Tidak mengedepankan faham teologi, madzhab fiqh, madzhab politik, madzhab ekonomi, aliran thariqat, aliran kebatinan, aliran spiritualisme, ormas dan orpol apapun melainkan ayat-ayat Allah adalah prinsip beribadah ritual maupun ibadah muamalah.
Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
الر تِلْكَ ءَايَاتُ الْكِتَابِ الْحَكِيمِ
Alif Laam Raa. Inilah ayat-ayat Al-Qur'an yang mengandung hikmah. (QS. 10/Yuunus : 1)
الر تِلْكَ ءَايَاتُ الْكِتَابِ الْمُبِينِ إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ قُرْءَانًا عَرَبِيًّا لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat kitab (Al-Qur'an) yang nyata (dari Allah). Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kalian memahaminya. (QS. 12/Yuusuf : 1-2)
المر تِلْكَ ءَايَاتُ الْكِتَابِ وَالَّذِي أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ الْحَقُّ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يُؤْمِنُونَ
Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al-Qur'an). Dan Kitab yang diturunkan kepadamu dari Rabb-mu itu adalah benar; akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman (kepadanya). (QS. 13/Ar-Ra'd : 1)
Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa menyebut ayat-ayat Allah dalam Al-Qur'an, kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa menyebut peristiwa-peristiwa alam dimana Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa memberlakukan urusan-urusan pada alam itu dengan menyebutkan sebagai penjelasan setail-setail ayat-ayat Allah.
اللهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَوَاتِ بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي ِلأَجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ اْلأَمْرَ يُفَصِّلُ اْلآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ
Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kalian lihat, kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan ayat-ayat (-Nya), supaya kalian meyakini pertemuan (mu) dengan Rabb kalian (QS. 13/Ar-Ra'd : 2)
Al-Kitab yang ayat-ayat-Nya dalam Al-Kitab itu difirmankan Allah adalah turun dari-Nya dalam (QS. 45/Al-Jaatsiyah : 1-2), kemudian Allah menyebutkan ayat-ayat-Nya pada peristiwa alam (QS. 45/Al-Jaatsiyah : 3-5) :
حم تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
Haa Miim. Kitab (ini) diturunkan dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. 45/Al-Jaatsiyah : 1-2)
إِنَّ فِي السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ َلآيَاتٍ لِلْمُؤْمِنِينَ وَفِي خَلْقِكُمْ وَمَا يَبُثُّ مِنْ دَابَّةٍ ءَايَاتٌ لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَمَا أَنْزَلَ اللهُ مِنَ السَّمَاءِ مِنْ رِزْقٍ فَأَحْيَا بِهِ اْلأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ ءَايَاتٌ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat ayat-ayat (Allah) untuk orang-orang yang beriman. Dan pada penciptaan kalian dan pada binatang-binatang yang melata yang bertebaran (di muka bumi) terdapat ayat-ayat (Allah)untuk kaum yang meyakini, dan pada pergantian malam dan siang dan hujan yang diturunkan Allah dari langit lalu dihidupkan-Nya dengan air hujan itu bumi sesudah matinya; dan pada perkisaran angin terdapat pula ayat-ayat (Allah) bagi kaum yang berakal. (QS. 45/Al-Jaatsiyah : 3-5)
Kemudian pada Al-Qur'an Surat 45/Al-Jaatsiyah, ayat : 6 Allah menyebutkan : Itulah ayat-ayat Allah yang Kami tilawahkannya kepadamu dengan hak.
تِلْكَ ءَايَاتُ اللهِ نَتْلُوهَا عَلَيْكَ بِالْحَقِّ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَ اللهِ وَءَايَاتِهِ يُؤْمِنُونَ
Itulah ayat-ayat Allah yang Kami membacakannya kepadamu dengan sebenarnya; maka dengan perkataan manakah lagi mereka akan beriman sesudah (kalam) Allah dan keterangan-keterangan-Nya. (QS. 45/Al-Jaatsiyah : 6)
Ayat-ayat Allah dalam Al-Kitab, Al-Qur-an dan ayat-ayat Allah dalam peristiwa alam, itulah ayat-ayat Allah yang ditilawahkan-Nya yang Allah firmankan juga pada Al-Qur'an, Surat 81 /At-Takwiir : 15-25 :
فَلاَ أُقْسِمُ بِالْخُنَّسِ الْجَوَارِ الْكُنَّسِ وَاللَّيْلِ إِذَا عَسْعَسَ وَالصُّبْحِ إِذَا تَنَفَّسَ إِنَّهُ لَقَوْلُ رَسُولٍ كَرِيمٍ ذِي قُوَّةٍ عِنْدَ ذِي الْعَرْشِ مَكِينٍ مُطَاعٍ ثَمَّ أَمِينٍ وَمَا صَاحِبُكُمْ بِمَجْنُونٍ وَلَقَدْ رَآهُ بِاْلأُفُقِ الْمُبِينِ وَمَا هُوَ عَلَى الْغَيْبِ بِضَنِينٍ وَمَا هُوَ بِقَوْلِ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ
Sungguh, Aku bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam, demi malam apabila telah hampir meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya mulai menyingsing, sesungguhnya Al-Qur'an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril), yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di fihak Allah yang mempunyai 'Arsy, yang dita'ati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. Dan teman kalian (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila. Dan sesungguhnya Muhammad itu melihat Jibril di ufuk yang terang. Dan Dia (Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk menerangkan yang ghaib. Dan Al-Qur'an itu bukanlah perkataan syaitan yang terkutuk, (QS. 81 /At-Takwiir : 15-25)
Kemudian pada Al-Qur'an, Surat 81/At-Takwiir ayat 26, Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa meminta pertanggungjawaban manusia : Kemana kalian bermadzhab ?
فَأَيْنَ تَذْهَبُونَ
Maka kemanakah kalain bermadzhab ? (QS. 81/At-Tawiir : 26)
Ayat ini sering diterjemahkan dengan : Maka ke manakah kalian akan pergi?
Kata :
تَذْهَبُونَ
Kata yang transliterasinya adalah tadzhabuun ini berarti menempuh jalan pada tempat, waktu dam alat menuju tujuan jalan itu yang dalam bahasa Arabnya adalah :
مَذْهَبٌ
Transliterasinya adalah Madzhab
Tuntutan pertanggungjawaban Allah kepada manusia itu berarti apakah manusia mengedepankan faham teologi, madzhab fiqh, madzhab politik, madzhab ekonomi, aliran thariqat, aliran kebatinan, aliran spiritualisme, ormas dan orpol menggantikan bermadzhab Al-Quran yang praktik operasionalnya adalah Sunnah Kenabian Rasulillah shallallaahu 'alaihi wa sallam.
Sedangkan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa melarang hamba-hamba-Nya menjadi bagian dari pemecah belah ajaran hdiup ini
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَةَ اللهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لاَ تَبْدِيلَ لِخَلْقِ اللهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُونَ مُنِيبِينَ إِلَيْهِ وَاتَّقُوهُ وَأَقِيمُوا الصَّلاَةَ وَلاِ تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
Maka hadapkanlah wajah (arah hidup)-mu dengan lurus kepada ajaran hidup (yang diajarkan Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) ajaran hidup yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,. (Hadapkanlah arah hidupmu dengan lurus kepada ajaran hidup yang diajarkan Allah) dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kalian termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah (musyrik), yaitu orang-orang yang memecah belah ajaran hidup mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (QS. 30/Ar-Ruum : 30-32)
Adapun terjadinya perpecahan dalam ajaran hidup yang adalah sempurnanya perpecahan di kalangan umat manusia, dengan jelas Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa menyebutnya yaitu
وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ
Sesungguhnya (ajaran hidup bertauhid) ini, adalah ajaran hidup kalian semua, ajaran hidup yang satu dan Aku adalah Rabb kalian, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan urusan ajaran hidup mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing). (QS. 23/Al-Mu'minun : 52-53)
Perintah Allah agar menghadapkan arah hidup dengan lurus, konsisten dan istiqamah kepada ajaran hidup yang diajarkan Allah dengan kembali bertaubat kepada-Nya adalah perintah untuk berhijrah kepada karakteristik Risalah Kenabian.
Pengabaian terhadap prinsip ini adalah kebodohan dituntut pertanggungjawaban di hadapan Allah Subhaanahu wa Ta’aalaa. Sehingga secara pasti, seberapa tangguh percaya diri dan seberapa penting seseorang sebagai bagian dari faham teologi, aliran thariqat, madzhab hukum, madzhab politik, madzhab ekonomi, beraliran spiritual, bersistem keyakinan, ritual dan moral keagamaan untuk menggantikan pembenaran dengan ketaatan pada kitab-kitab Allah dan sunnah kenabian Rasul-Nya, lebih-lebih dengan jelas mengesampingkan Shahifah Nabawiyah dan apalagi membelakanginya, maka adalah menyerahkan leher diri sendiri untuk dijadikan bahan permainan game 'ushbah/ insiders Yahudi konspirator selayaknya di alam peternakan. Kemudian dari pada itu, untuk pada gilirannya digiring ke tempat penyembelihannya.
Karena itu pulalah, tidak mengedepankan faham teologi, madzhab fiqh, madzhab politik, madzhab ekonomi, aliran thariqat, aliran kebatinan, aliran spiritualisme, ormas dan orpol apapun melainkan ayat-ayat Allah menjadi Prinsip Muamalah Dinar.
Risalah Kenabian
Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa mengamanatkan tugas mengemban missi risalah kepada para rasul-Nya dengan memberikan nubuwwah (kenabian).
Dan tidaklah nubuwwah itu diberikan tanpa ajaran yang diwahyukan yaitu al-kitab.
Dan sunnah tersejarahkannya al-kitab itu dalam peristiwa penerapan nabi-Nya dalam kehidupan nyata tak dapat dilepaskan dari al-kitab dan nubuwwah. Sunnah kesejarahan penerapan al-kitab oleh nabi-Nya itu dikenal sebagai sunnah nabi yang dalam pernyataan Allah disebutkan sebagai al-hukm.
Kitab Tafsir Al-Jalalain menjelaskan al-hukm itu adalah al-hikmah. Dan Al-Qurthuby menjelaskan al-hikmah dalam Al-Qur'an Surat 62/Al-Jumu'ah : 2 itu adalah as-sunnah.
Jadi bila disebutkan nubuwwah (kenabian) yang dimaksudkan yang benar adalah nubuwwah (kenabian) yang tidak terlepas dari al-kitab dan al-hukm (sunnah kenabian)
Itulah Risalah kenabian atau missi Islam yang otentik, asli dan original yang diargumentasikan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa.
Risalah kenabian atau missi Islam yang original, otentik inilah yang dengan keasliannya diargumentasikan Allah tak dapat digantikan dengan kepalsuan walaupun missi kenabian yang sebenarnya itu selama ini disembunyikan dari kebanyakan manusia. Pengenalan masyarakat terhadap Islam terus menerus dibelokkan ke antara Islam radikal atau fundamentalis di satu sisi dan Islam moderat di sisi lain. Antara Islam literal dan Islam liberal. Antara Islam damai dan Islam kekerasan. Antara Islam tradisional dan Islam Wahabi. Antara Islam Indonesia dan Islam Arab. Pengenalan Islam yang menggelapkan risalah kenabian inilah yang dikedepankan untuk dikenal masyarakat selama ini. Pengenalan Islam yang jauh dari yang diargumentasikan Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa, walaupun Allah Rabb semesta alam menegaskan kenabian itu argumentasi-Nya.
Allah Subhaanahu wa Ta'aalaa berfirman :
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَنْ يُؤْتِيَهُ اللهُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا عِبَادًا لِي مِنْ دُونِ اللهِ وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya al-kitab, al-hukm (sunnah kenabian) dan nubuwwah (kenabian), lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kalian menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah" Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kalian menjadi orang-orang rabbani, karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kalian tetap mempelajarinya.(QS. 3/Aali 'Imraan : 79)
وَتِلْكَ حُجَّتُنَا ءَاتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ نَرْفَعُ دَرَجَاتٍ مَنْ نَشَاءُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ كُلاًّ هَدَيْنَا وَنُوحًا هَدَيْنَا مِنْ قَبْلُ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِ دَاوُدَ وَسُلَيْمَانَ وَأَيُّوبَ وَيُوسُفَ وَمُوسَى وَهَارُونَ وَكَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ وَزَكَرِيَّا وَيَحْيَى وَعِيسَى وَإِلْيَاسَ كُلٌّ مِنَ الصَّالِحِينَ وَإِسْمَاعِيلَ وَالْيَسَعَ وَيُونُسَ وَلُوطًا وَكُلاًّ فَضَّلْنَا عَلَى الْعَالَمِينَ
Dan itulah hujjah (argumentasi) Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya Rabb-mu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui.
Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya`qub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Dan Zakaria, Yahya, `Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang saleh. Dan Ismail, Alyasa`, Yunus dan Luth. Masing-masingnya Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di masanya). (QS. 6/Al-An'aam : 83-86)
أُولَئِكَ الَّذِينَ ءَاتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ فَإِنْ يَكْفُرْ بِهَا هَؤُلاَءِ فَقَدْ وَكَّلْنَا بِهَا قَوْمًا لَيْسُوا بِهَا بِكَافِرِينَ
Mereka itulah orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka kitab, hikmah (sunnah kenabian) dan nubuwwah (kenabian). Jika orang-orang (Quraisy) itu mengingkarinya (yang tiga macam itu), maka sesungguhnya Kami akan menyerahkannya kepada kaum yang sekali-kali tidak akan mengingkarinya.(QS. 6/Al-An'aam : 89)
Rasulullah adalah penerus perjuangan Nabi Ibrahim :
إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَاللهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ
Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim (dalam perjuangannya itu) ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman, dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman (QS. 3/Aali 'Imraan : 68)
Hijrah :
Hijrah diperintahkan Allah sebagai proses perubahan meniti jejak kenabian yang dasar, tujuan dan tata caranya mengikuti Al-kitab dan As-sunnah mengagendakan kepemimpinan dan persaudaraan (yang saling mempersaudarai)
وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ
Dan dari rujz berhijrahlah QS 74/Al-Muddatstsir : 5)
Rujz atau rijz atau rijs adalah 1) syirk (menyekutukan Allah), 2) ma'shiyat (perbuatan keji, mungkar dan perbuatan dosa lainnya) 3) adzab (siksa).
وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلاً
Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka katakan dan berhijrahlah dari (tinggalkanlah) mereka dengan cara yang baik. (QS. 73/Al-Muzzammil : 10)
Hijrah sebagai proses perubahan meniti jejak kenabian itulah keislaman seseorang didasarkan dan ditujukan.
Islam tidak didasarkan pada ketokohan figur seseorang, kesakralan sesuatu barang atau tempat, tidak juga kesakralan sesuatu momentum waktu.
Bukan dasar, Tatacara dan Tujuan Islam:
Islam yang dijelaskan dengan hijrah sebagai proses perubahan meniti jejak kenabian tidak didasarkan, ditatacarakan dan ditujukan pada :
Pertama : Ketokohan figur Muhammad.
وَمَا مُحَمَّدٌ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ أَفَإِنْ مَاتَ أَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ وَمَنْ يَنْقَلِبْ عَلَى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَضُرَّ اللهَ شَيْئًا وَسَيَجْزِي اللهُ الشَّاكِرِينَ
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. (QS. 3/Aali 'Imraan : 144)
Kedua : Kesakralan sesuatu benda
لَنْ يَنَالَ اللهَ لُحُومُهَا وَلاَ دِمَاؤُهَا وَلَكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَى مِنْكُمْ كَذَلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. 22/Al-Hajj : 37)
Ketiga : Kesakralan suatu waktu.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَدِمَ رَسُولُ اللهِ الْمَدِينَةَ فَوَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ فَقَالُوا هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللهُ فِيهِ مُوسَى وَبَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى فِرْعَوْنَ فَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَأَمَرَ بِصَوْمِهِ
Dari Ibnu Abbas radiyallahu 'anhumaa katanya: Sewaktu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam tiba di Madinah, baginda mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari Asyura. Ketika ditanya tentang puasa mereka itu, mereka menjawab: Hari ini adalah hari kemenangan yang telah diberikan oleh Allah kepada Nabi Musa 'alaihis-salaam dan kaum Bani Israel dari Fir'aun. Kami merasa perlu untuk berpuasa pada hari ini sebagai suatu pengagungan kami pada-Nya. Lalu Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: Kami lebih berhak daripada kamu dan Nabi Musa dalam hal ini. Kemudian baginda memerintahkan para Sahabat supaya berpuasa pada hari tersebut (HR. Bukhari dan Muslim)
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : دَخَلَ اْلأَشْعَثُ بْنُ قَيْسٍ عَلَى عَبْدِ اللهِ وَهُوَ يَتَغَدَّى فَقَالَ يَا أَبَا مُحَمَّدٍ ادْنُ إِلَى الْغَدَاءِ فَقَالَ أَوَلَيْسَ الْيَوْمُ يَوْمَ عَاشُورَاءَ قَالَ وَهَلْ تَدْرِي مَا يَوْمُ عَاشُورَاءَ قَالَ وَمَا هُوَ قَالَ إِنَّمَا هُوَ يَوْمٌ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُهُ قَبْلَ أَنْ يَنْزِلَ شَهْرُ رَمَضَانَ فَلَمَّا نَزَلَ شَهْرُ رَمَضَانَ تُرِكَ
Dari Abdullah bin Mas'ud radiyallahu 'anhu katanya: al-Asy'as bin Qais datang menemui Abdullah ketika beliau sedang makan. Abdullah berkata: Wahai Abu Muhammad marilah kita makan bersama. Dia menjawab: Bukankah hari ini adalah hari Asyura? Beliau kemudian bertanya: Kamu tahu apakah hari Asyura itu? Dia menjawab: Apakah ia? Beliau menjelaskan: Ialah merupakan hari di mana Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam berpuasa sebelum puasa bulan Ramadhan diwajibkan. Setelah puasa bulan Ramadhan diwajibkan, ia ditinggalkan (HR. Bukhari dan Muslim)
Keempat : kesakralan makhluk seperti malaikat.
أَلاَ ِللهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللهِ زُلْفَى إِنَّ اللهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ إِنَّ اللهَ لاَ يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya".
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (QS. 39/Az-Zumar : 3)
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِهِ فَلاَ يَمْلِكُونَ كَشْفَ الضُّرِّ عَنْكُمْ وَلاَ تَحْوِيلاً
أُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْعُونَ يَبْتَغُونَ إِلَى رَبِّهِمُ الْوَسِيلَةَ أَيُّـهُمْ أَقْرَبُ وَيَرْجُونَ رَحْمَتَهُ وَيَخَافُونَ عَذَابَهُ إِنَّ عَذَابَ رَبِّكَ كَانَ مَحْذُورًا
Katakanlah: "Panggillah mereka yang kamu anggap (tuhan) selain Allah, maka mereka tidak akan mempunyai kekuasaan untuk menghilangkan bahaya darimu dan tidak pula memindahkannya".
Orang-orang yang mereka seru (seperti malaikat-malaikat untuk mendekatkan diri kepada Allah) itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Rabb mereka. Siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan adzab-Nya; sesungguhnya adzab Rabb-mu adalah suatu yang (harus) ditakuti (QS. 17/Al-Israa' : 56-57)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar