Jumat, 02 September 2011

Perampas Kewenangan Allah Di Balik Perseteruan Umat Manusia


Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa yang menciptakan langit dan bumi, demikian pula menciptakan manusia. Kemudian Allah pulalah yang berwenang mengatur alam semesta, demikian pula mengatur kehidupan manusia.
إِنَّ رَبَّكُمُ اللهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ مَا مِنْ شَفِيعٍ إِلاَّ مِنْ بَعْدِ إِذْنِهِ ذَلِكُمُ اللهُ رَبُّكُمْ فَاعْبُدُوهُ أَفَلاَ تَذَكَّرُونَ
Sesungguhnya Rabb kalian ialah Allah Yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa`at (pembelaan) kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Rabb kalian, maka ibadatilah Dia. Maka apakah kalian tidak mengambil pelajaran? (QS. 10/Yunus : 3).

Kewenangan mengatur dan menentukan hukum alam adalah ada pada kekuasaan Allah Yang Mahakuasa. Demikian pula menentukan hukum kehidupan manusia.

Adapun kewenangan manusia di hadapan Allah adalah mentaati ketentuan hukum Allah.
Ini artinya bahwa Allah tidak membebani manusia, yang pasti manusia itu dengan hawa nafsunya untuk menentukan sendiri aturan hukum kehidupannya sebagaimana manusia tidak dibebani untuk menentukan ketentuan hukum alam fisika, kimia, biologi dan ketentuan hukum alam lainnya.
Kewenangan manusia mentaati ketentuan hukum Allah tentang kehidupan manusia sebagaimana mentaati hukum Allah tentang alam semesta.

Dalam beribadah shiyam terdapat disiplin kewenangan ini.

Allah memerintahkan manusia makan, manusia mendapatkan derajat mulia kemanusiaannya bila bukan hanya makan karena lapar atau karena tuntutan sosial, lebih dari itu adalah karena mentaati perintah Yang Maha Menghendaki adanya diri manusia itu.

Allah memerintahkan manusia puasa, manusia mendapatkan derajat mulia kemanusiaannya bila bukan puasa hanya karena kepentingan badannya sehat dan bagus dan bukan pula puasa hanya karena kepentingan kedudukan sosialnya lebih tinggi, lebih dari itu adalah karena mentaati perintah Yang Maha Merajai alam pembalasan.

Type Manusia Perampas

Allah memerintahkan manusia beribadah qurban, manusia mendapatkan derajat mulia kemanusiaannya bila mentaatinya. Dan itulah yang dipilih oleh satu dari dua putra Adam dalam peristiwa yang Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa memerintahkan kepada Rasulullah dengan firman-Nya untuk mentilawahkannya.

وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ ءَادَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ اْلآخَرِ قَالَ َلأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ  لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ ِلأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ
Dan tilawahkanlah kepada mereka berita kedua putera Adam sebagaimana yang sebenarnya, ketika keduanya beribadah mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua dan tidak diterima dari yang lain.  Ia (yang tidak diterima ibadahnya) berkata: "Sungguh aku pasti membunuhmu!"
Ia (yang diterima ibadahnya) berkata : "Sesungguhnya Allah hanya menerima (ibadah korban) dari orang-orang yang bertakwa" "Sungguh jika engkau menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb semesta alam." (QS. 5/Al-Maa-idah : 27-28).

Adapun manusia yang Allah memerintahkan manusia beribadah berqurban, kemudian hawa nafsunya menolak ketentuan hukum Allah untuk ibadah itu, ia membuat ketentuan hukum untuk beribadah dengan akalnya. Ia telah merampas kewenangan Allah untuk menentukan hukum kehidupan manusia. Itulah yang dipilih oleh satu dari dua putra Adam yang tidak diterima ibadahnya dan binasalah ia di dunia dan akhirat.

Ketika Allah menentukan hukum kehidupan manusia agar manusia naik kapal yang dibuat oleh Nabi Nuh atas perintah Allah, maka orang-orang yang beriman mentaatinya, selamatlah mereka di dunia dan di akhirat.
Tetapi putra Nabi Nuh sendiri merampas kewenangan Allah untuk menentukan ketetentuan hukum kehidupan manusia, kemudian ia berikan kewenangan itu kepada hawa nafsu dengan akalnya, maka bianasalah ia di dunia dan di akhirat.
وَهِيَ تَجْرِي بِهِمْ فِي مَوْجٍ كَالْجِبَالِ وَنَادَى نُوحٌ ابْنَهُ وَكَانَ فِي مَعْزِلٍ يَابُنَيَّ ارْكَبْ مَعَنَا وَلاَ تَكُنْ مَعَ الْكَافِرِينَ
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah engkau berada bersama orang-orang yang kafir." (QS. 11/Huud : 42)
قَالَ سَآوِي إِلَى جَبَلٍ يَعْصِمُنِي مِنَ الْمَاءِ قَالَ لاَ عَاصِمَ الْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ اللهِ إِلاَّ مَنْ رَحِمَ وَحَالَ بَيْنَهُمَا الْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ الْمُغْرَقِينَ
Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari ini dari adzab Allah selain Allah sendiri (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. (QS. 11/Huud : 43)

Dengan demikian dapatlah dikenal manusia type perampas kewenangan Allah menentukan hukum kehidupannya sebagaimana putra Nabi Adam, demikian pula putra Nabi Nuh. Itulah pula type sepuluh saudara Yusuf putra-putra Nabi Ya'qub yang membuat rencana cerita dan menyutradarai pembuangan Nabi Yusuf dari sisi Nabi Ya'qub. Itulah pula type pembuat drama dan sutradar pembunuhan terhadap Nabi-Nabi Allah hingga berkonspirasi agar Nabi Isa dihukum mati dengan disalib. Itulah pula type orang-orang Yahudi Bani Qainuqa', Bani Nadhir dan Bani Quraizhah yang adalah pemilik gagasan, perencana dan sutradara menumpas Rasulullah beserta orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang Yahudi yang melestarikan perseteruan anatara suku Khazraj dan suku Aus sejak dari persaingan martabat egoisme kesukuan samapai ke bunuh membunuh secara fisik.

Itulah type pembuat cerita, perencana dan sutradara sandiwara di balik perseteruan anatara Hamas dan Fatah di Palestina, Rapublik dan Demokrat di AS demikian pula antara kaum radikal dan kaum moderat di seluruh nageri di dunia ini. Demikian pula perseteruan dimunculkannya faham sy'iah untuk tiba-tiba yang berseberangan dengannya termakan dalam klaim sebagai sunny dengan segala keturunannya beranak pinak dalam wujud faham teologi, madzhab fiqh serta aliran thariqat yang berkembang kemudian. Demikian pula perseteruan antara Sultan Abdul Hamid, Sultan kekhalifahan Utsmaniyah dan Kemal At-Taturk di Turki sebagai detail dari episode Game Konspirasi Peternakan Manusia. Sang Sultan adalah penganut thariqat pimpinan Syeikh Mahmud Abu Syamat.
Syeikh Mahmud Abu Syamat adalah sesepuh kelompok Thariqat Sadzaly
Yashrithy. Dia adalah penerus pertama yang menggantikan pimpinan Thariqat
itu setelah pendirinya Syeikh Ali Al Yashrithy meninggal dunia.
Type perampas kewenangan Allah itu pula yang berada di balik perseteruan Sukarno dan Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo di Indonesia. Itulah pula type di balik perseteruan antara Blok Timur sosialis - komunis dengan Pakta Warsawanya dan Blok Barat kapitalis liberal dengan NATO-nya untuk mewujudkan berlangsungnya fungsi-fungsi satu Pemerintahan Dunia.

Kezhaliman yang berarti ketidakadilan dan kegelapan yang menjadikan umat manusia tak dapat melihat type ini di balik perseteruan NU dan Muhammadiyah seperti yang jelas-jelas melestarikan perseteruannya itu pada Sidang Itsbat menentukan 1 Syawwal 1432 H. Muhammadiyah memutuskan 1 Syawwal 1432 H jatuh pada 30 Agustus 2011 sedangkan NU dan Pemerintah menetapkannya jatuh pada 31 Agustus 2011.
Padahal umat tidak membutuhkan keputusan itu melainkan hanya membutuhkan informasi, karena begitu mengakses informasi ada satu kesaksian melihat (ru'yah) hilal dibawah sumpah, di belahan bumi manapun, umat Islam terikat dengan ketentuan yang berkaitan dengan telah masuknya penanggalan pada 1 Syawwal 1432 H. Sebagaimana diketahui di telah ada kesaksian melihat hilal demikian pula penetapan 1 Syawwal 1432 H di berbagai belahan bumi ini jatuh pada 30 Agustus 2011. Mesir, Qatar, & Emirat Arab Beridul Fitri 30 Agustus 2011.

Seruan fihak tertentu yang mengikat umatnya untuk mengikuti keputusan otoritas kepemimpinannya dari fihak-fihak dalam perseteruan yang ada telah melangkahi kewenangan Allah dan Rasul-Nya yang memerintahkan shiyam Ramadhan dan membayar zakat fithrah serta shalat idul fithri karena menyaksikan awal dan akhir bulan Ramadhan dengan melihat hilal. Dalam perintah Allah dan Rasul-Nya itu tak ada perintah sesuai negara, kebangsaan, disiplin ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan faham teologi, madzhab fiqh serta aliran thariqat keagamaannya.
Pelestarian perseteruan-perseteruan sedemekian di zaman kapanpun, di negeri belahan bumi manapun, dengan disiplin ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan faham teologi, madzhab fiqh serta aliran thariqat keagamaan apapun adalah melawan disatukannya umat manusia oleh Rasulullah dengan laa ilaaha illallaah. Pelestarian perseteruan-perseteruan sedemikian itu adalah pelestarian Devide et Impera dalam Game Konspirasi Peternakan Manusia.

Type Manusia Ridha

Di fihak lain adalah manusia type makhluk surga Allah di alam akhirat yang kini sedang menyeberangi alam kehidupan dunia dengan ridha bahwa kewenangan menentukan hukum kehidupan manusia ada pada kekuasaan Allah.
Kewenangan manusia adalah mentaatinya.

Type pembunuh satu diantara dua putra Adam, demikian pula sepuluh saudara Yusuf putra-putra Ya'qub hingga type para pembuat cerita, perencana dan sutradara sandiwara perseteruan kekuatan sosial itulah yang merampas kewenangan Allah untuk menentukan ketetentuan hukum kehidupan manusia, kemudian kewenangan itu dipercayakan kepada hawa nafsu manusia dari pada dipercayakan kepada Allah dengan mentaatinya. Jadilah hukum yang dijalankannya adalah hukum yang objek serta subjek dijalankannya hukum itu adalah type makhluk peternakan manusia.

Padahal Allah tidak membebani amanat dan tanggungjawab sedemikian itu.
لاَ يُكَلِّفُ اللهُ نَفْسًا إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (QS. 2/Al-Baqarah : 286)

Maka dari itu bila perampasan kewenangan Allah untuk menentukan hukum kehidupan manusia itu kemudian dipercayakan kepada akal dan hawa nafsunya maka representasinya adalah tidak ada perlunya pada Allah dengan menahan lapar dan dahaga berpuasa di bulan Ramadhan.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِي اللهُ عَنْهم قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ ِللهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ (البخاري)
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan keji dan amal perbuatannya, maka tiada perlunya dengan Allah dalam hal ia meninggalkan makan dan minumnya (HR. Bukhary)

Orang-orang yang ridha kewenangan menentukan hukum kehidupan manusia sebagaimana hukum alam ini ada pada Allah yang Maha Berkehendak, Mahaadil, Mahabijaksana lagi Maha Menaqdirkan maka itulah type makhluk surga Allah di alam akhirat yang kini sedang menyeberangi alam kehidupan dunia.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : Barang siapa shiyam Ramadhan karena keimanan (kepada Allah) dan mengharapkan keridhaan Allah semata-mata, maka diampuni dosanya yang telah lalu (HR. Bukhari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar