Pengertian tauhid difirmankan Allah :
وَاعْبُدُوا اللهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
Dan ibadatilah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.
Dan firman Allah :
وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (QS. 98/Al-Bayyinah : 5).
Adapaun pengertian egosentrisme lebih nyata diwakili oleh pernyataan Para sesepuh kaum Zionist Yahudi dalam dokumen rapat rahasia para pelopor gerakan zionisme The Protocols of the Learned Elders of Zion yang pernah tercuri terpublikasikan koran MOSKOWSKIJA WIEDOMOSTI 1902 dan 1903 sbb:
Kebenaran kita terletak pada kekuatan. Kata 'kebenaran' adalah pemikiran abstrak dan tak ada apapun yang ia dapat dibuktikan. Yang berarti tidak lebih dari : Berikan kepadaku apa yang aku ingin agar dengan demikian aku punya bukti bahwa aku lebih kuat dari pada anda.
Kemenangan tauhid pada kurun kenabian Rasulullah dimulai dengan ditegakkannya kepemimpinan kenabian beliau yang kemudian eksis dan efektif di Madinah. Kemenangan tauhid ini menandai tidak berfungsinya lagi kepemimpinan egosentrisme kebangsaan Quraisy di Makkah dan egosentrisme kesukuan di Madinah yang semula dibawah kendali egosentrisme ras Yahudi.
عَنْ حُذَيْفَةُ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ
Dari Hudzaifah radhiyallahu 'anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : “Adalah nubuwah (kenabian) ini ada pada kalian apa yang Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa kehendaki terjadi. Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa mengangkatkan manakala Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah 'alaa manhaj nubuwah (kepemimpinan di atas jejak kenabian) (HR. Ahmad, Musnad Al-Kuufiyyin, no. 17680)
Tampilnya Abu Bakr Ash-Shiddiq, 'Umar ibnul-Khaththab, 'Utsman bin 'Affan dan 'Ali bin Abi Thalib memimpin dunia Islam sebagai pemegang khilafah 'alaa minhaajin-nubuwwah / Khulafa-ur-Rasyidin al-Mahdiyyin menandai berakhirnya kepemimpinan kenabian langsung di tangan Rasulullah.
Kemudian wafatnya 'Ali bin Abi Thalib melatarbelakangi tampilnya Mu'awiyah bin Abi Sufyan memegang kepemimpinan dunia diperkuat dengan munculnya pecahan-pecahan dari kesatuan umat Islam disertai faham-faham teologinya seperti Khawarij, syi'ah dan sebagainya.
Faham teologi saling kuat menguatkan dengan kelompok social dan pemimpin politiknya menjadi egosentrisme faham yang bersangkutan sebagai suatu pecahan umat Islam yang berbeda dengan pecahan umat Islam lainnya.
Munculnya faham teologi, kemudian juga aliran shufy serta pada gilirannya berrkembang madzhab fiqh menandai berakhirnya kepemimpinan dunia yang disebut Rasulullah khilafah 'alaa minhaajin-nubuwwah / Khulafa-ur-Rasyidin al-Mahdiyyin.
Ini juga berarti menandai tercabiknya ikatan saling mempersaudari dalam iman yang ditraktatkan Rasulullah dalam perjanjian tertulis dalam shahifah kenabian beliau yang diantara pasal-pasalnya menyebutkan sebagai berikut :
وَأَنَّ الْمُؤْمِنِيْنَ الْمُتَّقِيْنَ عَلَى مَنْ بَغَى مِنْهُمْ أَوِ ابْتَغَى دَسِيْسَةَ ظُلْمٍ أَوْ إِثْمٍ أَوْ عُدْوَانٍ أَوْ فَسَادٍ بَيْنَ الْمُؤْمِنِيْنَ وَأَنَّ أَيْدِيْهِمْ عَلَيْهِ جَمِيْعَهُمْ وَلَوْ كَانَ وَلَدَ أحَدِهِمْ
Bahwasanya orang-orang mukminin yang muttaqin bertanggung jawab menghadapi orang yang membangkang dari kalangan mereka atau berencana tipu muslihat pemerdayaan jahat atau dosa atau permusuhan atau kerusakan di antara kalangan orang-orang mukminin. Dan bahwasanya tangan-tangan orang-orang mukmin menghadapi pelaku makar itu adalah satu kesatuan secara keseluruhan walaupun pelaku makar itu adalah anak dari salah seorang diantara mereka.
وَإِنَّ الْمُؤْمِنِيْنَ بَعْضُهُمْ مَوَالِي بَعْضٍ دُوْنَ النَّاسِ
Bahwasanya orang-orang mukminin, sebagian mereka pelindung, penolong, pemimpin dan pembela sebagian yang lain sebagai suatu kesatuan tersendiri dari manusia lainnya.
وَإِنَّهُ لاَ يَحِلُّ لِمُؤْمِنٍ أَقَرَّ بِمَا فِي هَذِهِ الصَّحِيْفَةِ وَآمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ أَنْ يَنْصُرَ مُحْدِثَنَا وَلاَ يْؤْوِيْهِ وَإِنَّهُ مَنْ نَصَرَهْ أَوْ آوَاهُ فَإِنَّ عَلَيْهِ لَعْنَةَ اللهِ وَغَضْبَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ
Bahwasanya tidak halal bagi seorang mukmin yang terikat ikrar dengan apa yang ada dalam shahifah ini dan beriman kepada Allah dan Hari Akhir menolong orang yang mengada-ada terhadap kami dan tak ada yang melindungi orang itu. Dan barangsiapa menolong dan/atau melindunginya maka sesungguhnya baginyalah la'nat Allah dan juga kemurkaan-Nya pada Hari Kiamat dan tak ada baginya yang memalingkan dan yang menjadi tebusan pengganti dari pada la'nat
Pada gilirannya tercabiknya ikatan saling mempersaudari dalam iman yang ditraktatkan Rasulullah yang ditandai adanya pecahan-pecahan faham teologi, aliran shufi dan madzhab fiqh dengan egosentrismenya masing-masing kemudian disempurnakan dengan egosentrisme kebangsaan seperti egosentrisme kesukuan di Makkah dan Madinah sebelum kepemimpinan kenabian Rasulullah.
Egosentrisme kebangsaan yang mula pertama di dunia Islam dihidupkan di Turki oleh sastrawan-sastrawan Yahudi Perancis dengan icon Kemal Attaturk, kemudian menular ke jazirah Arab dan juga ke bangsa-bangsa muslim diatas jejak peta kolonialisme menampilkan pemimpin-pemimpin bangsa negeri setempat. Tampilnya faham kebangsaan dengan pemimpin-pemimpin negeri setempat itu menandai berakhir dan lepasnya kepemimpinan dunia 1924 dari tangan kekhalifahan (kepemimpinan dunia di tangan orang muslim yang disebut oleh Rasulullah sebagai mulk 'aadhdhan (kerajaan yang menggigit / dinastik)
Kini di puncak kejayaan diktator otoriter global Yahudi (al-mulk al-jabriyah al-yahudiyah al-'aalamiyah) berjubah keagamaan dan bertoga akademik demokratis dengan egosentrisme kemanusiaan menandai makin hilangnya relevansi egosentrisme faham teologi, aliran shufy, madzhab fiqh, teori sosiologi, ormas, orpol dan sebagainya pada peran pentingnya menghadapi kesewenang-wenangan Yahudi atas situs non Yahudi di Gaza.
Diatas kapal Mavi Marmara yang mengusung missi egosentrisme kemanusiaan atas tauhid egosentrisme faham teologi, aliran shufy, madzhab fiqh, teori sosiologi, ormas, orpol dan sebagainya itu sama sekali tidak ada relevansinya.
Yang mesti disadari oleh orang-orang beriman kini adalah bahwa kemenangan egosentrisme kemanusiaan seperti yang disimbolkan di atas kapal Mavi Marmara menuju Gaza yang diserang tentara Zionis Yahudi 30 Mei 2010 itu bukanlah kemenangan yang dijanjikan Rasulullah penyampai janji Allah Rabb semesta alam.
عَنْ ذِي مِخْبَرٍ رَجُلٍ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ سَتُصَالِحُونَ الرُّومَ صُلْحًا آمِنًا فَتَغْزُونَ أَنْتُمْ وَهُمْ عَدُوًّا مِنْ وَرَائِكُمْ فَتُنْصَرُونَ وَتَغْنَمُونَ وَتَسْلَمُونَ ثُمَّ تَرْجِعُونَ حَتَّى تَنْزِلُوا بِمَرْجٍ ذِي تُلُولٍ فَيَرْفَعُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ النَّصْرَانِيَّةِ الصَّلِيبَ فَيَقُولُ غَلَبَ الصَّلِيبُ فَيَغْضَبُ رَجُلٌ مِنَ الْمُسْلِمِينَ فَيَدُقُّهُ فَعِنْدَ ذَلِكَ تَغْدِرُ الرُّومُ وَتَجْمَعُ لِلْمَلْحَمَةِ
عَنْ حَسَّانَ بْنِ عَطِيَّةَ بِإِسْنَادِهِ نَحْوَهُ وَزَادَ فِيهِ فَيَجْتَمِعُونَ لِلْمَلْحَمَةِ فَيَأْتُونَ حِينَئِذٍ تَحْتَ ثَمَانِينَ غَايَةٍ تَحْتَ كُلِّ غَايَةٍ اثْنَا عَشَرَ أَلْفًا
Dari Dzi Mikhbar, seseorang dari kalangan sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : kalian akan mengadakan perjanjian damai dengan Romawi. Selama masa perjanjian damai tersebut, kalian dan Romawi akan memerangi musuh bersama. Kalian akan meraih kemenangan, mendapatkan harta rampasan perang yang cukup banyak dan kembali dengan selamat. Ketika kalian pulang dan sampai di padang sabana yang berbukit-bukit, seorang prajurit Romawi mengangkat salib dan berteriak dengan lantang 'Jayalah salib !'. Mendengar itu, seorang laki-laki dari barisan muslimin bangkit dan mematahkan kayu salib. Ketika itulah Romawi membatalkan perjanjian damai dan mempersiapkan kekuatan untuk memerangi kalian.
Dari Hassan bin 'Athiyah diriwayatkan hadits seperti itu, kemudian ia menambahkan : Maka Romawi memperpsiapkan kekuatan untuk memerangi kalian, saat itu mereka datang dibawah 80 bendera, di bawah setiap bendera ada 12.000 prajurit (HR. Abu Dawud)
Demikian pula, ingatlah wahai hamba-hamba Allah, dukungan bala tentara yang dikirimkan Allah ketika Mujahidin menanggalkan egosentrisme kebangsaannya untuk kemudian mengikat diri dalam satu persaudaraan iman membela dienullah menghadapi tentara canggih missi kafirin Uni Sovyet di Afghanistan. Tetapi setelah Sovyet keluar dari bumi Afghanistan , banyak yang mulai mengedepankan kebangsaan ataupun kesukuannya maka tampak jelas Allah menarik dukungan bala tentaranya. Karena dengan mengedepankan kebangsaan ataupun kesukuannya berarti walaupun tetap bertingkah laku harian sebagi muslim, tetaplah berarti mengkhianati disatukannya Quraisy, Khazraj, Aus dll. lebur dalam ikatan saling mempersaudari dalam iman yang ditraktatkan Rasulullah. Dengan pengkhianatan itu pastilah kekuatan golongan umat Islam dengan segala identitas, atribut dan formalitas Islaminya termakan kekuatan dictator global dengan deklarasi universalnya bangsa-bangsa yang lebih merupakan implementasi protocol Yahudi yang perjanjiannya dibayar dengan bai’at yang diantaranya terjadi pada tahun 1717. Dengan demikian syahadatain umat Islam dirusak dan dibatalkan oleh pemimpin-pemimpinnya berlepas diri dari perjuangan Rasulullah mengikat orang-orang beriman pengikutnya dalam perjanjian saling mempersaudarai yang merupakan induk sunnah beliau berideology kenabian. Dengan demikian umat yang beridentitas, beratribut dan berformalitas muslim dibawa oleh pemimpinnya untuk membiarkan Rasulullah menanggung sendiri risiko perjuangannya membela misi kenabian walaupun dengan nyanyian, syair dan berbagai kesenian menyanjung beliau dan mendendangkan vocal-vocal bersuluk-suluk pujian.
Lebih jelasnya lagi, kemenangan yang dijanjikan Rasulullah adalah kemenangan yang diperjuangkan oleh kekuatan kaum mukminin membela tauhid yang disebutkan dalam hadits Rasulullah.
عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لاَ تَزَالُ عِصَابَةٌ مِنْ أُمَّتِي يُقَاتِلُونَ عَلَى أَمْرِ اللهِ قَاهِرِينَ لِعَدُوِّهِمْ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ السَّاعَةُ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
Dari 'Uqbah bin Amir berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Akan senantiasa ada 'ishaabah (jama'ah) dari umatku yang berperang memperjuangkan urusan (ajaran) Allah. Mereka mengalahkan musuh-musuh mereka.
Orang-orang yang menyelisihi (missi) mereka tidak akan memudharati mereka sampai datang kiamat, sedang keadaan mereka tetap (konsisten) seperti itu"(HR. Muslim).
Pesan inti fakta-fakta sejarah ini adalah bahwa masing-masing diri hamba Allah ini merupakan pribadi pemenang menjadi bagian kemenangan tauhid atas segala kekuatan egosentrisme di seluruh muka bumi bila segala egosentrisme pada diri pribadi sendiri disilamkan yaitu ditundukkan sepenuhnya taat pada ketentuan Allah Rab semesta alam, sebagaimana Ibrahim menjawab perintah Allah dengan sepenuh kepatuhan :
إِذْ قَالَ لَهُ رَبُّهُ أَسْلِمْ قَالَ أَسْلَمْتُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
Ketika Rabb-nya berfirman kepadanya: "Tunduk patuhlah!" Ibrahim menjawab: "Aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam".(QS. 2/Al-Baqarah : 131)
Penyerahan segala egosentrisme diri kepada Rabb semesta alam inilah Islam. Dan Islam ini tak dapat digantikan dengan teosentrisme.
Bung, saya senang sekali membaca tulisan Anda. Sebuah pembelaan terhadap gerakan "terorianime" di Indonesia yang, konon, dipelopori oleh Allahu Yarham Ustadz Abu Bakar Baasyir.
BalasHapusAnda memang patut diacungi jempol. Selamat buat Anda! Tunggu saja waktunya.