QS. 2/Al-Baqarah : 118 to 119
Dan orang-orang yang tidak
mengetahui berkata: “Mengapa Allah tidak (lang-sung) berbicara dengan kami atau
datang tanda-tanda kekuasaan-Nya kepada kami”. Demikian pula orang-orang yang
sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu; hati mereka serupa.
Sesungguhnya Kami telah men-jelaskan tanda-tanda kekuasaan Kami kepada kaum
yang yakin. (QS. 2/Al-Baqarah : 118)
Al-Qurthubi mengemukakan,
“Mengapa Allah tidak langsung berbicara dengan
kami,”
maksudnya, berbicara kepada kami mengenai kenabianmu, hai Muhammad.
Abu ‘Aliyah dan ar-Rabi’ bin Anas,
Qatadah, dan as-Suddi mengemukakan, “Hal itu merupakan ucapan kaum kafir Arab.”
“Demikianlah pula orang-orang yang sebelum
mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu,”
Menurut para ahli itu, mereka itu
adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani.
Demikian juga bahwa orang-orang
yang mengatakan hal tersebut adalah kaum Musyrikin Arab yaitu, firman Allah Subhaanahu
wa Ta’aalaa:
“Apabila datang suatu ayat kepada mereka,
mereka berkata: ‘Kami tidak akan beriman sehingga diberikan kepada kami yang
serupa dengan apa yang telah diberikan rasul-rasul Allah.’” (QS. 6/Al-An’am: 124)
Juga firman-Nya:
“Dan mereka berkata: ‘Kami
sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi
untuk kami.
atau kamu mempunyai sebuah
kebun kurma dan anggur, lalu kamu alirkan sungai-sungai di celah kebun yang
deras alirannya.
Atau kamu jatuhkan langit
berkeping-keping atas kami, sebagaimana kamu katakan atau kamu datangkan Allah
dan malaikat-malaikat berhadapan muka dengan kami.
Atau kamu mempunyai sebuah
rumah dari emas, atau kamu naik ke langit. Dan kami sekali-kali tidak akan
mempercayai kenaikanmu itu hingga kamu turunkan atas kami sebuah kitab yang
kami baca.’ Katakanlah: ‘Mahasuci Rabb-ku, bukankah aku ini hanya seorang
manusia yang menjadi rasul.’” (QS. 17/Al-Israa’: 90-93)
Dan ayat-ayat lain yang menunjukkan
kekufuran orang-orang musyrik Arab.
Dan permintaan mereka akan berbagai
hal itu hanyalah merupakan kekufuran dan keingkaran semata. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh umat-umat terdahulu sebelum mereka dari kalangan Ahlul Kitab
dan juga yang lainnya. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa :
“Ahlul Kitab meminta kepadamu agar engkau
menurunkan kepada mereka sebuah kitab dari langit. Maka sesungguhnya mereka
telah meminta kepada Musa yang lebih besar dari itu. Mereka berkata:
‘Perlihatkanlah Allah kepada kami dengan nyata.’” (QS. 4/An-Nisaa’: 153)
Dan firman Allah Subhaanahu wa
Ta’aalaa,
“Hati
mereka mirip.”
Maksudnya, hati orang-orang musyrik
Arab itu adalah serupa dengan hati orang-orang sebelum mereka dalam kekufuran
dan keingkaran serta kesombongan mereka. Sebagaimana firman-Nya berikut ini:
“Demikianlah tidak seorang pun rasul yang
datang kepada orang-orang sebelum mereka melainkan mereka mengatakan: ‘Ini
adalah seorang tukang sihir atau orang gila.’
Apakah mereka saling berpesan
tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui
batas.” (QS. 51/Adz-Dzariyah:
52-53)
Ayat-ayat Allah Tak Membutuhkan Pertanyaan dan Penjelasan Tambahan
Dan firman-Nya,
“Sesungguhnya
Kami telah menjelaskan ayat-ayat itu kepada kaum yang meyakini.”
Artinya, Kami (Allah) telah
menerangkan ayat-ayat Allah (bukti-bukti) yang menunjukkan kebenaran para rasul
yang dengannya sudah tidak lagi diperlukan
pertanyaan dan tambahan lain lagi bagi orang-orang yang meyakini, membenarkan,
dan mengikuti para rasul, serta memahami bahwa apa yang dibawa mereka itu
adalah dari Allah Subhaanahu wa
Ta’aalaa. Sedangkan orang yang telah dikunci mati hati dan pendengarannya
dan diberikan penutup pada pandangannya oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa,
maka mereka inilah yang Allah sebutkan dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya orang-orang yang telah pasti
terhadap mereka kalimat Rabb-mu, tidaklah akan beriman, meskipun datang kepada
mereka segala macam keterangan, hingga mereka menyaksikan adzab yang pedih.”
(QS. 11/Yunus: 96-97).
Firman Allah :
Sesungguhnya Kami telah
mengutus (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan, dan kamu tidak akan di-minta (pertanggungjawaban) tentang
penghuni-penghuni neraka. (QS.
2/Al-Baqarah : 119)
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari
Ibnu Abbas, dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda :
Bapakku
menceritakan kepada kami dari Abdurrahman bin Shalih dari Abdurrahman bin
Muhammad bin Ubaidillah Al-Fazary dari Syaiban An-Nahwy, Qatadah mengkhabarkan
kepadaku dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda : “Telah
diturunkan kepadaku ayat : ‘Sesungguhnya Kami telah mengutusmu (Muhammad)
dengan kebenaran, sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan.’ Beliau
Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “(Yaitu) berita gembira
berupa surga dan peringatan dari api neraka.” (HR. Ibnu Abi Hatim, Tafsir Ibnu Abi Hatim, Juz I, Bab I, hal. 316)
Dan firman-Nya,
“Dan engkau tidak akan dimintai
(pertanggungjawaban) tentang penghuni neraka.”
Dibaca oleh mayoritas ulama
dengan وَلاَتُسْئَلُ dengan mendhomahkan huruf ta ( تُ ) yang berkedudukan
sebagai khabar (predikat), yang berarti, “Kami tidak akan bertanya
kepadamu mengenai kekufuran orang-orang yang kafir kepadamu.” Hal ini sama
seperti firman-Nya: .
Dan jika Kami perlihatkan
kepadamu sebahagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami
wafatkan kamu (hal itu tidak penting bagimu) karena sesungguhnya tugasmu
hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka. (QS. 13/Ar-Ra’d: 40)
Dan beberapa ayat yang serupa
dengan itu.
Sedangkan ulama lainnya membaca
dengan
dengan memfathahkan huruf ta,
yang berkedudukan sebagai nahyu (larangan) dengan arti, “Janganlah
engkau menanyakan keadaan mereka.”
Imam Ahmad meriwayatkan dari Musa
bin Dawud dari Falih bin SUlaiman dari Hilal bin Ali dari Atha’ bin Yasar, ia
menceritakan, “Aku pernah bertemu dengan Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, lalu
kukatakan: ‘Beritahukan kepadaku mengenai sifat Rasulullah Shalallahu
‘alaihi wa sallam yang terdapat di dalam kitab Taurat.’ Maka ia pun
menjawab: ‘Baik, demi Allah, sesungguhnya beliau itu disifati di dalam Taurat
seperti sifatnya di dalam al-Qur’an: ‘Wahai Nabi sesungguhnya Kami
mengutusmu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi peringatan,
serta melindungi orang-orang yang ummi.’ Engkau adalah hamba-Ku dan Rasul-Ku,
Aku menamaimu Mutawakkil. Tidak kasar dalam berbicara, tidak keras hati, tidak
berteriak-teriak di pasar, tidak membalas suatu kejahatan dengan kejahatan,
tetapi beliau adalah senantiasa memaafkan dan memberikan ampunan. Beliau tidak
akan dicabut nyawanya sehingga beliau meluruskan millah (ajaran hidup) yang
telah menyimpang dengan mengajak agar manusia mennyatakan, Laa ilaaha illa
Allah. Maka dengan hal itu akan terbuka semua mata yang buta dan
telinga-telinga yang tuli serta hati-hati yang telah tertutup.” (Hadits
di atas hanya diriwayatkan oleh Bukhari).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar