Sabtu, 20 November 2010

"DiKhubaibkan" Dan "DiBa’asyirkan"


"DiMunirkan" :

"DiMunirkan" sudah menjadi kata kerja baru di Indonesia. Baru-baru ini kabarnya mantan Kepala BIN Jenderal Hendropriyono yang sering berkampanye untuk PDI-P, sempat kesal tentang prestasi partainya itu, dan di muka kader PDIP sempat keceplosan, "Kalau gini terus, ya saya Munirkan".

Baca : Yayasan Gus Dur dan BIN Melobi AS?; Aboeprijadi Santoso - Radio Nederland, Friday, September 08, 2006. ( http://andreasharsono.blogspot.com/2006/09/yayasan-gus-dur-dan-bin-melobi-as.html )

Munir (Munir Said Thalib), aktivis HAM, meninggal pukul 06.10 Selasa (7/9/2004) waktu setempat, dalam perjalanannya menuju Amsterdam, Belanda. Dalam pesawat GA-974 dari Jakarta menuju Belanda,almarhum sempat mendapat pertolongan dari seorang dokter yang berada dalam pesawat yang sama menuju Belanda. Demikian keterangan yang disampaikan Kepala Komunikasi PT Garuda Indonesia, Pujobroto, dalam berita pers yang diterima detikcom, Selasa malam (7/9/2004). (http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2004/bulan/09/tgl/08/time/003534/idnews/204555/idkanal/10 )

Kata "DiMunirkan" mempunyai hubungan kepentingan ideologis sebagaimana terbaca dalam politisasi bahasa di madia.

Politisasi bahasa merupakan konstruksi realitas media yang didalam pemberitaannya terdapat keberpihakan terhadap kepentingan politik, ideologi, dan nilai-nilai yang bertendensi kekuasaan lainnya. Sedangkan analisis framing merupakan salah satu pendekatan untuk mengungkap politisasi bahasa itu dalam pemberitaan media. Kasus kematian Munir bukan disebabkan oleh suatu pembunuhan biasa. Kasus kematian Munir bisa kita duga sebagai kasus pembunuhan konspiratif yang bermotifkan kepentingan politis. Hal ini bisa kita lihat dari bagaimana pengungkapan kasus tersebut menuaikan spekulasi, polemik ataupun kontroversi dari berbagai pihak seperti kekuatan sipil, TNI, BIN, dan pemerintah.
( http://id.shvoong.com/humanities/1786063-politisasi-bahasa-dalam-kasus-kematian/ )

Untuk menambah titik terang fihak manapun dengan kepentingan politik, ideologi, dan nilai-nilai yang dianutnya berkenaan penyikapan terhadap Islam dan aktivis-aktivisnya maka menjadi penting memahami dengan morfologi sebagaimana yang dipakai pada kata "DiMunirkan".


"DiKhubaibkan"

Pada bulan Shafar tahun 4 Hijriyah sejumlah utusan dari Adhal dan Qarah meminta Rasulullah agar mengirim pengajar Islam dan yang membacakan Al-Qur'an di daerah mereka.
Rasulullah mengirim 11 orang dipimpin oleh 'Ashim bin Tsabit. Sesampainya di daerah Hijaz dalam perjalanan antara 'Ashfan dan Makkah yaitu tepatnya antara Rabigh dan Jiddah, di pangkalan air Ar-Raji' milik Bani Hudzail, para utusan dari Adhal dan Qarah itu meminta bantuan penduduk perkampungan Hudzail itu yaitu Bani Lahyan. Ada seratus orang ahli panah mengepung para sahabat Rasulullah itu dan membunuh para pengajar dan juru dakwah Islam itu kecuali Khubaib bin 'Ady dan Zaid bin Ditsnah. Kemudian orang-orang Bani Lahyan itu menjual Khubaib bin 'Ady dan Zaid bin Ditsnah ke Makkah kepada kekuatan terbesar saat itu yang memerangi Allah, Rasul-Nya dan Islam.

Khubaib bin Ady dibeli 'Uqbah bin Al-Harits, kemudian dibunuh dengan disalib di Tan'im oleh kekuatan dibawah ketokohan Abu Shofyan bin Harb ketika mengusung misi ideology penolakan terhadap misi kitab-kitab Allah.
Sedangkan Zaid bin Ditsnah dibeli Shafwan bin Umayyah lalu dibunuhnya pula.

Di era sekarang fenomena menjual hamba-hamba Allah untuk kepentingan harta dan tahta seperti itu menunjukkan tetap berlakunya tipu muslihat memperdaya manusia diperjualbelikan kepada kekuatan yang dianggap berpengaruh besar untuk mendapatkan kekayaan harta dan kekuasaan tahta.

Pada peristiwa yang dialami Khubaib itu menjadi jelas siapa berperan sebagai siapa sesuai kepentingan politik, ekonomi dan ideologinya melancarkan operasi konspirasi dan rekayasa terhadap Khubaib yang "diKhubaibkan". Bani Lahyan menjual Khubaib untuk kepentingan ekonomi. ‘Uqbah bin Al-Harits membeli Khubaib di samping karena dendam, ‘Uqbah bin Al-Harits menjadi bagian dari bangsa Quraisy yang kepentingan ideologisnya menolak missi kitab-kitab Allah yaitu Islam pada waktu itu.

Khubaib bin 'Adi berasal dari Bani Aus. Khubaib adalah sahabat Anshar, salah seorang dari Mujahidin Badar. Khubaib menjadi bagian dari ‘Ishabah generasi terbaik, generasi pertama Mujahidin langsung di bawah kepemimpinan kenabian. Ia termasuk orang-orang yang mengikat diri dalam ikatan saling mempersaudarai antar orang-orang beriman yang menjadi pilar utama sunnah kenabian berjamaah yang perjanjiannya telah ditraktatkan Rasulullah tertulis dalam Shahifah Nabawiyah. Khubaib termasuk orang yang menjadi bagian ‘Ishabah yang disabdakan Rasulullah adalah para perindu surga di akhirat.

Bani Lahyan yang tidak pada posisi ma’mum di belakang ‘Ishabah Mujahidin dan bukan pula menjadi bagian langsung dari ‘Ushbah Yahudi penentang missi kitab-kitab Allah, maka posisi dan peran Bani Lahyan adalah Lahyanianisme yang termasuk disabdakan Rasulullah berbendera ‘Ashabiyah.

Orang musyrikin Quraisy saat itu berposisi sebagai penolak missi kitab-kitab Allah dengan dendam dan kedengkian sebagaimana mengkarakteristiki ‘Ushbah sepuluh saudara Yusuf (Al-Qur’an, Surah Yusuf) yang hingga akhir zaman menjadi sifat dasar Yahudi.

Khubaib bin ‘Adi pada peristiwa mana sehingga ia mati syahid disalib telah "diKhubaibkan" maka pada peristiwa penangkapan Abu Bakar Ba’asyir menjadi jelas mengapa operasi itu diprogramkan, yaitu yang berarti adalah bahwa Ustadz kharismatik itu "diBa’asyirkan" oleh lahyanianisme.


Abu Bakar Ba'asyir antara "DiKhubaibkan" dan "DiterorisKhawarijkan"

TEMPO Interaktif, Jakarta, Selasa, 10 Agustus 2010 ttp://www.tempointeraktif.com/hg/hukum/2010/08/10/brk,20100810-270027,id.html memberitakan : Detasemen Khusus 88 Antiteror Markas Besar Kepolisian menangkap Amir Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba'asyir di Banjar Patroman, Jawa Barat, sekitar pukul 08.00 WIB kemarin. Dalam kesempatan itu dicokok pula istri Ba'asyir, Aisyah binti Abdurrahman, dan sebelas orang lainnya. Ba'asyir ditangkap dalam perjalanan menuju Solo, Jawa Tengah.
Polisi kemudian membawa Ba'asyir ke Mabes Polri, Jakarta, dan tiba sekitar pukul 12.32 WIB. Saat ditanya wartawan tentang penangkapan dirinya, Ba'asyir menjawab dengan tiga kalimat terpisah. “Ini rahmat Allah..., mengurangi dosa..., ini rekayasa Amerika,” ujarnya sambil menaiki tangga gedung Badan Reserse Kriminal Polri.
Menurut Kepala Bareskrim Mabes Polri Komisaris Jenderal Ito Sumardi, Ba'asyir ditangkap karena diduga terlibat sejumlah aksi terorisme di beberapa daerah, termasuk di Aceh.


Ba'asyir Dituduh Provokasi Kelompok Bersenjata Medan
( http://www.jpnn.com/read/2010/10/07/74050/Ba'asyir-Dituduh-Provokasi-Kelompok-Medan- )

Serangkaian tuduhan polisi terhadap Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dalam kasus terorisme seolah tak berhenti. Kali ini, polisi menyebut pimpinan Ponpes Al-Mukmin Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah itu sebagai sosok dibalik aktivitas kelompok bersenjata yang merampok CIMB Niaga dan Penyerbuan Mapolsek Hamparan Perak, Deli Serdang.
Kadiv Humas Polri Irjen (Pol), Iskandar Hasan menyatakan, polisi meyakini bahwa Ba’asyir pernah berkunjung ke Hamparan Perak, awal 2009 lalu. Dalam kunjungan itu, Ba’asyir memberikan motivasi untuk yang mengarah pada aksi teror.
“Ini berdasar keterangan orang yang ditangkap, Ba’asyir paling tidak dua kali mengunjungi Hamparan Perak. Nah, di situlah dia memberikan motivasi kepada para pengikut ini,’’ ujar Iskandar disela-sela penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara Polri dan Kementerian Tenagakerja dan Transmigrasi di Jakarta, Kamis (07/10/2010).
Tiga kalimat terpisah Abu Bakar Ba’asyir di tangga gedung Badan Reserse Kriminal Polri diatas menunjukkan dirinya diposisikan sebagai yang
"diKhubaibkan" oleh lahyanianisme.

Tentu saja lahyanianisme pemburu surga harta dunia dan zionisme 'Ushbah Yahudiyah beserta agen-agennya akan menutup mata dirinya dan mata masyarakat bila dengan pengakuannya (Manhaj Ba’asyir ( http://www.ashhabulkahfi.com/2010/08/manhaj-ustadz-abu-bakar-baasyir.html )) Abu Bakar Ba'asyir tidak mengedapankan pendapat pribadi melainkan pendapat, kehendak Rabb semesta alam yaitu hujjatullah dalam Al-Qur'an. Lahyanisme dan zionisme tidak akan mau menyebut bila itu perintah Allah dalam Al-Qur'an, melainkan memakasakan stigma bahwa itu merupakan provokasi orang yang dijadikan sasaran untuk
"diBa’asyirkan".

Faktor Positioning, Ba’asyir "DiterorisKhawarijkan" Sofyan Chalid

Di Website NasihatOnline – Homepage Pribadi-nya, Sofyan Chalid bin Idham Ruray menulis demikian :
 Sebelum kita membuktikan benarnya tindakan penangkapan atas ABB (semoga insya Allah bisa dilanjutkan dengan penangkapan orang-orang yang semisal dengannya), tentunya kita harus membuktikan dulu bahwa pemahaman dan ajaran yang diamalkan dan disebarkan oleh ABB, kelompoknya dan jaringannya adalah ajaran sesat Teroris Khawarij.
Kami sebut sebagai ajaran Teroris, karena dampak dari ajaran-ajaran mereka bermuara pada aksi-aksi terorisme. Adapun penyebutan Khawarij, inilah sebenarnya akar kesesatan mereka. Khawarij adalah satu kelompok sesat yang akarnya telah ada di zaman Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam dan akan terus berlanjut sampai akhir zaman, hingga generasi terakhir mereka akan bergabung bersama Dajjal –wal’iyadzu billah-.
Kemudian Sofyan Chalid menyebutkan bahwa :
Akar Khawarij bermula dari protes terang-terangan atas nama “amar ma’ruf nahi munkar” oleh seorang yang bernama
Dzul Khuwaisiroh terhadap kebijakan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dalam distribusi harta kekayaan negara, bahkan dia menuduh Nabi shallallahu’alaihi wa sallam tidak berlaku adil, sampai dia berkata, “Wahai Rasulullah, berlaku adillah”. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam berkata, “Celaka engkau, siapa lagi yang bisa berlaku adil jika aku tidak berlaku adil. Sungguh engkau celaka dan merugi jika aku tidak berlaku adil.” (HR. Muslim, no. 2505)

Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam juga bersabda:

إِنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمٌ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ رَطْبًا لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
“Sesungguhnya akan keluar dari orang ini satu kaum yang membaca Kitabullah (Al-Qur’an) dengan mudah, namun tidak melampaui tenggorokan mereka. Mereka keluar dari agama bagaikan anak panah yang melesat dari sasarannya.” (http://nasihatonline.wordpress.com/2010/08/23/perang-terhadap-teroris-khawarij-bukan-perang-terhadap-islam/)

Sesungguhnya berita yang disitir Sofyan Chalid tentang peristiwa itu lebih luasnya, dintaranya sebagai berikut :

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : أَتَى رَجُلٌ رَسُولَ اللهِ بِالْجِعْرَانَةِ مُنْصَرَفَهُ مِنْ حُنَيْنٍ وَفِي ثَوْبِ بِلاَلٍ فِضَّةٌ وَرَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْبِضُ مِنْهَا يُعْطِي النَّاسَ فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ اعْدِلْ قَالَ وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ لَقَدْ خِبْتَ وَخَسِرْتَ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ فَقَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ دَعْنِي يَا رَسُولَ اللهِ فَأَقْتُلَ هَذَا الْمُنَافِقَ فَقَالَ مَعَاذَ اللهِ أَنْ يَتَحَدَّثَ النَّاسُ أَنِّي أَقْتُلُ أَصْحَابِي إِنَّ هَذَا وَأَصْحَابَهُ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْهُ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallaahu 'anhu katanya : Seorang lelaki telah datang menemui Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam di Ja'ranah setelah kembali dari Peperangan Hunain. Pada pakaian Bilal terdapat perak dan Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam mengambil darinya untuk dibagikan kepada orang banyak. Lelaki yang datang itu berkata : Wahai Muhammad! Kamu hendaklah berlaku adil. Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda : Celakalah kamu! Siapa lagi yang lebih berlaku adil? Jika aku tidak adil. Pasti kamu yang rugi, jika aku tidak berlaku adil. Umar bin al-Khattab radhiyallaahu 'anhu berkata: Biarkan aku membunuh si munafik ini, wahai Rasulullah! Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda : Aku berlindung pada Allah bahwasanya menjadi omongan manusia aku membunuh sahabatku sendiri. Sesungguhnya orang ini dan teman-temannya membaca al-Quran tetapi tidak melampaui kerongkong mereka. Mereka melesat daripada bacaan al-Quran sebagaimana anak panah melesat dari busurnya menembus binatang buruan (HR. Bukhari dan Muslim)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : بَعَثَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ وَهُوَ بِالْيَمَنِ بِذَهَبَةٍ فِي تُرْبَتِهَا إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَسَمَهَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَرْبَعَةِ نَفَرٍ اْلأَقْرَعُ بْنُ حَابِسٍ الْحَنْظَلِيُّ وَعُيَيْنَةُ بْنُ بَدْرٍ الْفَزَارِيُّ وَعَلْقَمَةُ بْنُ عُلاَثَةَ الْعَامِرِيُّ ثُمَّ أَحَدُ بَنِي كِلاَبٍ وَزَيْدُ الْخَيْرِ الطَّائِيُّ ثُمَّ أَحَدُ بَنِي نَبْهَانَ قَالَ فَغَضِبَتْ قُرَيْشٌ فَقَالُوا أَتُعْطِي صَنَادِيدَ نَجْدٍ وَتَدَعُنَا فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي إِنَّمَا فَعَلْتُ ذَلِكَ ِلأَتَأَلَّفَهُمْ فَجَاءَ رَجُلٌ كَثُّ اللِّحْيَةِ مُشْرِفُ الْوَجْنَتَيْنِ غَائِرُ الْعَيْنَيْنِ نَاتِئُ الْجَبِينِ مَحْلُوقُ الرَّأْسِ فَقَالَ اتَّقِ اللهَ يَا مُحَمَّدُ قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَمَنْ يُطِعِ اللهَ إِنْ عَصَيْتُهُ أَيَأْمَنُنِي عَلَى أَهْلِ اْلأَرْضِ وَلاَ تَأْمَنُونِي قَالَ ثُمَّ أَدْبَرَ الرَّجُلُ فَاسْتَأْذَنَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ فِي قَتْلِهِ يُرَوْنَ أَنَّهُ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَقْتُلُونَ أَهْلَ اْلإِسْلاَمِ وَيَدَعُونَ أَهْلَ اْلأَوْثَانِ يَمْرُقُونَ مِنَ اْلإِسْلاَمِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ ِلأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ
Dari Abu Said al-Khudri radhiyallaahu 'anhu katanya : Ali yang menjadi utusan di Yaman, mengirimkan emas yang belum diproses kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam lalu baginda membagikannya kepada empat atau beberapa orang yaitu al-Aqra' bin Haabis, Uyainah bin Badr al-Fazari, Alqamah bin ‘Ulatsah al-‘Amiri, kemudian kepada seorang dari Bani Kilab yaitu Zaid al-Khair At-Tha'ie, juga kepada seorang dari Bani Nabhan. Orang-orang Quraisy marah dan berkata : Engkau memberikannya kepada pemimpin-pemimpin Najd, tetapi meninggalkan kami yaitu tidak memberikannya kepada kami? Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: Aku lakukannya untuk menjinakkan hati mereka. Setelah itu datang seorang lelaki yang berjanggut tebal dan menonjol rahangnya. Manakala kedua matanya cengkung dan dahinya pula menonjol keluar. Kepalanya juga botak yaitu kesan cukur. Dia berkata : Bertaqwalah pada Allah, wahai Muhammad! Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : Siapa lagi yang lebih taat kepada Allah jika aku ma'shiyat pada-Nya? Tidakkah Dia mempercayaiku atas penduduk bumi, sedangkan engkau tidak mempercayaiku? Lalu lelaki itu kembali. Seorang di antara kaum itu meminta izin untuk membunuh lelaki tersebut. Ada yang mengatakan bahwa lelaki tersebut adalah Khalid bin al-Walid, tetapi Rasulullah shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda: Sesungguhnya di antara kaumku ini, ada orang-orang yang membaca al-Quran tetapi tidak melampaui kerongkong mereka. Mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah berhala hidup. Mereka keluar dari Islam sebagaimana anak panah melesat dari busurnya. Jika aku menemui mereka, pasti aku bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum 'Aad (HR. Bukhari dan Muslim)
PengKhawarijan Ba’asyir berangkat dari dinisbahkannya Ba’asyir dengan Dzul Khuwaisiroh yang bersikap tidak sami’naa wa atha’naa (kami mendengar dan kami ta’at) terhadap keputusan Rasulullah kemudian oleh Sofyan Chalid dijustifikasi dengan sabda Rasulullah (HR. Muslim, no. 2500) tersebut, Ba’asyir telah "dimurtadkan" (kepada kekafiran), "dikafirkan" dengan dihalalkan darahnya sebagai sabda Rasulillah : Jika aku menemui mereka, pasti aku bunuh mereka seperti terbunuhnya kaum 'Aad.

Dengan demikian Sofan Chalid telah memastikan posisi dirinya sebagai yang memurtadkan (kepada kekafiran), dan memposisikan Abu Bakar Ba'asyir sebagai orang kafir dan halal darahnya.

Bila Ba’asyir terpancing untuk saling berdebat dengan Sofyanchalidisme itu maka Ba’asyir terseret kedalam perdebatan berbalas-balasan hujatan teologis yang memastikan diri di posisi ‘Ashabiyah faham teologi. Dengan demikian Ba'asyir juga termakan menjadi bahan permainan game 'ushbah zionisme Yahudi yang dibalik perdebatan itu sang 'ushbah bersembunyi mengoperasikan konspirasinya. Pada posisi itu fungsi pohon gharqad menyembunyikan konspirasi Yahudi bekerja. Dan penyesatannya bukan hanya umat yang tertipu tetapi juga umat yang bingung tidak bisa menyalahkan dan membenarkan satu terhadap yang lain secara pasti.

Namun kemudian ketika terhadap Ba’asyir, Sofyan Chalid bin Idham Ruray menegaskan dan mensepesifikasikan pengKhawarijannya itu dengan terorisasi menjadi "menteroriskhawarijkan" Ba’asyir maka makin memperjelas posisi dirinya. Itu karena, terorisasi kenyataannya adalah makar (konspirasi) ‘ushbah zionisme Yahudi melawan makar (konspirasi) Allah.

Dalam Protokol Zionis yang disusun tahun 1773 di Judenstrasse, Frankfurt, Jerman yang kemudian dibeberkan dalam Konferensi Zionis I tahun 1897 di Swiss, diantaranya dinyatakan sebagai berikut :
Harus dicatat bahwa orang dengan instink buruk lebih banyak dari pada yang baik, dan karena itu hasil terbaik dalam mengatur mereka bisa tercapai dengan kekerasan dan terorisasi, dan tidak oleh diskusi akademis. Setiap orang bertujuan kekuasaan, semua orang ingin menjadi diktator jika saja dia bisa, dan sungguh jarang orang yang tidak bersedia mengorbankan kesejahteraan semua demi menjamin kesejahteraan mereka sendiri. Baca : http://www.biblebelievers.org.au/przion2.htm#PROTOCOL%20No.%201

Manakala Rasulullah telah menunnjukkan posisi 'ishabah orang-orang beriman di fihak kenabian dalam hal Yahudi di fihak yang lain dan musyrikin Quraisy di fihak yang lain lagi ditraktatkan dalam Shahifah Nabawiyah untuk memposisikan diri, maka dengan menterorisKhawarijkan Ba'asyir itu, Sofyan Chalid telah memastikan dirinya pada posisi yang lebih memilih dasar penetapan hukumnya pada opsi George W. Bush. Dengan opsinya George W Bush mengimplementasikan terorisasi dalam protokolat Yahudi dengan mendeklarasikan perang pada 20 September 2001.
Pada hari itu, George W. Bush berpidato untuk Kongres dan rakyat Amerika, diantaranya menyatakan :
We will starve terrorists of funding, turn them one against another, drive them from place to place, until there is no refuge or no rest. And we will pursue nations that provide aid or safe haven to terrorism. Every nation, in every region, now has a decision to make. Either you are with us, or you are with the terrorists. From this day forward, any nation that continues to harbor or support terrorism will be regarded by the United States as a hostile regime. (http://www.britannica.com/presidents/article-9398253)

Kami akan menjadikan teroris mati kutu kehabisan pendanaan, membalik mereka menjadi (bertentangan) satu melawan yang lain, mengusir mereka dari tempat ke tempat, sehingga tidak ada tempat berlindung atau istirahat.
Dan kita akan memburu bangsa-bangsa yang memberikan bantuan atau memberikan tempat perlindungan yang aman untuk terorisme. Setiap bangsa, di setiap wilayah , sekarang harus mengambil keputusan. Adakah pula Anda bersama kami, atau anda dengan teroris. Mulai hari ini dan seterusnya, setiap bangsa yang meneruskan untuk memberikan tempat berlabuh atau dukungan bagi terorisme akan dipandang oleh Amerika Serikat sebagai rezim musuh.

Lahyanianisme tidak akan sempat menyampaikan Shahifah Nabawiyah yang didalamnya posisi antara 'ishabah orang-orang bariman dalam kepemimpinan dunia diatas jejak kenabian, orang-orang kafir (Quraisy) dan 'ushbah zionisme dalam konspirasi pemerintahan dunia Yahudi sedemikian jelas itu kepada publik dari penyembunyiannya, sebagai bagian dari sunnah Rasulullah. Demikian pula firman Allah tentang antara makar (konspirasi) pemerintahan dunia Yahudi oleh ‘ushbah zionisme melawan makar (konspirasi) Allah sebagai bagian dari ayat-ayat Al-Qur’an tidak sempat pula dikemukakan keluar dari penyembunyian, hal itu untuk memainkan peran gharqadiannya menyembunyikan Yahudi.
Allah
Subhaanahu wa Ta’aalaa berfirman :
وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لاَ يَشْعُرُونَ
Dan merekapun merencanakan makar dengan sungguh-sungguh dan Kami merencanakan makar (pula), sedang mereka tidak menyadari. (QS. 27/An-Naml : 50)

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ
Orang-orang kafir itu membuat konspirasi tipu daya, dan Allah membuat konspirasi membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembuat konspirasi menjawab tipu daya. (QS. 3/Aali 'Imran : 54)

Membaca Manhaj Ba’asyir ( http://www.ashhabulkahfi.com/2010/08/manhaj-ustadz-abu-bakar-baasyir.html ) maupun dalih-dalih penangkapannya oleh aparat pemerintah, bila Abu Bakar Ba’asyir terindikasi sengaja menangguhkan pembenarannya terhadap hujjatullah, Al-Qur’an dan hujjah kenabian, sunnah Rasul-Nya baik dengan mengganjalkan Islam tafsir, Islam teologi, Islam madzhab fiqh, Islam aliran thariqat sufi, Islam politik, Islam ormas, Islam sempalan, Islam rasisme kebangsaan, ya’ni mengganjalkannya diantara ketaatan dirinya dan hujjatullah, Al-Qur’an dan hujjah kenabian itu maka Abu Bakar Ba’asyir sendiri yang akan mempertanggungjawabkannya di depan pengadilan Allah
Subhaanahu wa Ta’aalaa.

Demikian pula bila Abu Bakar Ba’asyir terindikasi sengaja menangguhkan pembenarannya terhadap hujjatullah, Al-Qur’an dan hujjah kenabian, sunnah Rasul-Nya. Yaitu baik dengan mengganjalkan Islam salafi yang mengedepankan salafi ahlis-sunnah wal-jamaa’ah sekaligus menyembunyikan yang berbau ‘alaa minhajin-nubuwah rapat-rapat ke belakang atas nama ilmu jalan fikiran dan jalan perasaan manusia maupun dengan memproblematikkan Islam untuk ditaati, serta dengan pelanggaran yang mengundang la’nat dalam Shahifa Nabawiyah (http://nongharqadian.blogspot.com/2010/09/shahifah-nabawiyah.html)

Dengan demikian pula pilihan urusan membela kebenaran yang datangnya dari Allah itu terbawa pengaruh teralihkan menjadi perbantahan yang di balik itu konspirasi pemerintahan dunia Yahudi dan rekayasa intelijen bersembunyi.

Berarti pula meninggalkan posisi 'ishabah yang ditunjukkan oleh Rasulullah sebagaimana sejumlah orang yang turun dari posisinya di atas bukit untuk turut mengurusi harta yang ditinggalkan oleh orang kafir yang mulai terdesak, hal mana memang tak ada pernyataan apapun bahwa harta itu haram, sebagaimana ini terjadi pada perang Uhud.

Tetapi bila Abu Bakar Ba’asyir memastikan dirinya di posisi bagian dari ‘Ishabah diatas kebenaran yang disabdakan Rasulullah memperjuangkan ajaran Islam, maka pembuktian yang harus dipenuhinya adalah bahwa keberpihakan dirinya kepada sunnah kenabian ber-Shahifah Nabawiyah tidak termudharati dengan
"diKhubaibkan" dan "diterorisKhawarijkan"nya dirinya oleh lahyanianisme ‘ashabiyah maupun yang langsung oleh ‘Ushbah zionisme Yahudi sebagaimana yang disabdakan Rasulullah :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ لَنْ يَزَالَ عَلَى هَذَا اْلأَمْرِ عِصَابَةٌ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ عَلَى ذَلِكَ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, dari Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda : Urusan ajaran Islam ini senantiasa diperjuangkan oleh 'ishabah (jama'ah umatku) yang berada diatas kebenaran. Orang-orang yang memusuhi mereka tidak akan mampu menimpakan kemudharatan pada mereka. Demikianlah keadaan mereka sampai datangnya urusan Allah (HR. Ahmad)

'Ishabah diatas kebenaran yang adalah ahlu shahifah nabawiyah tidak termudharati dalam arti juga tidak tertipu oleh tindakan hukum yang fair dan terlepasnya sasaran
"pemBa’asyiran" dari jerat hukum positif. Tindakan hukum positif yang fair dan pelepasan dari "pemBa’asyiran" bukan bukti tak adanya konspirasi pemerintahan dunia Yahudi dan rekayasa intelijen yang bekerja.

Demikian pula, 'ishabah di atas kebenaran tidak termudharati dalam arti juga tidak terkecoh oleh penangkapan dan eksekusi hukuman mati sebagaimana Khubaib bin 'Adi disalib; bahwa Khubaib dikutuk oleh lahyanianisme, egosentrisme 'ashabiah maupun oleh 'ushbah zionisme Yahudi bukanlah bukti dirinya dikutuk Allah dan Rasul-Nya.
Lagi pula yang pasti adalah apa yang Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :

وَلاَ يَحِيقُ الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلاَّ بِأَهْلِهِ فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلاَ سُنَّةَ اْلأَوَّلِينَ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللهِ تَبْدِيلاً وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللهِ تَحْوِيلاً
Konspirasi jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri. Tiadalah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (Allah yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu. Maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat penggantian bagi sunnah Allah, dan sekali-kali tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Allah itu. (QS. 35/Faathir : 43)

Faktor Positioning Diri Sofyan Tsauri dan La’nat Allah

Bian Harnansa, Wartawan Tribunnews.com
http://www.tribun-medan.com/read/artikel/6390/Sofyan-Tsauri-Saya-yang-Melatih-Teroris-Medan
pada Jum’at, 24 September 2010 melaporkan Sofyan Tsauri : Saya bukan penyusup atau intel polisi. Saya buah dari dakwah tauhid. Kalau saya susupan polisi, tempat saya bukan di dalam sel ini.

Saya ingin menegakkan syariat Islam untuk membawa Indonesia ke jalan yang lebih baik. Karena hanya dengan Syariat Islam, Indonesia akan menjadi lebih baik.

Dengan pengakuan tersebut, Sofyan Tsauri memposisikan diri sebagai bagian dari ‘Ishabah yang disabdakan Rasulullah memperjuangkan ajaran Islam. Dengan demikian ia memposisikan diri tidak menjadi bagian dari ‘Ushbah Yahudi yang paling bertanggung jawab akan konspirasi pemerintahan dunia zionis dan tidak pula terbawa ‘Ashabiyah yang matinya disifati Rasulullah dengan sabdanya sebagai jahiliyah.

Tetapi juga perlu mencermati pernyataan Sofya Tsauri dalam situs berita itu, ia antara lain menyebutkan :
Saya pernah melatih sampai 100 orang di Jantho, Aceh, awal 2009 lalu, dan di tempat lain pernah sampai 67 orang. Orangnya berbeda-beda. Yang sudah ditangkap polisi dari aksi di Medan, itu hanya bagian kecil.
Bisa jadi lebih banyak lagi yang belum tertangkap. Karena aksi di Medan merupakan program lintas tanzhim dari berbagai kelompok-kelompok jihad yang akhirnya membentuk Al-Qaeda untuk wilayah Indonesia.
Saya tidak tahu siapa pemimpin aksi itu. Karena saya sudah di dalam sel tahanan. Kata polisi yang memegang peranan Abu Tolut, tapi saya tidak tahu juga.
Saya juga tidak tahu apakah Abu Bakar Ba’asyir (ABB) terlibat dalam program ini, karena tidak pernah berhubungan dengan beliau. Tapi menurut teman-teman, dia ikut menyumbangkan dana. Demikian testimoni Sofyan Tsauri dilaporkan Tribunnews.com.

Sofyan Tsauri dengan positioning dirinya itu sama halnya apakah memang bermain untuk rekayasa intelijen, ataukah dimainkan oleh rekayasa intelijen, ataukah pula karena kebodohannya; apapun halnya itu, maka faktor Sofyan Tsauri itu adalah faktor (semacam pengacau radar yang) mengacaukan pandangan agar konspirasi pemerintahan dunia Yahudi dan rekayasa intelijen itu dipandang tidak ada.

Sebagai faktor penghilang jejak konspirasi pemerintahan dunia Yahudi dan rekayasa intelijen dalam menghadapi potensi untuk
"diBa’asyirkan" itulah Sofyan Tsauri pasang badan untuk dilaknat dalam Shahifah Nabawiah (http://nongharqadian.blogspot.com/2010/09/shahifah-nabawiyah.html) yang diktum-diktumnya antara lain adalah :
قَالَ مُسْلِمٌ حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ رَافِعٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللهِ يَقُولُ كَتَبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى كُلِّ بَطْنٍ عُقُولَهُ ثُمَّ كَتَبَ أَنَّهُ لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُتَوَالَى مَوْلَى رَجُلٍ مُسْلِمٍ بِغَيْرِ إِذْنِهِ ثُمَّ أُخْبِرْتُ أَنَّهُ لَعَنَ فِي صَحِيفَتِهِ مَنْ فَعَلَ ذَلِكَ
Imam Muslim berkata Muhammad bin Rafi' dari Abdur-Razzaaq menceritakan hadits kepadaku dari Ibnu Juraij dari Abu az-Zubair bahwa dia mendengar Jabir bin Abdullah berkata : Nabi shallallaahu 'alaihi wa aalihi wa sallam membuat ketentuan tertulis atas kelompok-kelompok klan menanggung pembayaran denda (diat) kemudian menentukan bahwa seorang muslim tidak boleh menjalin ikatan hubungan dengan seorang budak seseorang muslim yang lain tanpa seizin tuannya. Kemudian diberitahukan bahwa beliau mela'nat dalam shahifahnya itu terhadap orang yang melakukan perbuatan yang dilarang itu (HR. Muslim)
وَلاَ يَقْتُلُ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنًا فِي كَافِرٍ وَلاَ يُنْصَرُ كَافِرٌ عَلَى مُؤْمِنٍ
Seorang mukmin tidak boleh membunuh seorang mukmin yang lain dalam rangka membela orang kafir. Dan tak seorangpun yang kafir diberi pertolongan dalam perbuatan serangan terhadap seorang mukmin
وَإنَّهُ لاَ يُجِيْرُ مُشْرِكٌ مَالاً لِقُرَيْشٍ وَلاَ نَفْسًا وَلاَ يَحُوْلُ دُوْنُهَ عَلَى مُؤْمِنٍ
Bahwasanya tidak satupun persekutuan yang memberikan pertolongan harta maupun jiwa kepada Quraisy dan tidak pula memberikan petunjuk arah kepada fihak lain untuk hal penyerangan terhadap seorang mukmin.
وَإِنَّهُ لاَ يَحِلُّ لِمُؤْمِنٍ أَقَرَّ بِمَا فِي هَذِهِ الصَّحِيْفَةِ وَآمَنَ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ أَنْ يَنْصُرَ مُحْدَثَنَا وَلاَ يُؤْوِيْهِ وَإِنَّهُ مَنْ نَصَرَهُ أَوْ آوَاهُ فَإِنَّ عَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ وَغَضْبَةٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلاَ يُؤْخَذُ مِنْهُ صَرْفٌ وَلاَ عَدْلٌ
Bahwasanya tidak halal bagi seorang mukmin yang terikat ikrar dengan apa yang ada dalam shahifah ini dan beriman kepada Allah dan Hari Akhir menolong orang yang mengada-ada terhadap kami dan tak ada yang melindungi orang itu. Dan barangsiapa menolong dan/atau melindunginya maka sesungguhnya baginyalah la'nat Allah dan juga kemurkaan-Nya pada Hari Kiamat dan tak ada baginya yang memalingkan dan yang menjadi tebusan pengganti dari pada la'nat itu.

Makin membuktikan kebenaran Al-Qur’an dan sunnah kenabian Rasulullah, Bob Old dan Danny Allen telah memastikan posisinya dengan membakar Al-Qur’an. Yahudi makin membuktikan kebenaran Al-Qur’an dan sunnah kenabian Rasulullah dengan mengguritakan zionisme dan terorisasinya. Demikian pula pemerintahan negara-negara kebangsaan di muka bumi makin membuktikan kebenaran Al-Qur’an dan sunnah kenabian Rasulullah dengan ‘ashabiyah dan lahyanianismenya. Apakah penghambaan diri manusia benar hanya untuk Allah bila ia masih membiarkan dirinya dalam posisi yang tidak jelas, buram dan bahkan gelap dalam kesesatan, maka tidaklah seseorang itu menanggung beban tanggung jawab dosa orang lain dan bila antara pembenaran dirinya terhadap Kitaballah dan sunnah kenabian Rasul-nya dengan ketaatan itu diganjal dengan ‘ashabiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar