Sistematika wahyu dimaksudkan bahwa hukum-hukum Allah tentang kehidupan manusia telah tertulis dan berlangsung sejak di alam al-mala-i al-a'laa yang dijaga kemudian dibawakan oleh Allah kepada malaikat Jibril diwahyukan kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam di alam kehidupan dunia untuk dilangsungkan oleh Rasulullah sebagai missi kerasulan beliau untuk : 1) Tilaawah Aayaatillah yaitu ditilawahkannya ayat-ayat Allah pada sekalian manusia, 2) Tazkiyah yaitu mensucikan manusia dari syirik menyekutukan Allah dan dari setiap dosa serta 3) Ta'limah al-Kitab dan as-Sunnah yaitu mengajarkan Al-Qur'an dan sunnah kenabian.
Sistematika wahyu itu, Maha Menaqdirkan-Nya Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa dibenarkan dengan iman, kehadiran para malaikat Allah dibenarkan dengan iman, diturunkannya kitab-kitab Allah dibenarkan dengan iman, diberikannya kenabian kepada para rasul Allah dibenarkan dengan iman dan alam akhirat yang surganya dicita-citakan seraya nerakanya untuk diajuhi dibenarkan kepastiannya dengan iman. Pembenaran-pembenaran dengan iman itu dibuktikan dengan sepenuhnya bertanggung jawab atas tetap berlangsungnya missi tilawah, tazkiyah dan ta'limah al-kitab dan sunnah kenabian Rasulullah apapun yang terjadi di medan malang melintangnya kehidupan di dunia.
Terjaga di Lauh Mahfuzh
بَلِ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي تَكْذِيبٍ وَاللهُ مِنْ وَرَائِهِمْ مُحِيطٌ بَلْ هُوَ قُرْءَانٌ مَجِيدٌ فِي لَوْحٍ مَحْفُوظٍ
Sesungguhnya orang-orang kafir senantiasa mendustakan, padahal di belakang mereka Allah (kepungan-Nya) meliputi mereka. Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia, yang (terjaga) dalam Lauh Mahfuzh. (QS. 85/Al-Buruuj : 19-22)
Dibawa Turun Malaikat Jibril
قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِجِبْرِيلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللهِ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Katakanlah: Barangsiapa yang adalah musuh Jibril, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada kalbumu dengan izin Allah; membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman. (QS. 2/Al-Baqarah : 97)
Missi Tilawah, Tazkiyah dan Ta'limah
هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي اْلأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ ءَايَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلاَلٍ مُبِينٍ وَءَاخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang ummy seorang Rasul di antara mereka, yang mentilawahkan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata, dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. 62/Al-Jumu'ah : 2-3) Pencurian Ajaran Setara Pembohongan
'Aisyah radhiyallaahu 'anhaa mengatakan : Ada tiga perkara, barangsiapa yang membicarakan salah satu daripadanya berarrti dia telah melakukan pembohongan yang amat besar terhadap Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
Pertama:
مَنْ زَعَمَ أَنَّ مُحَمَّدًا صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى رَبَّهُ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ
Barangsiapa yang beranggapan bahwa Muhammad shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam melihat Tuhannya berarti besarlah pembohongannya terhadap Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
لاَ تُدْرِكُهُ اْلأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ اْلأَبْصَارَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
Yang artinya: Dia tidak dapat dilihat oleh penglihatan, sedangkan Dia melihat dan mengetahui hakikat segala penglihatan dan Dialah Yang Mahalembut lagi Maha Mendalam pengetahuanNya. (QS. 6/Al-An'aam : 103)
Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa juga berfirman :
وَمَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُكَلِّمَهُ اللهُ إِلاَّ وَحْيًا أَوْ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ أَوْ يُرْسِلَ رَسُولاً فَيُوحِيَ بِإِذْنِهِ مَا يَشَاءُ إِنَّهُ عَلِيٌّ حَكِيمٌ
Yang artinya: Dan tidaklah layak bagi seseorang manusia bahwa Allah berkata-kata dengannya kecuali dengan jalan wahyu dengan diberi ilham atau mimpi atau dari balik dinding dengan mendengar suara saja atau dengan mengutus utusan yaitu Malaikat lalu utusan itu menyampaikan wahyu kepadanya dengan izin Allah akan apa yang dikehendakiNya. Sesungguhnya Allah Mahatinggi lagi Mahabijaksana (QS. 42/Asy-Syuuraa : 51).
Kedua :
وَمَنْ زَعَمَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَتَمَ شَيْئًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ
Barangsiapa yang beranggapan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam telah menyembunyikan sesuatu dari kitab Allah, maka ketahuilah sesungguhnya dia adalah pendustaan yang paling besar terhadap Allah, sebagaimana firman Allah
يَا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَمَا بَلَّغْتَ رِسَالَتَهُ
Yang artinya: Wahai Rasul! Sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Rabb-mu dan jika engkau tidak melakukannya dengan menyampaikan semuanya, maka berarti engkau tidak menyampaikan missi ajaran-Nya (QS. 5/Al-Maa-idah : 67).
Ketiga :
وَمَنْ زَعَمَ أَنَّهُ يُخْبِرُ بِمَا يَكُونُ فِي غَدٍ فَقَدْ أَعْظَمَ عَلَى اللهِ الْفِرْيَةَ
Barangsiapa yang beranggapan bahwa baginda menceritakan perkara yang akan terjadi pada besok harinya, maka ketahuilah dia merupakan suatu pendustaan yang besar terhadap Allah, sebagaimana firmanNya :
قُلْ لاَ يَعْلَمُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ الْغَيْبَ إِلاَّ اللهُ
Yang artinya: Katakanlah lagi, tiada siapapun di langit dan di bumi yang mengetahui perkara yang ghaib melainkan Allah (QS. 27/An-Naml : 65) (HR. Bukhari dan Muslim)
وَلاَ أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللهِ وَلاَ أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلاَ أَقُولُ إِنِّي مَلَكٌ وَلاَ أَقُولُ لِلَّذِينَ تَزْدَرِي أَعْيُنُكُمْ لَنْ يُؤْتِيَهُمُ اللهُ خَيْرًا اللهُ أَعْلَمُ بِمَا فِي أَنْفُسِهِمْ إِنِّي إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ
Dan aku tidak mengatakan kepada kalian (bahwa): "Aku mempunyai perbendaharaan rezki dan kekayaan dari Allah, dan aku tiada mengetahui yang ghaib, dan tidak (pula) aku mengatakan: "Bahwa sesungguhnya aku adalah malaikat", dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: "Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka". Allah lebih mengetahui apa yang ada pada diri mereka; sesungguhnya aku, bila demikian termasuk orang-orang yang zhalim. (QS. 19/Maryam : 31)
Arti Pembohongan Terhadap Allah
Anggapan Pertama : bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam melihat Allah sama halnya menganggap bahwa Allah bisa diidentifikasi, diklasifikasi dan diukur dengan kerangka pandang, kerangka fikir dan kerangka nalar (bahkan indra) manusia. Dengan manusia berkuasa untuk mendefinisikan Allah, kemudian memberikan sebutan, menggelarkan nama ataupun label sebagaimana orang Yahudi menyebut Allah itu faqir.
لَقَدْ سَمِعَ اللهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah itu faqir dan kami kaya". (QS.3/Aali 'Imraan : 181)
Dengan anggapan demikian, juga untuk menjadi hamba Allah bukan budak hawa nafsu binatang, manusia tidak membutuhkan sistematika wahyu, cukuplah dengan jalan sufi melihat Tuhan.
Anggapan kedua : bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah menyembunyikan sesuatu dari kitab Allah berartilah bahwa menentang dan anti missi kerasulan. Sedangkan missi kerasulan yaitu missi tilawah ayat-ayat Allah, tazkiyah yang adalah pensucian manusia dan Ta'limah al-Kitab dan hikmah yang adalah pengajaran Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah, adalah missi mana dan mengapa seorang rasul Allah diutus Allah sebagai rasul. Pada anggapan yang kedua ini berarti pembohongan termasuk terbesar terhadap Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa menentang rukun iman pada kitab-kitab dan rukun iman pada rasul-rasul Allah.
Anggapan ketiga : bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menceritakan perkara yang akan terjadi pada besok harinya berartilah tidak membutuhkan iman pada rukun iman kelima yaitu beriman pada hari akhir dan tidak pula membutuhkan rukun iman yang keenam yaitu iman pada takdir Allah.
Ajaran hidup, apapun namanya ia disebut, apabila halnya adalah menentang, anti atau di luar pembenaran dengan iman terhadap sistematika wahyu sebagaiaman telah disebutkan, maka ia adalah ajaran hasil curian. Setara dengan ajaran hasil curian setan walaupun pada kenyataannya, setan tidak bakal mempu mencuri dengan ajaran dalam pembicaraan di alam al-mala-il a'laa.
إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ لاَ يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمََلإِ اْلأَعْلَى وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ دُحُورًا وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ إِلاَّ مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ
Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang sangat durhaka, syaitan-syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan); maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang. (QS. 37/Ash-Shaffaat : 6-10)
Bila Sistematika Wahyu yang dimaksudkan adalah bahwa hukum-hukum Allah tentang kehidupan manusia telah tertulis dan berlangsung sejak di alam al-mala-i al-a'laa yang dijaga kemudian dibawakan oleh Allah kepada malaikat Jibril diwahyukan kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam di alam kehidupan dunia (QS. 2:97; 42:51) untuk dilangsungkan oleh Rasulullah sebagai missi kerasulan beliau untuk : 1) Tilaawah Aayaatillah yaitu ditilawahkannya ayat-ayat Allah pada sekalian manusia, 2) Tazkiyah yaitu mensucikan manusia dari syirik menyekutukan Allah dan dari setiap dosa serta 3) Ta'limah al-Kitab dan as-Sunnah yaitu mengajarkan Al-Qur'an dan sunnah kenabian (QS. 62: 2) maka alangkah frontalnya perlawanan orang yang merasa cukup dengan ilmu aktor intelektualnya dan tidak merasa cukup dengan Al-Qur'an dan Sunnah kenabian Rasulullah. Al-Qur'an dan sunnah kenabian Rasulullah diperlakukan sebagai yang membutuhkan tambal sulam dari pendapat manusia. Sehingga pula jadilah ajaran yang dipeganginya setara dengan ajaran hasil curian (QS.37 : 6-10) walau sebetapapun amal perbuatannya sama dan sebangun dengan sunnah Rasulullah.
Sehingga respon yang direaksikan muncul dalam tiga fenomena. Fenomena pertama : ada umat yang menghindar dari missi ditilawahkannya ayat-ayat Allah. Fenomena kedua : missi Rasul untuk mensucikan manusia dari syirik menyekutukan Allah dan dari setiap dosa disikapi dengan buang muka. Dan fenomena ketiga ada umat yang melarikan diri dari dita'limahkannya pengajaran Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah.
Perlawanan Datang dari 'Ushbah/Insiders Yahudi Konspirator.
Dalam hal 'ushbah/insiders Yahudi konspirator menganggap dirinya tidak boleh diillegalkan ataupun diamoralkan bahwa fihaknya berhak untuk dengan segala keabsahan dan keberadabannya merebut kembali seluruh harta kekayaan di dunia, membunuh kaum non-Yahudi dan menghancurkan institusi ajaran hidup, maka doktrin berikut ini bukanlah semata-mata tertuju pada Raja Perancis ataupun umat Kristiani. Diarahkan pada non-'ushbah/insiders Yahudi konspirator seluruhnya.
Dan orang-orang muslim yang beriman adalah bahwa perlawanan datang dari 'ushbah/insiders Yahudi konspirator terhadap sistematika wahyu.