Sabtu, 05 Maret 2011

Mengganti Ketaatan Muslim dengan Arca dan Mantra Hindu

Do'a dalam Ajaran Islam

Bila ditanya mengapa engkau berdo'a maka jawaban yang semestinya adalah karena perintah Allah dan perintah Allah itu dijawab dengan ketaatan.

Do'a berarti sapaan
قُلِ ادْعُوا اللهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ اْلأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلاَ تَجْهَرْ بِصَلاَتِكَ وَلاَ تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al-asmaaul husnaa (nama-nama yang terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan  di antara kedua itu" (QS. 17/Al-Israa' : 110)

Do'a berarti ibadah
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ ِللهِ فَلاَ تَدْعُوا مَعَ اللهِ أَحَدًا
Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kalian beribadah menyembah seseorangpun di samping (menyembah) Allah di dalamnya. QS. 72/Al-Jin 18)

Doa berarti permohonan hamba kepada Allah
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
Dan Rabb kalian berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari mengibadati-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina".(QS. 40/Al-Mu'min 60)


Do'a berarti seruan ke jalan Allah
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Dan hendaklah ada di antara kalian segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. 3/Aali 'Imraan : 104)

Do'a berarti undangan
Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa mengundang hamba-Nya memasuki surga-Nya

وَاللهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلاَمِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
Allah menyeru (mengundang manusia) ke Darussalam (negeri salam sejahtera, surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).(QS. 11/Yuunus : 25)
يَاأَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ   ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً   فَادْخُلِي فِي عِبَادِي  وَادْخُلِي جَنَّتِي
Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Rabb-mu dalam keadaan meridhai lagi diridhai-Nya.  Maka masuklah (bergabung) ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. 89/Al-Fajr : 27-30)

Arca dan Mantra dalam Ajaran Hindu

Orang yang beragama Hindu diajarkan memuja Tuhannya dengan cara yang ditentukan.
Tuhan umat Hindu Sri Krisna mengajarkan demikian :
“Hendaknya seseorang memuja-Ku dengan penuh kehati-hatian dengan memilih salah satu cara pemujaan yang telah ditetapkan untuk memuja-Ku". “Seorang yang sudah dilahirkan dua kali, atau orang yang sudah punya guru spiritual harus menyembah-Ku, sepenuh hati, mempersembahkan berbagai perlengkapan dengan cinta Bhakti kepada wujud-Ku sebagai arca, atau kepada wujud-Ku yang muncul dalam tanah, dalam api, dalam matahari, dalam air, atau dalam hati penyembah itu sendiri”.(Bhagavatam 11.27.9)
Dinyatakan bahwa Arca Tuhan dapat muncul dalam delapan jenis bahan: dari batu, kayu, logam, tanah, cat, pasir, pikiran, dan permata. (Bhagavatam 11.27.12).

Mantra adalah bunyi, suku kata, kata, atau sekumpulan kata-kata yang dianggap mampu "menciptakan perubahan" (misalnya perubahan spiritual).

Mantera adalah kata dalam Bahasa Sansekerta yang makna aslinya berarti Pesona. Dalam perkembangannya, Mantera bisa bermakna Sesuatu bunyi suara, gerak, rasa dan/atau fikir yang diyakini bisa menghasilkan metaenergi jika diucapkan, digerakkan, dirasa dan diolahfikirkan oleh orang yang menguasainya, sehingga masuk ke dalam alam pikiran sadar maupun bawah sadar serta sistem syaraf. (Baca : Nail-Suy

“MUHAMMAD kang mengku Rasa”, demikian bunyi mantra  kaligrafis (rajah penolak  bala)  di  bangsal Kencana   Keraton   Yogyakarta.   Dari   sini   menjadi jelas, bahwa pengertian dan penerapan mantra tidak hanya diucapkan atau dinyanyikan, tetapi dapat pula “dimantrakan”    pada    berbagai    medium,    seperti bangunan, pusaka, azimat, gamelan, kereta, sesaji serta benda-benda lain.
Mantra yang awalnya merupakan doa (donga) yang bersifat privat dan vertikal-spiritual – karena diyakini sebagai  wahyu  Tuhan  (dalam  pemahaman  agama Hindu) – telah    berkembang    ke    sifatnya    yang horisontal-kultural.  Dalam  pengembangan  sifatnya yang kedua ini, mantra dapat menjadi media defensif atau agresif sebagai kanuragan untuk pertahanan diri atau  guna-guna,  yang  keduanya  bisa  mengandung tujuan positif atau pun negatif. (Baca : Alang-alang Kumitir)

Terdapat suatu mantra yang dipercaya yang termasuk termasuk mantra-mantra yang paling potensial daya supernatural bagi umatnya ya'ni Om Tryambakam.

AUM/OM: Realitas absolut.
Tryambakam: Trya berarti tiga. Ambakam berarti mata. Ini berarti tiga mata Sang Absolut, yang adalah proses penciptaan, keberadaan, dan pembubaran, sebagaimana triad-triad yang lain, yang merupakan bagian dari AUM. Tiga "mata" berarti mengalami tiga tahap, tiga dimensi, tiga wujud alam manusia semua merupakan posisi dalam capaian pencerahan Sang Mutlak. (Baca : SwamiJ.com)


Ustadz Abdul Aziz Bertestimoni

Ustadz H. Abdul Aziz, mulanya ia adalah pemeluk agama Hindu yang taat. Ia adalah sarjana Hindu, dipersiapkan menjadi pemangku bimbingan agama Hindu di kalangan umatnya. Seluruh saudara dan keluarganya juga beragama Hindu yang diantaranya panutan umat pada lingkupnya.
Ketika masih beragama Hindu, ia berkedudukan yang lebih kurangnya sebanding dengan ustadz di kalangan umat Muslimin, dibawah tingkat Romo Pinandita ya'ni ulamanya. Dan ia berkasta Brahmana, kasta tertinggi di kalangan umat Hindu. Ia termasuk tim pemurtad yang mengajak Muslim masuk agama Hindu. Sasaran Hindu adalah umat yang Islamnya cuma di KTP saja. Ia piawai memimpin upacara (ritual) 'tahlilan' (bukan berdzikir dengan tahlil yang diperintahkan Allah) untuk menjalankan tugasnya. Dalam perjalanan dakwahnya ke dalam agama Hindu, ia merasakan adanya penentangan dari juru dakwah-juru dakwah muslim. Banyak tantangan sehingga kendala tersebut diadukan kepada Romo Pinandita. Romo Panandita menganjurkan agar dia menjalani laku untuk penyempurna ilmu, Yoga Samadhi dengan mengamalkan mantra Om Tryambakam. Barang siapa yang bisa mengamalkan ilmu itu dia akan mempunyai kekuatan supernatural yang bisa menyembuhkan orang sakit, gelisah jadi tenang. Ritual itu harus dilakukan puasa tujuh hari tujuh malam, tidak makan, tidak minum, tidak tidur, tidak menggunakan cahaya. Ia menjalani ritual yoga Samadhi itu. Pada malam kelima, ia diserbu ribuan nyamuk. Ribuan nyamuk dilawannya dengan mantra Om Tryambakam, nyamuk itu hilang. Pada malam keenam, ia dilanda bau busuk yang sangat tajam mencekam yang timbul dari dalam tubuhnya sendiri. Dilawannya bau bau busuk itu dengan mantra Om Tryambakam, bau busuk itu menghilang. Di hari terakhir, malam ketujuh hingga pukul 02.00 yaga samadhi itu, saat-saat yoga samadhi hampir berakhir, harapan untuk ditemui Tuhan, ternyata tak didapatkan, Tuhan itu tidak muncul. Tetapi kemudian yang muncul adalah suara takbir. Ia sadar esok harinya itu bukanlah 'iedul fithri dan 'iedul adh-ha-nya kaum Muslimin. Suara takbir dilawannya dengan mantra Om Tryambakam, suara takbir tidak hilang, malah semakin kuat. Malam ketujuh yoga samadhi telah berakhir, ia membatalkan dengan minum pada pagi hari dan sudah bisa makan pada siang harinya. Suara takbir yang sebgaimana ia dengar dikumandangkan kaum muslimin pada 'iedul fithri dan 'iedul adh-ha, kemudian ia ketahui adalah kalimah thayyibah. Allahu Akbar (Allah Mahabesar). Allahu Akbar (Allah Mahabesar). Laa ilaaha illallaah (Tiada ilah sesembahan yang diibadati kecuali Allah). Setelah segala dalil, argumentasi, hujjah yang ia peluk selama ini sebelumnya tak ada daya untuk berbunyi lagi, ia tak ada kuasanya menolak kalimah thayyibah untk konversi berserah diri (muslim), masuk Islam dan mempelajari Al-Qur’an dan Assunnah.



Wasilah Digunakan Semacam Arca dan Mantra

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. 5/Al-Maa-idah : 35)

Wasilah yaitu jalan yang mendekatkan diri kepada Allah yang dimaksud pada firman Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa tersebut bukanlah makhluk semacam mantra atau arca pada ajaran agama Hindu, walaupun makhluk itu kata-kata bismillah, fikiran, hati si pelaku ritual, sosok ulama, seorang nabi hingga malaikat sekalipun melainkan adalah ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya. Yang dimaksud dengan wasilah pada firman Allah itu secara pasti tidak lain adalah ketaatan hamba pada Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa sebagai muslim.

Mengganti Ketaatan dengan Perantaraan

إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban orang-orang mu'min, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan." "Kami mendengar dan kami patuh." Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. 24/An-Nuur : 51)

أَلاَ ِللهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللهِ زُلْفَى إِنَّ اللهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah ajaran hidup yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS. 39/Az-Zumar : 3)
Malaikat sekalipun yang dijadikan perantara yang dianggapnya wasilah (jalan) mendekatkan diri pada Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa adalah yang menempuh jalan mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta'alaa dengan ketaatan. Sebagaimana diketahui dari firman Allah, malaikat adalah makhluk Allah yang diberi kemampuan untuk taat tetapi tidak diberi kemampuan utnuk memilih ma'shiyat sebagaimana manusia. Para malaikat tentu tidak menggunakan perantara untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.

أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
 Orang-orang (yang juga para malaikat) yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka, yang mana di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya; sesungguhnya adzab Rabb-mu adalah suatu yang (harus) ditakuti. (QS. 17/Al-Israa' : 57)

Sedangkan perantaraan dalam agama Hindu yang dinyatakan adalah tanah, api, matahari, air, atau hati penyembah itu sendiri dimana wujud Tuhan sebagai arca muncul dalamnya.(Bhagavatam 11.27.9)
Arca Tuhan dapat muncul dalam delapan jenis bahan: dari batu, kayu, logam, tanah, cat, pasir, pikiran, dan permata.
Sedangkan mantra sebagaimana dilakoni oleh Ustadz Abdul Aziz sebelum ia menjadi muslim digunakan untuk melawan serbuan ribuan nyamuk maupun bau busuk yang timbul dari tubuhnya sendiri sebagai yang mempunyai daya kesaktian dan kuasa supernatural.


Di kalangan umat umat Islam juga terdapat penggunaan lafazh Bismillah, Rasulullah dan para mujahid Perang Badar sebagai perantara dalam pernyataan berikut :

Shalawat Badriyah

عَلَى طَهَ رَسُوْلِ اللهِ
صلاَةُ اللهِ سَلاَمُ اللهِ
kiranya atas Thaahaa, Rasulillah

Shalawat keberkahan Allah, salam sejahtera Allah,


عَلَى يَسٍ حَبِيْبِ اللهِ
صلاَةُ اللهِ سَلاَمُ اللهِ
kiranya atas Yaasiin, Kekasih Allah

Shalawat keberkahan Allah, salam sejahtera Allah,


وَبِالْهَادِيْ رَسُوْلِ اللهِ
تَوَسَّلْنَا بِبِسْمِ اللهِ
dan dengan "al-Haadi" (Sang Pemberi Petunjuk), yaitu Rasul Allah
Kami berwasilah (perantaraan) dengan "bismillah" (berkah "basmalah")


بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَااَللهُ
وَكُلِّ مُجَاهِدٍ ِللهِِ
dengan "ahli Badar" (orang yang berperang di Badar), yaa Allah
dan dengan tiap-tiap mujahid (orang yang berjihad) untuk Allah,



مِنَ اْلأَفَاتِ وَالنِّقْمَةِ
إِلَهِيْ سَلِّمِ اْلأُمَّةَ
dari bencana dan kesengsaraan
Ya Ilaahy, selamatkanlah umat ini


بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَااَللهُ
وَمِنْ هَمٍّ وَمِنْ غُمَّةٍ
dengan "ahli Badar" (orang yang berperang di Badar), yaa Allah
dan dari  resah gelisah kesusahan dan kesempitan,


جَمِيْعَ أَذِيَةٍ وَاصْرِفْ
إِلَهِيْ نَجِّنَا وَاكْشِفْ
semua yang menyakitkan dan palingkanlah
Ya Ilaahy, selamatkanlah kami, hilangkanlah


بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَااَللهُ
مَكَائِدَ الْعِدَ وَالْطُفْ
dengan "ahli Badar" (orang yang berperang di Badar), yaa Allah
sekalian tipu daya musuh-musuh. Dan kasihilah (kami)



مِنَ اْلعَاصِيْنَ وَالْعَطْبَا
إِلَهِيْ نَفِّسِ الْكُرْبَاَ
dari para pelaku ma'shiyat dan semua kerusakan
Ya Ilaahy, hilangkanlah sekalian kesusahan


بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَااَللهُ
وَكُلِّ بَلِيَّةِ وَوَبَا
dengan "ahli Badar" (orang yang berperang di Badar), yaa Allah
dan setiap bencana serta wabah penyakit


وَكَمْ مِن ذِلَّةٍ فَصَلَتْ
وَكَمْ  مِنْ رَحْمَةٍ حَصَلَتْ
berapa banyak nista telah dihilangkan

Berapa banyak rahmat yang telah berhasil


بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَااَللهُ
وَكَمْ  مِنْ نِعْمَةٍ وََصَلَتْ
dengan "ahli Badar" (orang yang berperang di Badar), yaa Allah
dan berapa banyak nikmat yang telah sampai


وَكَمْ أَوْلَيْتَ ذَاالْفَقْرِ
وَكَمْ  أَغْنَيْتَ ذاَالْعُمْرِ
berapa banyak Engkau beri pembelaan pada yang faqir
Berapa banyak Engkau cukupkan berkemakmuran kaya


بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَااَللهُ
وَكَمْ عَافَيْتَ ذَاالْوِزْرِ
dengan "ahli Badar" (orang yang berperang di Badar), yaa Allah
dan berapa banyak Engkau telah memaafkan penanggung dosa


جَمِيْعُ اْلأَرْضِ مَعَ الرَّحْبِ
لَقَدْ ضَاقَتْ عَلَى الْقَلْبِ
seluruh bumi dengan marabahaya yang mengerikan
Sungguh terasa sempit di hati



بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَااَللهُ
فَانْجُ مِنَ الْبَلاَءِ الصَّعْبِ
dengan "ahli Badar" (orang yang berperang di Badar), yaa Allah
maka selamatkanlah (kami) dari bencana siksa yang membinasakan


وَجُلَّ الْخَيْرِ وَالسَّعْدِِ
أَتَيْنَا طَالِبَ الرِّفْقِِ
 agungnya kebaikan dan kebahagiaan

Kami datang sebagai pemohon pertolongan


بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَااَللهُ
فَوَسِّعْ مِنْحَةَ اْلأَيْدَي
dengan "ahli Badar" (orang yang berperang di Badar), yaa Allah
maka luaskanlah limpahan anugerah



بَلِ اْجْعَلْنَاعَلَى الطَّيِّبَةِ
فَلاَ تَرْدُدْ مَعَ الْخَيْبَةِ
Bahkan jadikanlah diri kami di atas kebaikan
Maka janganlah Engkau tolak (kami) seraya menjadi rugi


بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَااَللهُ
أَيَاذَاالْعِزِّ وَالْهَيْبَةِ
dengan "ahli Badar" (orang yang berperang di Badar), yaa Allah
Wahai Yang Maha Memliki kejayaan dan keagungan yang disegani


بِنَيْلِ جَمِيْعِ حَاجَاتِى
وَإِنْ تَرْدُدْ فَمَنْ يَأْتِي
mencapai sekalian hajat-hajat kami

Dan jika Engkau tolak, kepada siapa (hamba-Mu) datang


بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَااَللهُ
أَيَا جَالِى الْمُلِمَّاتِ
dengan "ahli Badar" (orang yang berperang di Badar), yaa Allah

Wahai yang Maha menghilangkan sekalian bencana, hilangkanlah sekalian bencana


بِنَيْلِ مَطَالِبٍ مِنَّا
إِلَهِيْ اغْفِرْ وَأَكْرِمْنَا
dengan tercapainya permohonan kami

Ya Ilaahy, ampuni dan muliakanlah kami


بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَااَللهُ
وَدَمْعِ مَسَاءَةٍ عَنَّا
dengan "ahli Badar" (orang yang berperang di Badar), yaa Allah
Dan tercegahnya keburukan dari kami



وَذُوْ فَضْلٍ وَذُو عَطْفٍ
إِلَهِيْ أَنْتَ ذُوْ لُطْفٍ
Yang Maha Memiliki karunia dan yang Maha Memiliki kasih sayang
Ya Ilaahy, Engkaulah yang Maha Memiliki belas kasih


بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَااَللهُ
وَكَمْ مِنْ كُرْبَةٍ تَنْفِى
dengan "ahli Badar" (orang yang berperang di Badar), yaa Allah
berapa banyak kesusahan yang telah Engkau tiadakan


بِلاَ عَدٍّ وَلاَ عَصْرِ
وَصَلِّ عَلَى النَّبِى الْبَرِّ
Dengan karunia barakah yang tak berbilang dan tak terhitung

Dan karuniakanlah barakah atas Nabi yang senantiasa berbakti (kepada Engkau)


بِأَهْلِ الْبَدْرِ يَااَللهُ
وَآلِ سَادَةٍ غُرِّ
dengan "ahli Badar" (orang yang berperang di Badar), yaa Allah
dan atas sekalian para keluarga baginda yang bersinar cahaya



Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallama diriwayatkan dari 'Imran bin Hushain radhiyallaahu 'anhu bersabda :

لَيْسَ مِنَّا مَنْ تَطَيَّرَ أَوْ تُطُيِّرَ لَهُ أَوْ تَكَهَّنَ أَوْ تُكهِّنَ لَهُ أَوْ سَحَرَ أَوْ سُحِّرَ لَهُ وَمَنْ أَتَى كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُوْلُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ
Bukan dari golongan kami, orang yang menentukan nasib sial dan untung berdasarkan tanda-tanda benda, burung dan lain-lain, yang bertanya dan yang menyampaikannya, atau yang bertanya kepada dukun dan yang mendukuninya, atau yang menyihir dan yang meminta sihir untuknya, dan barangsiapa yang mendatangi Kahin dan yang membenarkan apa yang ia katakan, maka sesungguhnya ia telah kafir pada yang diturunkan kepada Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallama (HR. Al-Bazzaar)

Allah dan Rasulul-Nya mengajarkan hamba-Nya untuk menyebut asma Allah bismillah, bukan ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya itu diganti perantaraan semacam arca dan mantra'
عَنْ أَبَانَ بْنَ عُثْمَانَ يَقُولُ سَمِعْتُ عُثْمَانَ يَعْنِي ابْنَ عَفَّانَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ قَالَ بِسْمِ اللهِ الَّذِي لاَ يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلاَءٍ حَتَّى يُصْبِحَ وَمَنْ قَالَهَا حِينَ يُصْبِحُ ثَلاَثُ مَرَّاتٍ لَمْ تُصِبْهُ فَجْأَةُ بَلاَءٍ حَتَّى يُمْسِيَ
Dari Aban bin 'Utsman ia berkata : Aku mendengar 'Utsman ya'ni Bin 'Affan berkata : Aku mendengar Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallama bersabda : Barangsiapa menyatakan 'Dengan asma Allah yang beserta asma-Nya tak ada yang bisa memberi mudharat di bumi dan tidak pula di lagit dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui' tiga kali tidak akan ditimpa  musibah secara mendadak sehingga ia sampai pada waktu pagi. Dan barngsiapa menyatakannya tiga kali ketika ia di pagi hari, tak akan ditimpa musibah secara mendadak sehingga ia sampai di petang hari (HR. Abu Dawud)
Pada Hadits ini jelas bahwa mantra, arca maupun wasilah yang adalah makhluk dinyatakan tidaklah kuasa memberi manfaat dan mudharat selain Allah tanpa izin-Nya. Yang dimaksud dengan wasilah yang diperintahkan Allah pada Al-Qur'an, Surat 5/Al-Maaidah : 5 itu secara pasti tidak lain adalah ketaatan hamba pada Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa sebagai muslim.

Missi Setan : Mengganti Ketaatan dengan Arca/Mantra Logika Akal

Ketika Allah memberlakukan ajaran pada Adam untuk tidak mendekati pohon terlarang semestinya Adam akan adil bila perintah/larangan Allah itu tidak dijawab lain melainkan dengan ketaatan.

وَقُلْنَا يَاآدَمُ اسْكُنْ أَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلاَ مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَا وَلاَ تَقْرَبَا هَذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُونَا مِنَ الظَّالِمِينَ(35)
 Dan Kami berfirman: "Hai Adam diamilah oleh kamu dan isterimu surga ini, dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang zalim. (QS. 2/Al-Baqarah : 35) (7:19)

Kemudian setanmempengaruhi Adam dengan pesona arca/mantra logika dan janji yang tidak dijanjikan Allah.
فَوَسْوَسَ لَهُمَا الشَّيْطَانُ لِيُبْدِيَ لَهُمَا مَا وُورِيَ عَنْهُمَا مِنْ سَوْآتِهِمَا وَقَالَ مَا نَهَاكُمَا رَبُّكُمَا عَنْ هَذِهِ الشَّجَرَةِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَا مَلَكَيْنِ أَوْ تَكُونَا مِنَ الْخَالِدِينَ
Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: "Tuhan kamu tidak melarangmu dari mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)". (QS. 7/Al-A'raaf : 20)

Missi Setan Yahudi Mengganti Ketaatan dengan Arca/Mantra Patung Anak Sapi

قَالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِنْ بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ السَّامِرِيُّ
Allah berfirman: "Maka sesungguhnya kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. (QS. 20/Thaahaa : 85)
Samairi adalah seorang Bani Israil (Yahudi) dari suku As-Samirah.

Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah Rabb kalian telah menjanjikan kepada kalian suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagi kalian atau kalian menghendaki agar kemurkaan dari Rabb kalian menimpa kalian, lalu kalian melanggar perjanjian kalian dengan aku?"
Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu, maka kami telah melemparkannya, dan demikian pula Samiri melemparkannya"

فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلاً جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ فَقَالُوا هَذَا إِلَهُكُمْ وَإِلَهُ مُوسَى فَنَسِيَ
Kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah ilah sesembahan peribadatan kalian dan ilah sesembahan peribadatan Musa, tetapi Musa telah lupa" (QS. 20/Thaahaa : 88)

Missi setan menggantikan ketaatan Adam dan anak cucunya dengan arca/mantra logika akal, patung anak sapi pada masa Nabi Musa hingga pada ritual-ritual Hindu maupun yang disusupkan ritualannya pada umat Islam sangatlah kental jejak 'ushbah/insiders Yahudi.
Jejak itu juga tampak pada penyebutan informasi historis berikut :
Bangsa Àrya datang ke India berasal dari barat Laut, apakah dari Selatan Rusia atau dari Iran, setelah pecah yang kemudian sebagian menjadi orang Iran dewasa ini. Mereka sampai ke India antara 1.500-1.200 Sebelum Masehi dalam beberapa gelombang, menyebar ke Timur dan Selatan.
Dapat dikatan bahwa agama Veda  tidak lain adalah aturan sistem pemujaan dari bangsa Àrya.
Perpindahan bangsa Àrya sangat penting sepanjang sejarah India, yang secara kuat membentuk atau mempolakan agama Hindu. Dengan tidak mengurangi arti bahwa para imigran itu memiliki agama yang sama, namun kenyataannya bahwa mereka dibedakan atas lima kelompok yang di dalam kitab suci Veda disebut Pañca Janaá. Mereka menyebut diri mereka àrya, yang terhormat, orang-orang yang memiliki kedudukan dan kualitas, menunjukan arogansi terhadap mereka yang berkulit hitam, hina. (Baca : Parisada Hindu Dharma Indonesia)

Tindak lanjut dari menggantikan ketaatan pada Allah dengan arca/mantra itu, pluralisme agama menjadi utopia indah yang membius banyak orang tetapi itu adalah kesia-siaan yang bukan keberhasilan yang dicapai pada hakikatnya.
Tindaklanjut dari penggantian ketaatan pada Allah dengan arca/mantra itu bagi konspirator 'ushbah/insiders Yahudi yang lebih nyata yang kini berwujud kenyataan adalah apa yang mereka merencanakannya.
Mayer Amshell (1743-1812) bergelar Rothschild I pada pertemuan tokoh pemilik modal Yahudi yang membicarakan masalah Monopoli Internasional di Jl. Bonden Strous Frankfurt, Jerman pada tahun 1773 membacakan dokumen tertulis dari beberapa tokoh Yahudi yang pada point ke 25 menyebutkan bahwa Konspirasi ('Ushbah/Insiders Yahudi) tidak akan menunggu undang-undang yang ada di suatu negara, tetapi berusaha untuk menyalahgunakan, sehingga pada akhirnya akan menghancurkan kebudayaan kaum Gentiles (non-Yahudi) itu sendiri.
Pada point ke 24 disebutkan : Konspirasi ('Ushbah/Insiders Yahudi) harus menelusup ke dalam setiap lapisan masyarakat, termasuk kalangan pemerintah. Konspirasi ('Ushbah/Insiders Yahudi) harus tetap memegang program dan rancangan yang telah digariskan untuk memperdaya kaum muda di berbagai tempat, dan merusak mereka secara sistematis dengan menyebarluaskan dekadensi moral dan paham yang menyesatkan, serta memerangi ajaran agama.
Pada point 17 dari 25 point dokumen tertulis itu disebutkan rancangan konspirasi tentang kesia-siaan yang dialami rakyat Gentiles (non-Yahudi) terus menerus. Pada point itu disebutkan bahwa hal itu memerlukan ungkapan halus dan slogan-slogan yang menggiurkan  untuk mengelabuhi massa. Dikatakannya : "Kita memiliki kepastian untuk mengingkari janji dan slogan yang indah sehingga berubah menjadi sekedar kata-kata indah yang tak berarti. Kita akan membakar semangat publik hingga tingkat histeris, dengan menggunakan janji-janji kosong dan taktik pemutarbalikan fakta. Saat itu kita akan menggiring publik Gentiles (non-Yahudi) itu agar berbuat nekad menghancurkan segala sesuatu, hingga sekalipun aturan hukum dan agama. Dengan demikian, kita mudah menghapus nama Tuhan dan tata susila dari kehidupan. William G. Carr, Yahudi Menggenggam Dunia, Hal. 34)