka terjadilah apa yang Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa kehendaki terjadi. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa mengangkatnya manakala Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada 5). khilafah di atas manhaj nubuwah (HR. Ahmad, Musnad Al-Kuufiyyin, no. 17680)

Dalam hadits diatas kepemimpinan no. 1), 2) dan 5) adalah kepemimpinan ideology nubuwah (kenabian). Sedangkan no. 3) dan 4) adalah kepemimpinan ideology non kenabian.
Bagan Antara Kepemimpinan Ideologi Kenabian dan Non kenabian
Tampilnya Abu Bakr Ash-Shiddiq, 'Umar ibnul-Khaththab, 'Utsman bin 'Affan dan 'Ali bin Abi Thalib memimpin dunia Islam sebagai pemegang khilafah 'alaa minhaajin-nubuwwah / Khulafa-ur-Rasyidin al-Mahdiyyin menandai berakhirnya kepemimpinan kenabian langsung di tangan Rasulullah.
Kemudian wafatnya 'Ali bin Abi Thalib melatarbelakangi tampilnya Mu'awiyah bin Abi Sufyan memegang kepemimpinan dunia diperkuat dengan munculnya faham-faham teologi.

Munculnya faham teologi, kemudian juga aliran shufy serta pada gilirannya berrkembang madzhab fiqh menandai berakhirnya kepemimpinan dunia yang disebut Rasulullah khilafah 'alaa minhaajin-nubuwwah / Khulafa-ur-Rasyidin al-Mahdiyyin.

Berikutnya, faham kebangsaan (nasionalisme) dihidupkan di Turki oleh sastrawan-sastrawan Yahudi Perancis dengan icon Kemal Attaturk, kemudian menular ke jazirah Arab dan juga ke bangsa-bangsa muslim diatas jejak peta kolonialisme menampilkan pemimpin-pemimpin bangsa negeri setempat. Tampilnya faham kebangsaan dengan pemimpin-pemimpin negeri setempat itu menandai berakhir dan lepasnya kepemimpinan dunia 1924 dari tangan kekhalifahan (kepemimpinan dunia di tangan orang muslim yang disebut oleh Rasulullah sebagai mulk 'aadhdhan (kerajaan yang menggigit / dinastik)
Kini di puncak kejayaan dictator otoriter global Yahudi (al-mulk al-jabriyah al-yahudiyah al-'aalamiyah) berjubah keagamaan dan bertoga akademik DEMOKRATIS ini yang akan menandai kehancurannya adalah makin kehilangannya relefansi faham teologi, aliran shufy, madzhab fiqh, teori sosiologi, ormas, orpol dan sebagainya pada peran pentingnya urusan kepemimpinan dunia.

Yang menjadi makin relevan adalah peringatan sbb :

Apakah kebijakan seperti Jerman yang lebih mendukung kebijakan pembangunan Afghanistan dimana Jerman mengajak masyarakat internasional untuk fokus menyelesaikan masalah ekonomi dan rekonstruksi Afghanistan. Ataukah kebijakan militer seperti yang tetap diagresikan AS tak akan memudharati hamba-hamba Allah yang menjawab permintaan Allah untuk berjihad membela diterapkan ajaran Islam dengan ketaatan yang jauh dari tergoda keasyikan puas-puasan perdebatan faham teologi, aliran shufy, madzhab fiqh, teori sosiologi, ormas, orpol.
Tetap waspadalah para mujahidin bila perjuangan Islam ini digadaikan untuk membela kebangsaan Afghanistan atau suku bangsanya maka akan mengkhianati perjuangan Rasulullah sebagaimana andaikan Quraisy membela kebangsaannya atas Khazraj dan Aus ataupun hatta Yahudi. Atau sebaliknya. Niscayalah Allah menarik dukungan bala tentaranya yang kalian tidak melihatnya.
Ingatlah dukungan bala tentara yang dikirimkan Allah ketika Mujahidin menanggalkan kebangsaannya mengikat diri dalam satu persaudaraan iman membela dienullah menghadapi tentara canggih missi kafirin Uni Sovyet. Tetapi setelah Sovyet keluar dari bumi Afghanistan, banyak yang mulai mengedepankan kebangsaan ataupun kesukuannya maka tampak jelas Allah menarik dukungan bala tentaranya. Karena dengan mengedepankan kebangsaan ataupun kesukuannya berarti walaupun tetap bertingkah laku harian sebagi muslim, tetaplah berarti mengkhianati disatukannya Quraisy, Khazraj, Aus dll. lebur dalam ikatan saling mempersaudari dalam iman yang ditraktatkan Rasulullah. Dengan pengkhianatan itu pastilah kekuatan golongan umat Islam dengan segala identitas, atribut dan formalitas Islaminya termakan kekuatan dictator global dengan deklarasi universalnya bangsa-bangsa yang lebih merupakan implementasi protocol Yahudi yang perjanjiannya dibayar dengan bai’at yang diantaranya terjadi pada tahun 1717. Dengan demikian syahadatain umat Islam dirusak dan dibatalkan oleh pemimpin-pemimpinnya berlepas diri dari perjuangan Rasulullah mengikat orang-orang beriman pengikutnya dalam perjanjian saling mempersaudarai yang merupakan induk sunnah beliau berideology kenabian. Dengan demikian umat yang beridentitas, beratribut dan berformalitas muslim dibawa oleh pemimpinnya untuk membiarkan Rasulullah menanggung sendiri risiko perjuangannya membela misi kenabian walaupun dengan nyanyian, syair dan berbagai kesenian menyanjung beliau dan mendendangkan vocal-vocal shalawat.

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لاَ تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى أَمْرِ اللهِ قَاهِرِينَ لِعَدُوِّهِمْ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
Dari 'Uqbah bin Amir berkata : Aku mendengar Rasulullah bersabda : "Akan senantiasa ada 'ishaabah (jama'ah) dari umatku yang berperang memperjuangkan urusan (ajaran) Allah. Mereka mengalahkan musuh-musuh mereka.
Orang-orang yang menyelisihi (missi) mereka tidak akan memudharati mereka sampai datang kiamat, sedang keadaan mereka tetap (konsisten) seperti itu"(HR. Muslim).

Ali bin Abi Thalib : Demi Allah, sungguh jika Rasulullah wafat atau terbunuh, aku akan berperang di jalan apa yang beliau berperang sehingga aku mati.


Allah menarik dukungan bala tentara dan pertolongan-Nya dari orang-orang yang tidak konsisten pada Brigade Al-Quds, Hamas dan barisan manapun juga.

Khilafah 'alaa minhajin-nubuwah I telah terbukti setelah kepemimpinan kenabian beliau berada pada empat khalifah yang beliau menyebutnya sebagai Khulafa-ur-Rasyidin al-Mahdiyyiin.

