وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لاَ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلاَّ مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي اْلأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ
Di antara Ahli Kitab ada orang yang jika engkau mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika engkau mempercayakan kepadanya satu Dinar, tidak dikembalikannya padamu, kecuali jika engkau selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi". Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui. (QS. 3/Aali 'Imraan : 75)
Firman Allah Subhaanahu wa Ta'alaa tersebut mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya bahwa di kalangan ahli kitab (Yahudi) ada orang yang berkhianat. Demikian pula agar hamba-hamba Allah waspada terhadap praktik-praktik tipu daya dan pemerdayaan mereka. Sedangkan prinsip etnosentrisme Yahudi yang dikatakannya "Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi (non Yahudi, yang disebut Goyyim oleh mereka)" adalah prinsip 'ushbah insiders Yahudi konspirator yang apabila seseorang berada di dalamnya adalah maghdhuubi 'alaihim (dilaknat Allah) atau bila berada di bawah pengaruh prinsip itu adalah adh-dhaalliin (tertipu).
Ayat Allah tersebut memastikan yang dikaruniakan Allah kepadanya nikmat ialah yang bermuamalahkan Dinar.
Malik bin Dinar mengatakan :
إِنَّمَا سُمِّيَ الدَّيِنْارُ ِلأَنَّهُ دِيْنٌ وَنَارٌ. وَقِيْلَ: مَعْنَاهُ مَنْ أَخَذَهُ بِحَقِّهِ فَهُوَ دِيْنُهُ. وَمَنْ أَخَذَهُ بِغَيْرِ حَقِّهِ فَلَهُ النَّارُ
Sesungguhnya Dinar itu disebut Dinar karena adalah Din dan Nar. Dan dikatakan : Maknanya, barangsiapa mengambilnya dengan yang dirinya memang berhak maka ia adalah Din (ajaran hidupnya yang hak dari Rabb)-nya. Dan barangsiapa mendapatkan dan menggunakan Dinar dengan yang dirinya tidak berhak, maka baginya adalah Nar (neraka) (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ : أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا يَسُرُّنِي أَنَّ لِي أُحُدًا ذَهَبًا تَأْتِي عَلَيَّ ثَالِثَةٌ وَعِنْدِي مِنْهُ دِينَارٌ إِلاَِّ دِينَارٌ أَرْصُدُهُ لِدَيْنٍ عَلَيَّ
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata : Sesungguhnya Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : Seandainya aku memiliki emas sebesar bukit Uhud dan didatangkan kepadaku lagi gunung yang ketiga, disamping itu aku memiliki satu dinar, maka yang membuat aku senang hanyalah satu dinar yang dapat aku gunakan untuk membayar hutang (HR. Bukhari dan Muslim)
Pernyataan Rasulullah yang diriwayatkan Abu Hurairah tersebut merupakan prinsip mempermuamalahkan Dinar. Sedang pernyataan 'ushbah insiders Yahudi pada Al-Qur'an, surat 3/Aali 'Imraan : ayat 75 tersebut diatas untuk menguasai emas atau Dinar yang dengan demikian berarti menguasai dan mengendalikan harga pasar yang dengan demikian mengendalikan ekonomi.
Yang terjadi pada zaman Nabi 'Isa 'alaihis-salaam, para money changers Yahudi menguasai Dinar untuk mengendalikan pasar sementara itu kaisar dan Nabi 'Isa diadu domba hingga dijatuhkannya hukuman mati dengan disalib atas Nabi 'Isa.
Demikian pula yang terjadi pada zaman Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam bahwa sebelum hijrah, ekonomi Yatsrib yang kemudian disebut Madinah didominasi Yahudi
Jumlah mereka diperkirakan mencapai lima puluh persen dari penduduk Yatsrib. Mereka membangun ekonomi di Yatsrib dari nol. Semula mereka adalah pendatang. Karena gigih, akhirnya mereka memonopoli industri besi, menguasai pertanian, serta mengendalikan keuangan dan pasar. Mereka pun makmur. Untuk mempertahankan kontrol mereka, mereka pun memprovokasi dan memecah belah masyarakat Yatsrib. Perseteruan suku utama bangsa Arab di Yatsrib yaitu Suku Aus dan Suku Khazraj dilestarikan oleh orang-orang Yahudi hingga pada tingkat peperangan saling membunuhpun terjadi. http://wakalanusantara.com/detilurl/Hijrah.dari.Sistem.Ekonomi.Yahudi/130
Menurut Ahmad Thomson dalam Sistem Dajjal, yahudisasi tersebut bermula dari kehadiran bank-bank di Eropa yang didirikan orang-orang Yahudi.
Pada mulanya bank-bank ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan dinar (uang emas) dan dirham (uang perak) agar aman. Jika ada orang yang menitipkan uang emas atau uang peraknya di bank, sang bankir memberinya tanda terima (kertas). Bankir pun berjanji akan membayar kembali uang emas dan uang perak tersebut secara tunai kepada pembawa pada saat tanda terima itu dipertunjukkan kembali kepada bank. Kertas yang berisi tanda terima ini kemudian dapat dijadikan alat tukar meskipun belum ditukarkan dengan uang emas atau uang perak yang ada di bank. Pada perkembangan selanjutnya, bankir pun mencetak uang kertas sebanyak-banyaknya yang jumlahnya jauh lebih banyak dari pada jumlah uang emas dan uang perak yang ada di bank. http://wakalanusantara.com/detilurl/Hijrah.dari.Sistem.Ekonomi.Yahudi/130
Yang terjadi adalah umat manusia pada bersaing untuk dapat menguasai kekayaan, jabatan, pengaruh sejak dengan perang dagang, perang politik, perang diplomatik sampai dengan perang senjata semuanya dengan dan untuk uang kertas kosong nilai intrinsiknya sementara sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa pada Al-Qur'an, surat 3/Aali 'Imraan : 75 'ushbah Yahudi mengeruk sebanyak-banyaknya emas di dunia ini. Dengan menguasai emas 'ushbah Yahudi menguasai monopoli industri, menguasai sumber daya alam, serta mengendalikan keuangan dan pasar.
Bermuamalahkan Dinar, karenanya semata untuk konsisten, istiqamah di jalan kehidupan yang diistiqamahi yakni shirath al-mustaqiim tidak mau yang dimurkai Allah al-maghdhuub 'alaihim dan pula dalam rangka tidak mau tertipu (adh-dhaaalliin)
Kemestian bermuamalahkan Dinar adalah kemestian menjalankan prinsip-prinsipnya yang antara lain adalah sebagai berikut :
1. Tidak mengedepankan faham teologi, madzhab fiqh, madzhab politik, madzhab ekonomi, aliran thariqat, aliran kebatinan, aliran spiritualisme, ormas dan orpol apapun melainkan ayat-ayat Allah.
Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
الر تِلْكَ ءَايَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ
Alif Laam Raa. Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung hikmah. (QS. 10/Yuunus : 1)
الر تِلْكَ ءَايَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat kitab (Al-Qur'an) yang nyata (dari Allah). Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kalian memahaminya. (QS. 12/Yuusuf : 1-2)
المر تِلْكَ ءَايَاتُ الْكِتَابِ وَالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يُؤْمِنُونَ
Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al-Qur'an). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu itu adalah benar; akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya). (QS. 13/Ar-Ra'd : 1)
Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa menyebut ayat-ayat Allah dalam Al-Qur'an, kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa menyebut peristiwa-peristiwa alam dimana Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa memberlakukan urusan-urusan pada alam itu dengan menyebutkan sebagai penjelasan setail-setail ayat-ayat Allah.
اللهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي ِلأَجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ يُفَصِّلُ اْلآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kalian lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan ayat-ayat (-Nya), supaya kalian meyakini pertemuan (mu) dengan Rabb kalian (QS. 13/Ar-Ra'd : 2)
Al-Kitab yang ayat-ayat-Nya dalam Al-Kitab itu difirmankan Allah adalah turun dari-Nya dalam (QS. 45/Al-Jaatsiyah : 1-2), kemudian Allah menyebutkan ayat-ayat-Nya pada peristiwa alam (QS. 45/Al-Jaatsiyah : 3-5) :
حم تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
Haa Miim. Kitab (ini) diturunkan dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. 45/Al-Jaatsiyah : 1-2)
إِنَّ فِي السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ َلآيَاتٍ لِلْمُؤْمِنِينَ وَفِي خَلْقِكُمْ وَمَا يَبُثُّ مِنْ دَابَّةٍ ءَايَاتٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ رِزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ اْلأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ ءَايَاتٌ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat ayat-ayat (Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kalian dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat ayat-ayat (Allah) untuk kaum yang meyakini, dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula ayat-ayat (Allah) bagi kaum yang berakal. (QS. 45/Al-Jaatsiyah : 3-5)
Kemudian pada Al-Qur'an Surat 45/Al-Jaatsiyah, ayat : 6 Allah menyebutkan : Itulah ayat-ayat Allah yang Kami tilawahkannya kepadamu dengan hak.
تِلْكَ ءَايَاتُ اللهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَ اللهِ وَءَايَاتِهِ يُؤْمِنُونَ
Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya. (QS. 45/Al-Jaatsiyah : 6)
Ayat-ayat Allah dalam Al-Kitab, Al-Qur-an dan ayat-ayat Allah dalam peristiwa alam, itulah ayat-ayat Allah yang ditilawahkan-Nya yang Allah firmankan juga pada Al-Qur'an, Surat 81 /At-Takwiir : 15-25 :
فَلاَ أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ الْجَوَارِ الْكُنَّسِ وَاللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ وَلَقَدْ رَآهُ بِاْلأُفُقِ الْمُبِينِ وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ
Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam, demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di fihak Allah yang mempunyai 'Arsy, yang dita'ati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. Dan teman kalian (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang. Dan Dia (Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang ghaib. Dan Al-Qur'an itu bukanlah perkataan syaitan yang terkutuk, (QS. 81 /At-Takwiir : 15-25)
Kemudian pada Al-Qur'an, Surat 81/At-Takwiir ayat 26, Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa meminta pertanggungjawaban manusia : Kemana kalian bermadzhab ?
فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ
Maka kemanakah kalain bermadzhab ? (QS. 81/At-Tawiir : 26)
Ayat ini sering diterjemahkan dengan : Maka ke manakah kalian akan pergi?
Kata :
تَذْهَبُونَ
Kata yang transliterasinya adalah tadzhabuun ini berarti menempuh jalan pada tempat, waktu dam alat menuju tujuan jalan itu yang dalam bahasa Arabnya adalah :
مَذْهَبٌ
Transliterasinya adalah Madzhab
Tuntutan pertanggungjawaban Allah kepada manusia itu berarti apakah manusia mengedepankan faham teologi, madzhab fiqh, madzhab politik, madzhab ekonomi, aliran thariqat, aliran kebatinan, aliran spiritualisme, ormas dan orpol menggantikan bermadzhab Al-Quran yang praktik operasionalnya adalah Sunnah Kenabian Rasulillah shallallaahu 'alaihi wa sallam.
Sedangkan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa melarang hamba-hamba-Nya menjadi bagian dari pemecah belah ajaran hdiup ini
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاِ تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
Maka hadapkanlah wajah (arah hidup)-mu dengan lurus kepada ajaran hidup (yang diajarkan Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) ajaran hidup yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,. (Hadapkanlah arah hidupmu dengan lurus kepada ajaran hidup yang diajarkan Allah) dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (musyrik), yaitu orang-orang yang memecah belah ajaran hidup mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. 30/Ar-Ruum : 30-32)
Perintah Allah agar menghadapkan arah hidup dengan lurus, konsisten dan istiqamah kepada ajaran hidup yang diajarkan Allah dengan kembali bertaubat kepada-Nya adalah perintah untuk berhijrah kepada karakteristik Risalah Kenabian.
Baca selengkapnya : Prinsip Tak Bermadzhab Melainkan Ayat-ayat Allah
Pengabaian terhadap prinsip ini adalah kebodohan, dituntut pertanggungjawaban di hadapan Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa. Sehingga secara pasti, seberapa tangguh percaya diri dan seberapa penting seseorang sebagai bagian dari faham teologi, aliran thariqat, madzhab hukum, madzhab politik, madzhab ekonomi, beraliran spiritual, bersistem keyakinan, ritual dan moral keagamaan untuk menggantikan pembenaran dengan ketaatan pada kitab-kitab Allah dan sunnah kenabian Rasul-Nya, lebih-lebih dengan jelas mengesampingkan Shahifah Nabawiyah dan apalagi membelakanginya, maka adalah menyerahkan leher diri sendiri untuk dijadikan bahan permainan game 'ushbah/ insiders Yahudi konspirator selayaknya di alam peternakan. Kemudian dari pada itu, untuk pada gilirannya digiring ke tempat penyembelihannya.
2. Tidak menjadi bagian dari kepentingan harta, jabatan dan pengaruh duniawi dengan perebutannya
3. Menjalankan agenda yang difirmankan Allah :
يَمْحَقُ اللهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.(QS. : 2/Al-Baqarah : 276)
4. Kembali kepada nilai intrinsik ekonomi dengan dinar, dan dirham sebagai instrumennya untuk menarik diri dari tipuan sistem riba dengan nilai kosong uang kertas yang tidak ada nilai intrinsiknya
5. Dinar dengan nilai intrinsiknya tidak ditimbun karenanya ia hanyalah hak untuk dimuamalahkan
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ اْلأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلاَ يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, (QS. 9/At-Taubah : 34)
يَوْمَ يُحْمَى عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَى بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ هَذَا مَا كَنَزْتُمْ لأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ
Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".(QS.9/At-Taubah : 35)
6. Menjaga diri dari fitnah yang timbul dari emas dengan mengingat peristiwa sejarah fitnah emas pada Nabi Musa dan Nabi Isa serta sejarah masa depan.
a. Peristiwa sejarah fitnah emas pada Nabi Musa
Ketika Nabi Musa berhadapan dengan Fir'aun, penguasa Mesir kuno itu ateis (ateis di Indonesia adalah orang komunis) dengan pernyataannya :
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَاأَيُّهَا الْمََلأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَاهَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي َلأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ
Dan berkata Fir`aun: "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta". (QS. 28/Al-Qashash : 38)
Mendapati Nabi Musa berketuhanan Yang Mahaesa yaitu tidak mempertuhankan selain Allah, orang Yahudi dari Suku As-Samirah melancarkan ajaran ketuhanan yang mahaesa yang bukan Allah tetapi patung anak sapi dari emas.
قَالَ فَإِنَّا قَدْ فَتَنَّا قَوْمَكَ مِنْ بَعْدِكَ وَأَضَلَّهُمُ السَّامِرِيُّ
Allah berfirman: "Maka sesungguhnya kami telah menguji kaummu sesudah kamu tinggalkan, dan mereka telah disesatkan oleh Samiri. (QS. 20/Thaahaa : 85)
قَالُوا مَا أَخْلَفْنَا مَوْعِدَكَ بِمَلْكِنَا وَلَكِنَّا حُمِّلْنَا أَوْزَارًا مِنْ زِينَةِ الْقَوْمِ فَقَذَفْنَاهَا فَكَذَلِكَ أَلْقَى السَّامِرِيُّ فَأَخْرَجَ لَهُمْ عِجْلاً جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ فَقَالُوا هَذَا إِلَهُكُمْ وَإِلَهُ مُوسَى فَنَسِيَ
Mereka (Bani Israil) berkata: "Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum (Mesir) itu, maka kami telah melemparkannya (ke dalam api yang telah dinyalakannya di satu lubang untuk dijadikan patung anak sapi), dan demikian pula Samiri melemparkannya", kemudian Samiri mengeluarkan untuk mereka (dari lobang itu) anak lembu yang bertubuh dan bersuara, maka mereka berkata: "Inilah Tuhan kalian dan Tuhan Musa, tetapi Musa telah lupa".. (QS. 20/Thaahaa : 87-88)
وَاتَّخَذَ قَوْمُ مُوسَى مِنْ بَعْدِهِ مِنْ حُلِيِّهِمْ عِجْلاً جَسَدًا لَهُ خُوَارٌ أَلَمْ يَرَوْا أَنَّهُ لاَ يُكَلِّمُهُمْ وَلاَ يَهْدِيهِمْ سَبِيلاً اتَّخَذُوهُ وَكَانُوا ظَالِمِينَ
Dan kaum Musa, setelah kepergian Musa ke gunung Thur membuat dari perhiasan-perhiasan (emas) mereka anak lembu yang bertubuh dan bersuara. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa anak lembu itu tidak dapat berbicara dengan mereka dan tidak dapat (pula) menunjukkan jalan kepada mereka? Mereka menjadikannya (sebagai sembahan) dan mereka adalah orang-orang yang zalim. (QS. 7/Al-A'raaf : 148)
b. Peristiwa sejarah fitnah emas pada Nabi Isa
Rencana Jahat Yahudi pada Nabi Isa :
30 A.D. Jesus Christ in the last year of his life uses physical force to throw the money changers out of the temple. This was the only time during the the life of his ministry in which he used physical force against anyone.
When Jews came to Jerusalem to pay their Temple tax, they could only pay it with a special coin, the half-shekel. This was a half-ounce of pure silver, about the size of a quarter. It was the only coin at that time which was pure silver and of assured weight, without the image of a pagan Emperor, and therefore to the Jews it was the only coin acceptable to God.
Unfortunately these coins were not plentiful, the money changers had cornered the market on them, and so they raised the price of them to whatever the market could bear. They used their monopoly they had on these coins to make exorbitant profits, forcing the Jews to pay whatever these money changers demanded.
Jesus threw the money changers out as their monopoly on these coins totally violated the sanctity of God's house. These money changers called for his death days later.
Terdapat laporan tentang peristiwa yang terjadi pada tahun 30 M
'Isa 'alaihis-salam di tahun terakhir dari masa hidupnya menggunakan kekuatan fisik untuk mengusir para pedagang uang keluar dari tempat ibadah. Inilah satu-satunya peristiwa selama pelayanan rohaninya dimana ia menggunakan kekuatan fisik untuk melawan.
Ketika bangsa Yahudi pengikut 'Isa 'alaihis-salam datang ke Yerusalem untuk membayar zakat, mereka hanya dapat melakukan itu dengan satu koin khusus, setengah shekel, yakni sebuah koin yang beratnya setengan ounce dari perak murni, besarnya sekitar ukuran koin seperempat dolar. Ini adalah satu-satunya koin pada waktu itu yang terbuat dari perak murni dan bobotnya meyakinan, tanpa citra wajah Kaisar penyembah berhala, dan karena itu bagi pengikut 'Isa 'alaihis-salam adalah satu-satunya jenis koin yang bisa diterima oleh Allah.
Sayangnya koin jenis ini tidak tersedia secara memadai, pedagang uang telah memborongnya, lalu mereka menaikkan harganya terhadap apa yang dapat diterima pasar.
1 ounce = 31,103 gram
Mereka menggunakan monopoli yang mereka miliki atas koin-koin ini untuk meraup keuntungan melebihi batas kewajaran, memaksa pengikut 'Isa 'alaihis-salam untuk membayar berapapun juga harga yang diminta pedagang uang.
'Isa 'alaihis-salam menghalau pedagang uang itu keluar karena monopoli mereka atas koin-koin ini secara total melanggar kesucian rumah Allah. Para pedagang uang itu menuntut kematiannya beberapa hari kemudian.
c. peristiwa sejarah fitnah emas pada masa yang akan datang.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَحْسِرَ الْفُرَاتُ عَنْ جَبَلٍ مِنْ ذَهَبٍ يَقْتَتِلُ النَّاسُ عَلَيْهِ فَيُقْتَلُ مِنْ كُلِّ مِائَةٍ تِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ وَيَقُولُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْهُمْ لَعَلِّي أَكُونُ أَنَا الَّذِي أَنْجُو
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Kiamat tidak akan terjadi sehingga air sungai Eufrat surut dan menyingkapkan gunung emas. Diatas gunung emas itu orang-orang berperang, sehingga dari setiap seratus orang akan terbunu sembilan puluh sembilan orang. Setiap orang dari mereka berkata : Mudah-mudahan, akulah orang yang selamat itu. (HR. Muslim)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَقِيءُ اْلأَرْضُ أَفْلاَذَ كَبِدِهَا أَمْثَالَ اْلأُسْطُوَانِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ فَيَجِيءُ الْقَاتِلُ فَيَقُولُ فِي هَذَا قَتَلْتُ وَيَجِيءُ الْقَاطِعُ فَيَقُولُ فِي هَذَا قَطَعْتُ رَحِمِي وَيَجِيءُ السَّارِقُ فَيَقُولُ فِي هَذَا قُطِعَتْ يَدِي ثُمَّ يَدَعُونَهُ فَلاَ يَأْخُذُونَ مِنْهُ شَيْئًا
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata : Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda : "Kelak bumi akan memuntahkan kekayaannya yang terpendam seperti gulungan dari emas dan perak. Lantas, datanglah pembunuh, ia berkata : 'Untuk inilah aku dulu membunuh' Datang pula orang yang memutuskan hubungan silaturahim, lalu ia berkata : 'Kaerna inilah aku memutus hubungan beriman silaturahimku' Datang pula pencuri, kemudian ia berkata : 'Karena inilah tanganku dihukum potong' Kemudian mereka meninggalkannya tanpa mengambilnya sedikitpun" (HR. Muslim)
7. Dinar tidak berlogo/citra thaghut, gambar makhluk hidup atau lambang-lambang yang menyesatkan
Logo/citra, lambang atau simbol yang menyesatkan akan memastikan penganutnya menjadi bagian dari barisan yang dikendalikan 'ushbah insiders Yahudi konspirator melawan lafazh Allah yang kenyatannya lafazh Allah merupakan simbol missi ajaran-Nya.