عَنْ عِرْبَاضِ بْنِ سَارِيَةَ قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْفَجْرَ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا فَوَعَظَنَا مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ لَهَا اْلأَعْيُنُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ قُلْنَا أَوْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأَوْصِنَا قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ كَانَ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ يَرَى بَعْدِي اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ اْلأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ (رواه  أحمد)
Al-Irbath bin Sariah, berkata : Pada suatu hari kami shalat bersama Rasulullah, kemudian beliau berdiri menghadap kami (selesai shalat shubuh) kemudian beliau meberikan pengajaran kepada kami suatu pesan ajaran perpisahan yang airmata berlinang, hati tersentuh jadi bergetar. Kemudian dikatakan pada beliau : Wahai Rasulullah, rasanya engkau meberikan pengajaran kepada kami pesan ajaran perpisahan, maka wasiatkanlah pesan pengajaran kepada kami!. Kemudian beliau bersabda : 'Kalian wajib bertaqwa kepada Allah, mendengar dan taat (kepada Allah, Rasul-Nya dan pemimpin orang-orang mukmin dari kalian*)) walaupun pemimpin itu seorang budak dari suku bangsa Habsyi. Dan sesudahku kelak kalian akan mendapati perselisihan yang banyak maka kalian wajib (berpegang teguh pada Al-Qur'an dan) memegangi sunnahku dan sunnah Khulafa-ur-Rasyidin al-Mahdiyin, dan pegang teguhlah sunnah itu dan gigitlah dengan gigi geraham, dan jagalah dirimu dari perkara yang diada-adakan karena sesungguhnya setiap yang diada-adakan adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat (HR. Imam Ahmad)
*) Taat kepada Allah, Rasul-Nya dan ulil amri minal-mukminin (pemimpin-pemimpin dari kalangan orang-orang beriman) :
Khilafah 'alaa minhajin-nubuwah II yang dinubuwatkan Rasulullah akan tampil kelak memimpin dunia, beliau menyebutkannya sebagai Khalifatullah Al-Mahdy.
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْتَتِلُ عِنْدَ كَنْزِكُمْ ثَلاَثَةٌ كُلُّهُمُ ابْنُ خَلِيفَةٍ ثُمَّ لاَ يَصِيرُ إِلَى وَاحِدٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَطْلُعُ الرَّايَاتُ السُّودُ مِنْ قِبَلِ الْمَشْرِقِ فَيَقْتُلُونَكُمْ قَتْلاً لَمْ يُقْتَلْهُ قَوْمٌ ثُمَّ ذَكَرَ شَيْئًا لاَ أَحْفَظُهُ فَقَالَ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللهِ الْمَهْدِيُّ
Dari Tsauban radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah bersabda : Akan berperang tiga kekuatan di sisi perbendaharaan kalian. Mereka semua adalah kekuatan tiga putra khalifah. Tetapi tak satupun dari tiga kekuatan itu yang berhasil menguasainya. Kemudian muncullah (kekuatan dengan) bendera-bendera hitam dari arah timur. Kemudian mereka membunuh kalian dengan pembunuhan yang belum pernah dialami oleh kaum manapun sebelum kalian.

Kamudian, kata Tsauban, Rasulullah menyebutkan sesuatu yang aku tidak hafal, lalu beliau bersabda : "Maka jika kalian mendapatinya, berbai'atlah kalian padanya walaupun dengan merangkak diatas salju. Karena sesungguhnya ia adalah Khalifatullah al-Mahdy" (HR. Ibnu Maajah)

Wahai hamba-hamba Allah yang bertaqwa.
Alangkah indahnya ketaqwaan ini. Permintaan Rabbi al-‘aalamiin di masjid-masjid, di tempat kerja, sama halnya dengan yang di medan perang jihad di jalan Allah tak dijawab lain kecuali dengan ketaatan.
Ketaatan menjawab permintaan Allah itu adalah jalan sekaligus tujuan mencintai Allah dan dicintai, jauh dari terbawa penasaran bersuluk-suluk mencari-cari cinta di jalanan sufi.

Pada ketaatan menjawab permintaan Allah inilah dari petak sujud disini ke seluruh medan sejarah, dari menit-menit saat ini ke skala waktu jam saat ini kemudian ke hari hingga ke seluruh kurun sejarahnya adalah jalan sekaligus tujuan dirahmati dan diridhai dengan kebesertaan Allah. Tidak ada buang-buang waktu hanyut terbawa arus kegemaran dalam perdebatan teologi mencari tuhan dan rahmat seharga kasih gerejani.

Alangkah indahnya ketaqwaan hamba-hamba Allah ini menjawab larangan Allah dengan ketaatan menjauhi yang dilarang itu, jauh dari tergoda keasyikan gemar menang-menangan perdebatan madzhab haram dan madzhab makruhnya rokok .
Karena indahnya surga di alam akhirat yang dijanjikan Allah sangat didepan mata hamba Allah sehingga senjata yang bisa melukai dan membunuh dirinya tak membuatnya buram (apalagi buta tersumbat) menatap surga itu. Sedangkan penggila dunia tatapannya terhadap surga di alam akhirat tersumbat (klilipen) harta dan tahta duniawi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar